Caine menatap kedepan dengan kosong, dia tengah melamun omong omong. Ada ares yang tertidur disampingnya, ini masih siang dan rion tadi pamit keluar sebentar, sedangkan rayden belum kembali dari sekolah.
Helaan nafas terdengar dari caine, setelah koma selama 10 tahun dia dapat kembali untuk menikmati udara. Sudah selama ini, apa kabar yang lainnya? Apa mereka hidup dengan baik?.
Caine menyandarkan kepalanya di dashboard, memejam sejenak untuk menghilangkan pusing yang tiba tiba menderanya. Tangannya mengambil ponsel yang diberikan rion, membuka aplikasi pencarian dan mengetik sesuatu.
'Kota xxxx atau negara xxxx, telah menjadi kota mati semenjak 9 tahun terakhir, sejak kejadian yang menimpa kota itu, banyak warga yang memilih meninggalkan kota itu dan berpindah kewarganegaraan. Beberapa warga yang sempat melihat bagaimana kejadian 10 tahun lalu mengatakan bahwa itu adalah hal yang mengerikan yang pernah mereka dapati. "Bagaimana perasaan kalian jika kalian mendapati ribuan mayat berserakan diatas jalan? Itu mengerikan". Ujar salah satu warga.---'.
Caine melempar ponsel itu kesampingnya, tatapannya jatuh kearah ares yang tengah tertidur. Bocah kecil itu sangat pandai, kesan caine.
Caine masih kesulitan untuk mengerakkan tubuhnya, walaupun dia sudah bisa berbicara tapi suaranya masih terdengar serak.
Caine kembali melamun, untuk sekarang dia harus memulihkan tubuhnya, setelah itu menormalkan lagi postur tubuhnya dan memperbaiki rambutnya yang sudah mencapai pinggang itu.
Ekhem, seharusnya tak di eksplor bagaimana kondisi caine.
Walaupun cukup terlihat cantik, tapi caine masih ingin memperhatikan posisinya sebagai laki laki. Jangan sampai orang orang mengira dia transgender :v.
"Ares". Caine menggoyangkan kepala ares, ares yang merasakan ada pergerakan langsung melompat dari tidurnya dan memasang kuda kuda.
"Siapa?". Ares berujar dingin, caine mengerjap menatap anak bungsu mikazuki itu dengan bingung.
"Ares kenapa?". Caine bertanya pelan.
Ares yang mendengar suara serak dibelakangnya pun berbalik, melihat sang mami tengah menatapnya bingung.
Ekhem
"Ekhem, oh ami". Ares berdehem pelan kemudian mendudukkan dirinya menghadap caine.
"Ares gk papakah langsung bangun gitu?". Caine mengelus rambut sang anak.
Ares menggeleng, kemudian mengambil tangan sang mami yang berada dikepalanya untuk digenggam.
"Ami dah mam?". Ares bertanya, menatap jari jari kurus yang tengah ia genggam.
"Belum, nunggu papi atau kak ray datang". Caine tersenyum, menatap surai yang tengah menunduk itu.
"Au ayes ambiltan?". Ares mendongak lalu memiringkan kepalanya, menatap caine berbinar .
"Tak perlu sayang, tunggu papi aja ya".
"Tenapa? Ayes tan dah besal uga". Ares mengeryit bingung.
"Iya udah besar tapi biar papi aja ya". Caine menghela nafas.
"Iya iya, ami ndak ucah nelah napas beditu". Ares menatap caine dengan tertawa kecil.
Caine menatap ares dengan menggeleng pelan, anak ini pintar membuat orang kesal.
"Ares, mau gk kalo rambutnya dijadiin merah kayak mami?". Caine kembali bertanya sambil memilah milah rambut anak itu.
Ares memasang pose berfikir, ndak papa lah ngikutin kata mami sesekali gk deh, maksudnya setiap kali, pikir ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
[CC S2] Wishes come true
FanfictionCAINE CHANA S2 Apakah perjalanan telah usai? Tentu tidak. Kejadian masa lalu akan menjadi pengalaman dan pembelajaran untuk masa depan, tapi tak tau apakah kali ini akan sehancur kemarin atau seutuh harapan. "Dulu aku melawan presiden karena nyawa h...