"Ngapain tante kesini?". Suara dingin rayden terdengar ia membuka pintu dan mendapati seorang wanita berambut brown dan mengunakan dres Dongker.
"Tentu saja ingin menemui papimu". Wanita itu memasang senyumnya.
"Papi lagi gk ada, tante bisa pulang". Rayden siap menutup pintu sebelum suara seseorang menyaut.
"Siapa ray?". Suara dingin rion terdengar.
"Tante Thia". Rayden menyauti pertanyaan papi.
"Oh".
"Kau berbohong rayden, katamu papimu sedang tidak ada". Thia menatap rayden kesal, kemudian menerobos masuk kedalam rumah
"Cih, menjijikkan". Rayden menatap datar punggung thia yang tengah menghampiri sang papi.
Ares menatap thia kemudian menatap papinya yang tak perduli sama sekali.
"Ante napa tetini?". Ares bertanya malas.
"Memangnya tante gk boleh kesini?". Thia menyamakan tingginya dengan ares dan mengelus pipi itu.
Plak
Ares menepis tangan thia, kemudian mengelap bekas yang dipegang oleh wanita itu.
"Janan tentu ayes, angan ante otol". Ares menatap thia marah.
Thia memasang senyumannya, walaupun didalam hatinya dia tengah mengumpati ares.
"Ada apa? Jika tak penting silahkan pergi". Rion berujar dingin, dia masih sibuk dengan ipad nya.
"Rion". Thia duduk disamping rion dan menyentuh bahu itu.
"Hm?".
"Ares ayok ke kamar sama kakak" . Rayden tiba tiba datang, tak memperdulikan thia yang tengah menatapnya tajam.
"Ayo, ayo, ayes nak igi kamal na mami". Ares mengangkat kedua tangannya, mengkode untuk digendong.
"Ayo". Rayden mengangkat ares ke gendongannya kemudian melangkah menaiki tangga, thia mengerutkan dahinya.
Mami?
"Siapa yang dimaksud ares?". Thia bertanya pada rion dengan keryitan di dahinya.
"Istriku". Rion menjawab dengan lugas.
"Istrimu? Kapan kau menikah? Kenapa aku tidak tau dan tidak pernah bertemu dengan istrimu?". Thia bertanya pada rion dengan tatapan tak percaya.
"Bukan urusanmu". Rion menatap thia datar.
Thia menggepalkan kedua tangannya, kemudian menatap rion marah.
"INI URUSANKU RION, KAU HANYA BOLEH BERSAMAKU". Thia berteriak dengan emosi.
Rion mengangkat sebelah alisnya, kemudian menaruh ipadnya di atas meja.
"Memangnya siapa kau? Dibandingkan istriku kau hanya orang asing disini". Rion berujar tajam.
Wajah thia memerah marah, dengan cepat ia mengambil tasnya dan melangkah pergi, tapi sebelum itu dia berujar sesuatu yang membuat netra rion menajam dengan kilatan.
"Lihat saja,siapapun itu akan kubunuh karena hanya aku yang pantas bersamamu". Walaupun suara thia seperti bergumam tapi pendengaran rion yang tajam mampu mendengar itu.
"Cobalah, maka sebelum kau menyentuhnya kepalamu yang akan terpisah dari tubuhmu". Ujar rion dingin dengan tatapan yang menatap tajam kearah thia.
Tubuh thia meremang mendengar ujaran tajam rion, kepalan tangannya semakin mengerat.
"Cih, kau kira aku peduli". Batin thia dan terus melangkah keluar dari mansion.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
[CC S2] Wishes come true
FanfictionCAINE CHANA S2 Apakah perjalanan telah usai? Tentu tidak. Kejadian masa lalu akan menjadi pengalaman dan pembelajaran untuk masa depan, tapi tak tau apakah kali ini akan sehancur kemarin atau seutuh harapan. "Dulu aku melawan presiden karena nyawa h...