Sebelum Rencana Gagal

714 98 43
                                    

a/n - ini bakalan panjang

Hinata baru saja keluar dari kamar mandi. Dia membersihkan dirinya dari semua kelelahan dan debu hari ini. Gadis itu melihat Ino tiduran di ranjang sementara Karui belum pulang. Katanya akan latihan sampai jam 9 malam. Hinata menggosok rambutnya yang basah. Dia baru saja keramas dan itu terasa sangat menyegarkan meskipun musim dingin hampir tiba.

"Sudah selesai mandi?" tanya Ino. Dia melihat Hinata mengaplikasikan produk perawatan wajah dan rambut juga parfum. Wanginya semerbak mengisi ruangan.

Hinata mengangguk dan melihat Ino menggenggam komik di tangannya. "Komik apa itu?"

"Oh, ini?" Ino melihat komik yang dibawanya sendiri. "Komik Aizawa Sensei. Biasa, romance." Ino melihat Hinata lagi dan berkata, "ngomong-ngomong, Hinata... Sakura tadi ngikutin kalian, loh."

Hinata terdiam, lalu melihat Ino. Dia duduk di kursinya. "Kenapa nggak bilang tadi waktu masih di perpustakaan?"

"Ada Sasuke, aku nggak mau ngomongin." Dahi Hinata mengernyit lalu Ino berkata, "Tiap aku ngomong soal Sakura, ekspresinya langsung aneh."

"Aneh gimana?"

"Ya aneh aja. Dia kayak lagi mikirin sesuatu. Dia juga akhir-akhir ini baca buku aneh."

"Buku aneh?" tanya Hinata setengah heran.

"Iya. Kayak buku-buku hukum gitu. Aku nggak paham. Dia mau ganti jurusan dari dokter ke hukum, ya?"

Hinata terdiam lagi. Sebenarnya dia sendiri juga tidak tahu, karena Sasuke tidak cerita apapun. Dia masih mempercayai Sasuke. Toh kejadian itu terjadi sebelum mereka meluruskan kesalahpahaman. Pasti hanya karena pria itu gundah dan takut kalau Sakura akan melukainya, persis seperti yang Sasuke katakan padanya tadi siang. Mungkin dia sedang merencanakan sesuatu? Hinata tidak tahu.

"Ngomong-ngomong, Sakura ngapain ngikutin aku dan Sasuke?"

"Aku juga nggak tahu. Tadi langsung kucegat, eh dia marah-marah di perpustakaan. Sampai teriak-teriak segala. Cewek gila." Tiba-tiba Ino teringat kejadian ketika dia diselamatkan Gaara. Dia memutuskan kalimatnya, tapi ekspresi wajahnya mengatakan seolah dia masih punya hal untuk dikatakan.

"Terus?" tanya Hinata melihat ekspresi Ino.

"Terus..." Ino terlihat ragu, tapi dia ingin sekali cerita hal ini pada Hinata. Namun kesempatannya jarang ada karena mereka mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing. "Terus... Sakura angkat tangannya kayak mau jambak atau nampar aku nggak tahu. Gaara tahu-tahu datang nahan tangan Sakura."

Hinata tertegun dan hampir berseru. "Gaara menyelamatkan kamu?"

Ino mengangguk. Hinata langsung duduk di ranjang Ino dan memeluk bantal boneka milik Ino.

"Kok bisa? Cerita-cerita!" Gadis itu tiba-tiba ikut antusias. Masalah Sakura memang membuatnya pusing, tapi dia tidak ingin Ino terlibat dan membuat pengalihan.

"Aku juga nggak tahu. Itu pun dia langsung pergi lagi bareng Matsuri."

Hinata mengangguk dan hanya bisa diam. Ino juga diam. Dia seperti banyak hal di dalam pikirannya.

"Ino, kamu sebenarnya suka Gaara, kan?" tanya Hinata tiba-tiba.

Ino terkejut dan ekspresinya langsung berubah. "Hah? Mana ada!"

"Terus, kenapa kamu nggak suka lihat Gaara sama Matsuri? Kalau akhirnya Gaara pacaran sama Matsuri, ya nggak apa-apa, dong? Kenapa kamu harus marah-marah?"

"Aku nggak marah-marah!" Namun Ino melihat ekspresi Hinata yang tersenyum, seakan tahu semua. Wajah gadis itu langsung merengut. "Iya, sih. Aku marah-marah. Tapi itu karena aku nggak suka Matsuri aja. Dia kayak cewek lemah, pick me, yang suka nyari perhatian cowok-cowok. Nyebelin!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Second Life Can't Be This EasierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang