Bagaimanapun Caranya

546 93 32
                                    

Tugas orientasi untuk hari ini dan hari berikutnya sudah diumumkan. Tugas hari ini adalah menyebutkan nama-nama gedung dan fasilitas di jurusan masing-masing, juga menyebutkan ekskul jurusan dan ekskul sekolah mana yang membuat mereka tertarik. Sementara tugas untuk hari besok, tim masing-masing akan berkumpul untuk mendiskusikan suatu topik untuk grup diskusi di hari berikutnya. Kelompok Ajisai mendapatkan topik "Future Career Path and Oportunities".

Setelah topik dibagikan, Naruto meminta semua anak berkumpul ke tim masing-masing. Mau tidak mau Hinata harus meninggalkan teman-temannya dan kembali ke timnya, Ajisai 6 bersama dengan Sakura.

"Untuk tugas hari ini, dikerjakan di buku agenda dan dikumpulkan, ya. Setelah itu, kalau kalian mau diskusi dengan teman setim, silahkan. Persiapkan materinya untuk grup diskusi besok."

Mereka mengumpulkan buku agenda setelah mengerjakan tugas. Ino masih duduk di sebelah Hinata, mengisi ekstrakurikulernya dan Hinata juga mengisi tugasnya. Setelah itu keduanya mengumpulkan buku agenda ke Naruto dan berkumpul dengan rekan setim.

Tim Ajisai 6 satu persatu berkumpul. Hinata dan Sakura saling berpandangan dan duduk bersamaan di posisi yang saling berhadapan. Tim mereka terdiri dari 7 orang, Koyuki dari kelas internasional, Sakura, Atsui dan Yuri dari kelas reguler, Kumo dari kelas teknik kelistrikan, Sayu dari lari atletik dan Hinata dari kelas seni rupa.

"Gimana kita mau nyusun materi, nih? Sekarang aja?" Atsui memberi usulan pertama.

"Aku harus pulang dulu. Kalau kumpul lagi setelah sore, gimana? Di cafe di Nakano?" tanya Sayu.

"Eh, habis itu malamnya kita main sekalian aja, gimana?" tanya Yuri.

"Boleh-boleh!" Kumo setuju.

"Kalau main, aku pass, deh. Asrama ada jam malam," Hinata membalas dan membuat mereka mengangguk mengerti.

"Kalau gitu kita bikinnya di perpustakaan aja."

"Iya, lagian perpus juga enak banget buat bikin tugas."

Satu kalimat dari Hinata dan dalam sekejap semuanya berubah. Sakura mengamati situasi ini, terutama Hinata, merasa tak suka.

Gadis itu segera menyolot, "kenapa harus di perpus, sih? Rumahku ke sekolah jauh. Nanti aku pulangnya jadi kemalaman. Ngerepotin aja."

Kumo lalu menimpali, "Sakura, Hinata tinggal di asrama. Kalau kita bikin tugasnya di kota dan dia jadi pulang terlalu malam gimana?"

"Salah sendiri ikut asrama," kata Sakura bersungut.

"Kenapa nggak kamu aja yang tinggal di asrama? Kan rumahmu jauh." kini Sayu yang menyahut dan Sakura tidak bisa berkata lagi. Dia takut kalau dia membuat alasan tentang kondisi keuangan keluarganya, orang-orang akan merendahkannya.

Sayu dan Kumo yang berdebat kecil dengannya tadi adalah anak-anak terusan dari SMP Kudan. Atsui dan Koyuki juga berasal dari SMP Kudan. Anak-anak terusan dari SMP Kudan yang kemudian sekolah di SMAK Kudan, biasanya berasal dari keluarga kaya. Sementara Yuri memang bukan dari SMP Kudan tapi melihat penampilannya juga ponsel terbaru yang dibawanya, Sakura yakin dia anak orang kaya juga.

Sakura menggigit bibirnya, merasa kesal karena Hinata bahkan tidak perlu berdebat dengannya untuk membuatnya terpojok. Gadis itu hanya mengucap satu kalimat lalu diam dan membiarkan orang-orang membelanya.

Entah mengapa sikapnya yang begini terasa menyebalkan bagi Sakura. Apakah memang gadis itu seperti ini di kehidupan pertama? Seingat Sakura, Hinata adalah gadis cupu penakut, pemalu, yang setelah 'diupgrade' Sasuke, kemudian menjadi ketua tim dan merubah dirinya sendiri.

Melihat gadis itu berubah di kehidupan kedua, membuat Sakura semakin membencinya.

+++

Bohong jika Hinata tidak tahu apa yang terjadi saat ini. Teman-teman sekelompok yang membelanya dan Sakura yang terpojokkan. Entah mengapa ini membuat Hinata merasa dejavu, tapi dalam situasi yang berbeda.

Second Life Can't Be This EasierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang