Bab 18-1 : Cinta yang besar datang dengan keberanian yang besar 🔞

55 3 0
                                    



Sarapan pun berlalu. Kami memilih satu seri dari daftar film yang tidak terhitung jumlahnya di layanan streaming, dan duduk untuk menontonnya bersama hingga sore hari. Aku terlalu malas untuk memasak makanan, jadi aku memesan makanan siap saji. Cari sesuatu untuk dilakukan secara bertahap, waktu akan berlalu. Inilah adegan yang telah aku nantikan.

Jam 9 malam! Waktunya tidur.

Biasanya aku tidak tidur pada jam segini, orang-orang sepertiku tidur pada tengah malam dan itu berlangsung hingga pukul 3 pagi. Namun karena malam ini ada tugas penting yang telah lama di tunggu-tunggu, jika mulai lebih awal akan membuat tidak lelah dan terus maju.

"Maaf karena mandinya lama." Nah, pacarku baru saja keluar dari kamar mandi, jadi P'Faifah harus segera mengubah posisinya untuk berbaring miring dengan sikap paling keren yang bisa diciptakan otak ini.

Aku tidak tahan lagi, aku siap mati. N'Wine keluar mengenakan piyama lumba-lumba. Ah, terlalu berlebihan!!

"Ayo, rambutmu masih basah. Kemarilah, biar aku keringkan rambutmu."

"Nanti akan kering dengan sendirinya."

"Tidak, jika kamu pilek, apa yang harus aku lakukan?"

Wine tidak menolak, tetapi melangkah maju sebelum duduk bersila di ujung tempat tidur. Jadi, aku memanfaatkan kesempatan ini untuk segera membalikkan tubuhku, menyeret tubuhku untuk duduk di belakang orang kecil itu, lalu mengambil handuk di tangannya untuk mengeringkan rambutnya dengan lembut dengan aroma sabun mandi dan sampo yang sangat harum.

Anehnya, meski itu adalah aroma yang familiar dan sering aku pakai, tetapi begitu dipakai di tubuh kekasihku, rasanya seratus kali lebih harum dari sebelumnya.

"Wine..."

Entah apa yang terjadi, mungkin karena suhu ruangan yang bagus, aroma sabun mandi dan sampo, atau karena melihat si kecil duduk dengan tenang mengeringkan rambutnya dalam posisi seperti itu. Aku bisa tertidur kapan saja. Namun apa pun alasannya, tubuhku tampaknya telah kehilangan kendali.

"Hm?" Dia membuka matanya dan menatapku yang duduk di belakangnya.

Wajahnya, bibirnya yang cerah, bahkan pipinya yang merah merona terlihat jelas di pelupuk mataku, membuat kesabaran yang kubangun seharian hancur berantakan.

Dan aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi, aku menundukkan wajahku, sebelum menyentuh bibirku dengan lembut namun lambat ke bibir lembut itu juga bercampur dengan keegoisan.

Kami berciuman.

Apakah boleh menyebutnya seperti itu? Karena itu hanya sentuhan lembut bibir, aku sangat malu hingga harus menoleh dari tempat tidur ke lantai. Selain itu, Wine tidak mengatakan apa-apa, karena dia masih dengan rela menerima ciuman itu dengan mata tertutup.

Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana sekarang? Terlalu malu. Sekali lagi kumohon. Baru saja kita berciuman sebentar lalu berpisah, kali ini harus lebih dalam dari sebelum.

"P'Faifah, bagaimana kalau kita pindah dan berbaring di tempat tidur dengan benar?"

Ups! Sebelum aksi besar itu bisa dilakukan, si bocah imut sudah mengusulkan ide itu. Hati Fai membengkak hingga hampir meledak, jadi aku cepat-cepat merespons.

"Baiklah N'Wine, aku siap! Sangat siap!" Setelah mengatakan itu, aku membalikkan badan secepat kilat.

Bang!

Rasanya seperti ada suara yang bergema di telingaku. Suara itu begitu besar, begitu besar hingga membuat otakku mulai berputar, kesadaran juga lebih tidak biasa dari biasanya. Mata di kedua sisi bergantian menjadi gelap dan cerah, sebelum kembali ke kejelasan, itu juga ketika ada tangan yang memegang wajah dengan mantap. Tapi ekspresinya juga menunjukkan bahwa dia cukup panik. (ini kepentok ya dia? 🤣🤣)

[END] PF10L - FWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang