31 : Kewalahan

253 38 2
                                    

Dua bulan telah berlalu, dan kehamilan Sakura kini memasuki bulan ketiga. Perutnya mulai sedikit membesar, meski tubuhnya masih terlihat ramping. Selama waktu itu, Sakura menjalani hari-harinya dengan istirahat yang cukup, dipantau ketat oleh Shisui dan keluarganya, yang selalu memastikan bahwa Sakura mendapat perawatan terbaik. Namun, di balik perawatan intensif itu, Sakura merasa sedikit bosan dan ingin terlibat lebih aktif dalam kehidupan sehari-hari.

Malam ini klan Uchiha mengadakan perayaan besar-besaran. Keberhasilan tambang emas mereka yang menghasilkan keuntungan dua kali lipat telah membuat seluruh klan bersukacita. Kegembiraan menyelimuti markas besar Uchiha, dengan musik dan tawa yang terdengar di seluruh area. Semua orang berkumpul untuk merayakan kemenangan itu, kecuali Sakura, yang terkurung di kamar dengan perasaan campur aduk.

Sakura berdiri di jendela, melihat keramaian di luar dengan penuh keinginan. Di balik punggungnya, Shisui, yang baru saja kembali dari persiapan acara, menatapnya dengan tatapan penuh perhatian.

"Sakura, kamu harus istirahat. Kita sudah sepakat, kamu tidak boleh terlalu memaksakan diri," ucap Shisui lembut, mencoba meyakinkannya.

Sakura berbalik dengan wajah memelas. "Tapi aku ingin ikut merayakannya, Shisui. Ini momen penting bagi keluarga kita, dan aku merasa baik-baik saja," ucapnya, suaranya terdengar penuh harap. "Aku sudah cukup lama beristirahat, biarkan aku menikmati sedikit kebebasan."

Shisui menggeleng dengan sabar, meski ada kekhawatiran di matanya. "Aku tahu kau ingin ikut, tapi kau sedang hamil tiga bulan, Sakura. Kondisimu rentan, apalagi dengan bayi kita yang menyerap chakra-mu. Aku tidak mau mengambil risiko."

Sakura mendesah, tapi tidak menyerah. Ia berjalan mendekat, lalu menggenggam tangan Shisui, menatapnya dengan mata yang besar dan penuh permohonan. "Tolong, Shisui. Aku tidak akan lama, hanya sebentar saja. Aku benar-benar ingin melihat perayaannya," katanya dengan nada lembut, suaranya hampir seperti bisikan memohon. Ia tahu Shisui lemah terhadap ekspresi wajahnya yang seperti itu.

Shisui terdiam, jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat Sakura memelas dengan cara yang begitu menggemaskan.

"Baiklah," katanya, meski ragu. "Tapi kamu hanya boleh sebentar, dan kamu akan tetap di sampingku sepanjang waktu. Jika kau merasa lelah, kita langsung kembali. Setuju?"

Sakura langsung tersenyum lebar, wajahnya dipenuhi kebahagiaan. "Terima kasih, Shisui! Aku janji akan berhati-hati," ucapnya penuh semangat.

Setelah itu, Shisui membantu Sakura mengenakan kimono yang lebih nyaman, sambil terus mengingatkannya agar tidak terlalu memaksakan diri. Saat Shisui dan Sakura melangkah keluar dari mansion, suasana perayaan sudah terasa sangat meriah. Lampu-lampu menggantung di sepanjang jalan, musik riang terdengar, dan banyak orang bersorak gembira. Sakura tampak begitu antusias, matanya berbinar-binar menyaksikan keramaian di depan mereka. Namun, pandangannya segera tertuju pada sebuah gerobak permen kapas di dekat gerbang. Tanpa pikir panjang, Sakura langsung berlari ke arah gerobak tersebut.

"Permen kapas!" seru Sakura sambil berlari dengan cepat, seolah lupa bahwa ia sedang hamil tiga bulan. Langkahnya begitu ringan, dan ia terlihat sangat bersemangat.

Shisui, yang masih berjalan di belakangnya, terkejut melihat Sakura tiba-tiba melesat begitu cepat.

“Sakura, tunggu!” serunya, wajahnya langsung berubah serius. Ia langsung menyusul Sakura dengan cepat, khawatir kalau istrinya terlalu memaksakan diri.

Begitu sampai di dekat Sakura, Shisui dengan lembut menahan bahunya. "Sakura, kamu tidak boleh berlari seperti itu," ucapnya dengan nada tegas tapi penuh perhatian. "Kau bisa kelelahan atau terluka. Ingat, kamu sedang hamil."

Stupefy (Shisui X Sakura)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang