3

2.1K 348 20
                                    

"Kak aden, tak aden". Ares melompat senang kearah rayden yang baru saja pulang.

"Loh ares? Kok sendiri mana papi?". Rayden menangkap tubuh ares yang melompat ke arahnya,dengan terkejut.

"Apina igi eja, ayes tini ama ami. Amina angun adi, api obo agi". Ares berceloteh dengan senang.

"Hah?". Rayden ber 'hah' karena tak paham ucapan ares.

"Pa-pi--na-igi-eja, ayes--tini--ama ami. Ami-na an-gun - adi. Apiii---obo-- agi--". Ares mengeja ucapannya agar rayden paham.

"Oh, papi nya pergi kerja, ayes disini sama mami. Terus mami tadi bangun tapi bobok lagi?". Rayden akhirnya bisa konek dengan ucapan ayes,, sebelum--

"HAH? MAMI BANGUN?". Rayden berteriak, membuat ayes tersentak kaget.

Bugh

Ares memukul wajah kakaknya dengan wajah memerah karena kesal.
"Atak aden, alo ayes antungan imana!!". Ares menatap marah kearah rayden.

"Maaf dek". Rayden meringis pelan melihat wajah memerah ares.

Kenapa adiknya ini emosian banget, prasaan papi gk gini deh, apalagi mami, eh emangnya dia tau gimana mami?.

Rayden mengeryit bingung dengan pikirannya.

"Ayes udah makan belum?". Rayden membawa ares ke dapur.

"Udah, papi adi asih mam ayes lum gi eja". Ares  mengangguk dengan semangat.

"Ayes, mau susu?". Rayden mendudukkan ares dikursi dimeja makan, karena ares sudah makan berarti dia akan makan sendiri.

"Mau mau, api ayes au uat endiri". Ares menatap rayden dengan tatapan memohon.

"Baiklah, tapi pelan pelan ya biar gk kena air panas". Rayden mengambil setengah gelas air dingin dan setengah gelas air panas. Mengambil dot sang adik dan mearuhnya kedepan sang adik yang telah berdiri di atas kursi. Dia menuju ke arah kulkas dan mengambil susu bubuk milik ares dan menaruhnya diatas meja.

"Baiklah, pertama masukkan 3 sendok makan susunya dek".

Ares mengambil kotak susu bubuknya, kemudian memegang sendok dengan erat. Rayden menghela nafas saat melihat susu susu itu tumpah.

"Kedua, masukkan air panas". Ayes menyentuh gelas itu tapi tidak jadi karena merasa panas dikulitnya.

"Tak aden ja". Ares menunjuk ke gelas air panas, rayden mengikuti kata ares, memasukkan air panas itu kemudian mengaduknya dengan menggunakan sumpit T_T.

"Ketiga, masukkan air dingin".

Ares memasukkan air dingin ke arah dotnya.

Rayden membantu menutup dot kecil itu, dan mengocoknya agar tercampur bagus.

"Nah dah jadi, nih minum". Rayden memberikan dot itu pada ares, ares menerimanya dengan senang dan mencoba susu buatannya.

Peh

Ares memasang wajah tak sedap.

"Ada apa?".  Rayden menatap ares bingung.

"Ulang nis".  Ares memberikan susu itu pada rayden.

"Hah?". Rayden yang bingung pun mencoba susu itu.

Oh, kurang manis.

"Anak kecil jangan banyak minum manis manis, nanti kena diabetes". Rayden menepuk bahu adiknya itu.

"Ih ana ada aetes, aci ecil". Ares menatap rayden kesal.

"Ih kamu mau tubuhmu bolong bolog ha?". Rayden menatap ares dengan wajah yang dibuat buat.

"Apatih". Ares menggeplak wajah rayden.

"Apa yang sedang kalian lakukan?". Suara rion memasuki pendengaran mereka.

"Papi, papi, ami angun adi-----".

Rion melebarkan netranya, tanpa mendengar lebib jelas lagi dia dengan cepat berlari naik ke lantai atas.

"---api obo agi". Ares melanjutkan ucapannya dengan lirih, matanya menatap bingung kearah punggung rion.

"Hayoloh, nanti dimarahij papi". Rayden menakut nakuti adiknya.

"HUWAAAA". Ares berteriak.

.

.

Rion masuk ke dalam ruangan rawat caine, dengan cepat dia menghanpiri caine.

"Sayang". Rion memanggil pelan, dia menggengam tangan pucat milik caine.

Tak ada sautan, rion meluruhkan bahunya. Apa ares berbohong?

"Papi". Suara lirih seseorang membuat rion berbalik dan mendapati ares yang berdiri dengan wajah bersalah, jari telunjuk yang saling bertautan.

"Hm?". Rion menyaut dengan deheman dingin.

"Hiks api hiks, maaf. Adi ayes hiks mau ngomong telus hiks tapi api alah igi hiks". Ares menangis dengan sesegukan saat mendengar sautan dingin rion.

Rion menghela nafas, kemudian menghampiri ares dan menggendong anak itu.

"Iya iya, papi salah. Jangan nangis lagi". Rion menepuk punggung anak itu pelan.

"Hiks ami obo agi hiks, ia man uka ata tikit elus obo agi". Ares memeluk leher rion erat.

Rion yang mendengar itu tersenyum, kemudian menimang anak itu. Membuat ares nyaman dan akhirnya tertidur digendonggan rion.

"Pi". Rayden memanggil, ditangannya ada susu baru untuk ares.

"Kata ares tadi mami caine buka mata tapi bentaran aja, habis tuh tidur lagi". Rayden menghampiri sang papi yang tengah membaringkan ares disamping caine.

"Ya, area menjelaskan tadi". Rion mengelus surai ares.

"Pi, kenapa mami caine bisa seperti ini?". Rayden mendekati caine, dan menatap wajah bersih tapi pucat itu.

Rion tersenyum, kemudian mengingat kejadian sepuluh tahun lalu.

"Sepuluh tahun lalu, ada sebuah kota atau bisa disebut negara kecil. Disana penuh dengan organisasi gelap, setiap hari pastii terjadi aksi kriminal yang amat mengerikan. Sampai suatu hari papi mendapat mandat dari seorang teman untuk menjadi caine sampai dia kembali, tapi ternyata papi telah jatuh dalam pesonanya saat pertama kali melihatnya...".

"..dengan itu papi memutuskan untuk mengangkatnya menjadi wakil ketua, hari hari kami jalani hingga enam bulan kemudian. Kami diserang dan caine terluka, setelah keluar rumah sakit suasana rumah semakin suram, pemikiran yang berbeda membuat kami berdua berselisih, tapi caine tetap masih memikirkan kami. Ternyata rencana caine bukan untuk membalas dendam pada salah satu organisasi, tapi ingin mengkudeta menglengserkan presiden. Dan bekerja sama dengan banyak aliansi underground...".

"Hingga dimana perselisihan itu membuat caine mendapatkan tusukan katana hingga menembus tubuhnya, pihak rumah sakit mengatakan bahwa  mereka tak dapat menyelamatkan caine, dengan itu papi membawanya keluar rumah sakit, saat itu keputus asaan merebut akal sehatku, aku mengutuk kota itu, dan bertemu dengan airuma sahabat caine dan orang kepercayaan caine sendiri..".

"...dia membawa kami ke sebuah rumah ditengah hutan, ternyata dia seorang dokter yang amat handal. Dia memiliki ruangan yang mana memiliki akat medis lengkap, dia berusaha menyelamatkan caine, awalnya keputus asaan menyerang kami, kemudian airuma mengingat sesuatu dia meminumkan sebuah cairan ntah apa itu pada caine, ternyata obat pereda nyeri yang ia minumlah yang membuat jantungnya tak berdetak..".

"..sebuah keajaiban terjadi, caine masih hidup. Walaupun detak jantungnya lemah, tapi itu sudah membuatku sangat amat bersyukur. Dengan itu aku meminta tolong pada airuma, untuk membatuku dan caine melakukan penerbangan ke negara ini..". Rion menceritakan semuanya, rayden hanya menatap papinya yang tengah tersenyum terpaksa.

"Pasti mami bangun pi, tunggu aja". Rayden menepuk bahu sang papi dengan wajah yang dibuat percaya diri.

Rion menggeleng pelan melihat kelakuan rayden, sedangkan rayden ingin bertanya lagi tapi dia merasa sudah cukup hari ini, kapan kapan akan dia tanyakan lagi.

Tbc.

Wkwkwkw, kalo menurut kalian ini diluar naral maka jawaban cukup satu, semuanya ada ditangan author🤏😙🤣.

[CC S2] Wishes come true   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang