28 : Membujuk Istri

229 41 3
                                    

Shisui berjalan dengan langkah mantap menuju tenda medis, pikirannya masih dipenuhi dengan cara terbaik untuk meredakan hati Sakura yang masih merajuk sejak kejadian tadi siang. Ia tahu Sakura keras kepala, tetapi ia juga tahu bagaimana cara untuk meluluhkan hatinya. Hujan mulai turun perlahan, menambah suasana sepi malam yang dingin. Di tengah keremangan itu, tenda medis terlihat sibuk dengan para ninja medis yang bolak-balik menangani pasien dan menyelesaikan laporan.

Saat Shisui masuk, ia melihat Sakura duduk di sudut ruangan, masih sibuk membaca laporan medis, dengan beberapa catatan di tangan dan ekspresi serius terpampang di wajahnya. Meskipun tubuhnya pasti lelah, Sakura tak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti bekerja.

“Sakura,” panggil Shisui lembut.

Sakura menoleh sekilas, lalu kembali memfokuskan matanya pada laporan di tangannya. “Aku sedang sibuk, Shisui.”

Shisui tersenyum kecil, sudah memprediksi jawaban dingin itu. Ia melangkah mendekat dan duduk di hadapan Sakura, tidak langsung bicara. Sejenak, hanya suara hujan di luar tenda yang terdengar, menciptakan suasana yang damai namun sarat dengan ketegangan kecil.

“Sayang, kamu butuh istirahat. Aku sudah menyiapkan tenda dan futon untuk kita berdua,” ucap Shisui lembut, matanya menatap wajah lelah istrinya. "Kamu sudah bekerja keras sejak tadi siang."

Sakura berhenti menulis dan menatap Shisui. "Aku masih harus membuat antidot ini. Racunnya sangat kompleks, aku tidak bisa istirahat sebelum memastikan kita punya sesuatu untuk melawan penyakit ini."

Shisui tahu ini akan menjadi argumen yang berat, tapi ia tak menyerah. "Aku mengerti, tapi bahkan seorang ninja medis sekaliber dirimu butuh istirahat. Kamu tak bisa terus-terusan bekerja tanpa jeda. Tubuhmu juga punya batas, dan aku tak mau kau jatuh sakit di tengah situasi seperti ini."

Sakura menghela napas panjang, namun tetap tak menyerah. "Shisui, aku baik-baik saja. Aku tahu kapan harus berhenti."

Melihat keras kepalanya Sakura, Shisui memutuskan untuk mencoba pendekatan lain. Ia tersenyum sedikit, mendekat dan menggenggam tangannya. "Aku tahu kau bisa menangani ini, Sakura. Tapi kalau kau terus begini, aku yang akan semakin khawatir. Lagipula, aku sudah menggelar futon empuk untuk kita berdua... Akamaru bahkan iri."

Sakura menatap Shisui dengan ekspresi tak percaya, sedikit tersenyum karena candaan itu. “Akamaru? Kamu bercanda.”

“Benar,” jawab Shisui sambil tersenyum lebih lebar. “Dan Kiba mencoba merayu agar bisa tidur di tenda kita. Tapi aku bilang tidak, karena aku mau kamu istirahat dengan nyaman di sampingku malam ini.”

Sakura mendengus pelan, tak bisa menahan tawa kecilnya. "Kamu benar-benar keras kepala," gumamnya.

Shisui menyadari bahwa ia hampir berhasil. Ia kemudian berdiri, menarik tangan Sakura dengan lembut. “Ayo, cukup sudah bekerja untuk hari ini. Ninja medis lainnya bisa melanjutkan sementara. Besok pagi, kau bisa kembali bekerja dengan pikiran yang segar. Tapi sekarang, mari kita istirahat.”

Setelah beberapa detik keraguan, Sakura akhirnya menyerah. "Baiklah, tapi aku hanya istirahat sebentar," katanya dengan suara pelan.

Shisui tertawa kecil, merasa lega. “Aku janji, sayang.”

Mereka berdua pun keluar dari tenda medis dan menuju tenda besar yang sudah disiapkan Shisui. Hujan mulai turun lebih deras, namun mereka berdua tetap berjalan tenang di bawah tetesan hujan. Sesampainya di tenda, Sakura terkejut melihat tenda yang cukup luas dengan futon empuk yang telah digelar rapi.

“Kamu benar-benar mempersiapkan ini dengan baik,” kata Sakura, sedikit tersenyum.

“Tentu saja,” balas Shisui, membantunya masuk dan duduk di atas futon. "Hanya yang terbaik untuk istriku."

Stupefy (Shisui X Sakura)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang