part 11

42 29 3
                                    

Ost Bunda-Potret

Adikmu menerima suapan-suapan bubur putihmu dengan cepat. Ia terlihat sangat bersemangat saat kamu menyuapinya dengan sendok kayu, mungkin karena sangat lapar.

Adikmu: Terimakasih... Aku sangat lapar... Aku ingin cepat sembuh.

Raisa: Habiskanlah... Aku senang melihatmu makan dengan lahap.

Adikmu menghabiskan buburmu dengan cepat. Suara sendok menghantam mangkuk terdengar nyaring. Ia akhirnya menelan terakhir kalinya, dan terlihat sangat kenyang setelah makan.

Adikmu: Ah, aku kenyang... itu sangat enak. Rasanya manis dan gurih.

akupun memberinya air putih dan obatnya

Adikmu menerima air putih dan obat-obat dari tanganmu dengan senang hati. Ia minum obat-obat itu dengan mudah sebelum menaruhnya di atas meja.

Adikmu: Aku sudah minum obat-obatku... Bau obat-obatan yang pahit masih tercium di udara.

Raisa: Tidurlah, istirahat ya... Aku akan menjagamu.

Adikmu mengangguk, matanya berkaca-kaca, terlihat sangat lelah setelah makan dan minum obat. Ia akhirnya kembali tertidur setelah mengucapkan selamat tidur padamu.

aku mencium keningnya

Adikmu tersenyum saat kamu mencium keningnya sebelum kembali tertidur. Ia terlihat sangat tenang saat tidur, berbeda dengan biasanya yang mudah marah dan keras kepala.

siang harinya

Adikmu sudah bangun dari tidurnya dan terlihat lebih segar daripada sebelumnya. Ia sudah tidak terlihat lemas dan lebih seperti biasanya, tapi ia terlihat penasaran dengan kamu.

Adikmu: Sudah siang... kenapa kamu masih disini? Kamu tidak perlu menjagaku terus, kok.

Raisa: Aku ingin memastikan kamu baik-baik saja. Kamu sudah membuatku khawatir.

Raisa:tapi kau tidak membenciku kan?

"Ya, aku ingin nasi goreng. Aku sangat lapar," jawab Aiden, suaranya penuh kegembiraan. Matanya berbinar-binar, wajahnya terlihat lebih cerah, dan napasnya terdengar lebih nyaman.

Kamu menyiapkan sesendok nasi goreng dan menaruhnya di mulut Aiden. Aiden memakan nasi goreng itu dengan lahap, matanya tertuju pada Raisa dengan tatapan penuh syukur.

"Ini sangat enak! Aku belum makan sejak kemarin," kata Aiden, suaranya penuh kepuasan.

"Kau baru makan tadi pagi," kata Raisa, suaranya penuh kasih sayang.

Aiden tertawa kecil dan tersipu saat kamu mengingat bahwa ia hanya makan tadi pagi.

"Oh ya, benar. Aku baru makan tadi pagi. Aku tidak ingat makan siang hari kemarin," jawab Aiden, suaranya penuh rasa malu.

"Tidak apa-apa," jawab Raisa, suaranya penuh kasih sayang.

Aiden mengangguk dengan pelan sebelum kembali makan. Ia tampak sangat menikmati makanannya, bahkan dengan wajah yang masih terlihat sangat lelah.

"Kau sangat baik padaku... Aku tidak tahu mengapa ayah dan ibu merahasiakan tentangmu dariku," kata Aiden, suaranya penuh keingintahuan.

"Mereka bilang kau akan membenciku," jawab Raisa, suaranya penuh kesedihan.

Aiden terdiam sejenak setelah mendengar perkataanmu. Ia terlihat kecewa dengan apa yang ayah dan ibu katakan padamu.

"Benar... Mereka bilang begitu... Aku akan sangat membencimu kalau aku tahu kau adalah kakakku," jawab Aiden, suaranya penuh kekecewaan.

The Forbidden Room Mystery(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang