18

1.5K 265 3
                                    


Setelah kejadian sore tadi, ares mengunci dirinya dikamar dan tak membiarkan siapapun masuk  termasuk MAMINYA.

"Bodo, kau (rui) ambil aja mami sama papiku. Aku gk butuh cih, harusnya sedari awal ku dorong aja sampai kepalanya hancur". Umpat Ares, dia tengah duduk diatas kasur sambil bersedekap tangan.

Tatapannya dingin dan tak berekspresi sama sekali, dia kesal. Apa perhatian orang tuanya itu sudah diambil oleh rui?.

Dia tau kok dia salah, tapi dia sangat anti dengan orang yang sedikit sedikit langsung menangis, tak terlihat seperti keturunan Mikazuki-Kenzo.

"Ares". Panggilan seseorang membuat ares menatap pintu yang terkunci.

"Apa?". Tanya ares dingin.

Caine menghela nafas, dia tau pasti anak itu merajuk dan tak mau bertemu dengan siapapun.

"Aku akan keluar, apakah kamu mau ikut?". Tanya Caine.

Ares terdiam sejenak, tapi sekarang dia sedang merajuk apakah dia harus ikut?.

"Tidak". Putus Ares.

Ares tak mendengar jawaban caine setelah itu, ares sedikit was was.

Sedangkan diluar caine terdiam, dia menatap ponselnya dan menatap kepintu dengan helaan nafas.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Jangan tidur terlalu larut, mungkin aku akan pulang besok pagi". Ujar caine, setelah itu dia melangkah turun dengan pakaian serba hitam tertutup.

Sebenarnya tadi dia hanya mengecek ares saja, lebih bagus jika anak itu terus marah padanya untuk beberapa hari kedepan.

Ares yang mendengar ucapan caine serta langkah yang telah menjauh merasa sedih, apa maminya tak ingin membujuknya?.

"Ini pasti gara gara rui". Gumam Ares, dia menggulung tubuhnya di selimut.

.

.

Caine menatap lantai satu yang telah sepi,  Rion dan lain tengah rapat dan caine izin tak ikut tadi. Dia ada urusan diluar yang harus segera dia selesaikan.

Caine melempar sesuatu kebawah sofa, kemudian dia mengambil sebuah sling bag besar dan melampirkan dibahunya.

Caine menggunakan maskernya dan keluar mansion tanpa diketahui siapapun, kita lihat apa yang akan terjadi nanti.

Caine melihat sebuah mobil van hitam terparkir didepan gerbang, dia segera masuk kekursi penumpang dan membuat sang pengemudi langsung menjalankan mobilnya.

" koordinat?". Tanya pengemudi itu.

"Ambil  Bagian akhir". Ujar Caine.

"Baik".

Caine menghembuskan nafas dengan berat, dia menatap keluar mobil dengan tatapan tajam.

Dia tau ending apa yang akan terjadi kali ini, dan dia harus merubah semuanya seperti yang dia lakukan dulu.

.

.

Rion menatap jam, sudah pukul 12 malam dan caine tak ditemukan dimana pun. Dia menggeram marah, harusnya tadi dia tak mengizinkan caine kalau tau seperti ini.

Dia menatap ares yang turun dengan wajah sembab, anak itu terlihat habis menangis.

"Ares?". Panggil rion dengan tatapan bertanya, karena dia lupa kapan terakhir kali anak itu menangis dan sekarang? Apa yang membuat anak itu menangis? Pasti tentang caine lagi.

Ares menatap snag papi, matanya kembali berkaca kaca.

"Papi, kalian jahat. Ares gk mau lagi tinggal disini, ares mau pergi". Ujar ares, dia menunjuk rion dengan tatapan marah yang sembab.

Sudut Bibir rion berkedut, apa maksud ucapan anak itu.

"Ingin pergi? Mau meninggalkan mamimu? Bahkan saat ini mamimu tak tau dimana dan kamu ingin ikut pergi?". Rion bertanya dengan nada datar.

Ares terdiam sejenak, dia menatap sang papi dengan heran, apakah papinya tak tau kemana maminya pergi?.

"Lah, beberapa jam lalu mami pamitan katanya mau keluar dan pulang besok pagi. Memangnya papi gk tau?". Tanya ares bingung, rion terdiam tatapannya semakin dingin.

"Kemana?".

"Aku gk tau, ku kira mami izin sama papi atau papi udah tau". Ujar ares, dia merasakan was was kembali.

Rion berdiri dari duduknya, tapi saat melangkah rion mendengar suara 'klik' dari bawah sofa, tak lama kemudian sebuah asap keluar dengan cepat yang mana membuat rion refleks menutup hidungnya dan  berteriak.

"ARES TUTUP HIDUNGMU!".

Tapi terlambat, rion melihat ares sudah kehilangan kesadarannya, rion pun merasakan sekelilingnya berputar, dia menggelengkan kepalanya dan kehilangan kesadaran pula.

Asap itu menyebar ke seluruh ruangan di mansion itu, membuat semuanya jatuh dalam kegelapan.

.

.

"Caine, ku pikir mereka akan mencarimu karena kamu pergi tanpa berpamitan". Ujar seseorang membuat caine mendengus.

Mereka tengah melakukan sesuatu dan belum bisa diberi tahu pada kalian.

"Tak akam, mungkin mereka sedang tidur hingga besok hari". Ujar caine, dia mengambil sebuah teropong dan melihat ke arah yang dituju.

"Ah, kamu sangat kejam". Orang itu terkekeh kemudian mengambil sebuah note dan bolpoin.

Caine mengetik sesuatu di laptop yang dia pangku, begitu pula orang tadi.

"Kurasa bisnis pembuatan senjata dan Cuci uang bisa mengambil untung besar, apakah kita harus melist nya?".

Caine menatap ke arah orang itu dan berujar.
"Cukup bagus, ada gedung kosong di sebuah pulau kecil di negara ini, kita bisa ambil alih gedung itu".

"Ya, untuk sekarang TNF sedang dalam masa pembentukan resmi, bagian tengah kota telah dikibarkan bendera netral milik TNF, apakah kali ini aku harus membantumu?". Uajr  orang itu, caine mengangguk dia melanjutkan mengetik dilaptopnya.

"Tentu, masih ada bagian yang harus kamu bantu, ku dengar di negara ini banyak pengonsumsi narkoba untuk transansi atau untuk dikonsumsi sendiri, ku pikir kamu bisa membawa beberapa orang itu mengambil alih pengolahan". Caine berujar tanpa menoleh, orang itu mengangguk dan memegang dagunya berpose seperti tengah berfikir.

"Sebenarnya daripada bahan jadi, bahan mentah termasuk tinggi, kita bisa menjual keduanya". Usul orang itu, cain menatapnya dengan tatapan bangga.

"Bagus, lakukan sesuai rencana. Ingat jangan mengambil terlalu banyak perhatian".

"Baik". Orang itu menganggukkan kepala semangat.


Tbc.

Cieeee kangen yakkk, wkwkwkw sorry beberapa hari ini lagi gk mood bagus jadi gk semangat up nya.

Btw aku buat projek baru, tapi akan di pub setelah ini tamat dan enigma dalam masa lanjut jadi bisa selang seling, mungkin aku bakal fokus ini dulu buat ending okeeee jadi enigma sabar yaaaa.

[CC S2] Wishes come true   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang