Rion masuk kedalam sebuah ruangan,saat masuk bau obat menyeruak kedaram penciuman.
Di atas kasur terdapat seorang pria tengah tertidur dengan banyaknya alat medis ditubuhnya, dinakas sebelah tempat tidur terdapat alat monitor pengukur detak jantung yang masih menandakan bahwa orang yang berada diatas kasur itu hidup.Rion menarik kursi untuk duduk disamping tempat tidur, menatap wajah tirus itu dengan senduh, tangannya ia bawa untuk mengelus surai merah yang telah panjang.
"Caine, kapan kamu bangun? Seindah apa mimpimu hingga membuatmu tak ingin bangun dan menemuiku, ini sudah sepuluh tahun". Rion kembali menatap senduh kearah caine,inilah kegiatannya selama 10 tahun terakhir. Jika tidak kerja maka waktunya kebanyakan untuk menemani caine.
Memang benar bahwa dokter mendianogsa bahwa caine chana tak dapat diselamatkan, tapi sebuah keajaiban tetap ada. Saat itu dimana rion membawa caine dia bertemu dengan airuma yang juga ingin menuju rumah sakit, airuma yang tentu saja ahli dalam medis pun membawa rion ikut dengannya bersama caine yang berada digendongan rion.
Apakah kalian ingat, percakapan dimana caine menyuruh sui untuk mengatarkan surat pada petinggi rumah sakit? Tentu itu adalah airuma sendiri.
Airumalah yang membantu rion untuk mempertahankan caine walaupun presentase hidup hanya 20%.
Demi mengabulkan permintaan caine yang dia inginkan, rion membawa caine ke negara yang amat jauh dari kota terkutuk itu.
\
Kepala Rayden menyembul keluar dari pintu, menatap punggung rion dengan bingung. Ini ruangan apa?. Dibawahnya ada ares yang juga ikut menyembulkan kepalanya dengan dot yang masih ia emut.
"Tatak, api enapa?". Ares bertanya pelan.
"Tak tau". Rayden ikut memelankan suaranya.
Ares masuk kedalam ruangan itu, dia menatap banyaknya alat medis didalam ruangan itu, begitupun rayden yang ikut masuk.
Selama tinggal dirumah ini dia paling penasaran dengan ruangan ini, hanya saja sering dikunci jadi susah untuknya mencari tahu. Dan kali ini akhirnya dia tau bahwa ini ruang rawat seseorang.
"Papina napa?". Ares menepuk paha rion, membuat rion tersentak. Dengan cepat dia menatap kedua anak yang tela berada disampignya.
"Apa yang kalian lakukan disini?". Rion menatap keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kami tadi niatnya mau kekamar, tapi malah melihat ruangan ini terbuka. Karena penasaran kami kesini dan melihat papi deh". Rayden menjelaskan panjang lebar, rion hanya mengangguk saja. Dia tentu tak bisa terus menyembunyikan ini.
"Woah, api ini capa?". Ayes bertanya, kemudian berusaha untuk naik keatas tempat tidur.
Rion membantu putra bungsunya untuk naik keatas kasur, kemudian memberikan peringatan kecil.
"Jangan terlalu banyak bergerak ya, nanti kamu jatuh". Rion memegang bahu kecil ares.
"Ini na tapa?". Ares menunjuk kearah caine.
"Ini mami caine, dia sedang tidur". Rion tersenyum kemudian mengelus surai ares.
"Oh ami cen, dia ami na ayes?". Ares kembali bertanya.
"Iya dia maminya ares, tapi sekarang dia lagi bobok. Nanti ares sering kesini ya, ajakin mami ngobrol biar mami cepet bangun". Rion menepuk pelan paha ares.
"Iya ati ayes aci tutututu ami na". Rion tersenyum mendengar ujaran ares, kemudian mengajak kedua putranya keluar tanpa menyadari bahwa jari milik caine sedikit bergerak.
.
.
Ke esokan harinya, lebih tepatnya pagi hari yang mana aktivitas akan dimulai, rayden telah siap dengan seragam sekolahnya dan rion juga siap untuk mengantar rayden sekolah, tapi masalahnyaaa.
"Ayes ndak na itut, ayes na ama ami aja". Ares menggeleng kuat saat rion ingin menggendongnya.
"Ares, kita antar kakak dulu ya nanti abis itu baru ayes ketemu sama mami". Rion membujuk ares tapi anak itu tetap bersih keras.
"Api igi lah, ayes nanti ama ami ndak akal tok". Ares , mendorong kaki rion agar cepat berangkat.
"Yaudah papi antar ke kamar mami, tapi ayes gk boleh keluar sampai papi pulang ya. Gk lama kok". Akhirnya rion menyetuju saja apa kata putra bungsunya itu.
"Iya api".
Rion mengantar ares ke ruangan rawat caine, menyapa caine sejenak kemudian menaruh ares diatas tempat tidur.
"Ingat jangan menyentuh apapun ya, jadi anak baik biar mami sayang sama ares". Rion memperungati dan hanya dijawab anggukan oleh ares.
Rion meninggalkan ares dengan caine yang masih menutup matanya. Ares terus menatap wajah itu, tangannya ia taruh di atas tangan caine, setelah itu ares terdiam sambil meminum susu yang berada didotnya.
"Ami, ami ata api alo ayes omong teus ami isa angun. Ami apan angun na, ami tau api dioda ama ante ante. Ama na ante ia aya". Ares terus berceloteh panjang lebar, tak menyadari bahwa Seseorang tengah tersenyum.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
[CC S2] Wishes come true
FanfictionCAINE CHANA S2 Apakah perjalanan telah usai? Tentu tidak. Kejadian masa lalu akan menjadi pengalaman dan pembelajaran untuk masa depan, tapi tak tau apakah kali ini akan sehancur kemarin atau seutuh harapan. "Dulu aku melawan presiden karena nyawa h...