Beradaptasi Itu Perlu

490 91 30
                                    

Semenjak menjadi wakil ketua OSIS, rutinitas Hinata bertambah. Dia harus ikut rapat. Hari Jumat dan Sabtu memang hari khusus tanpa kegiatan klub. Jadi, biasa digunakan untuk aktivitas OSIS. Namun karena hal itu, Hinata harus merelakan kelas melukisnya. Padahal sebentar lagi akan ada pameran di Galeri SMA Kudan. Hanya hari Sabtu dan Minggu-lah dia bisa melukis dengan tenang. Hinata lalu membuat alasan pada Sasuke, sebagai ketuanya.

“Hari Sabtu… aku ada les melukis.”

Sasuke yang kini duduk di kursi ketua OSIS, melihatnya dengan pandangan sinis.

“Ini bukan alasanmu karena mau kabur lagi, kan?”

Hinata merapatkan maskernya dan setengah berteriak. “Aku sungguh les melukis, ya! Kalau tidak percaya, lihat saja sendiri.”

Kini Sasuke meledeknya, “jadi kamu sekarang membolehkanku mampir ke rumahmu? Wah, senang sekali.”

“Nggaaaaak!” Hinata segera berlari keluar dari ruang OSIS. Dia lalu berteriak, “pokoknya hari Sabtu aku libur kerja! Bodo amat!!!”

Hinata segera menutup pintu. Dia berjalan kesal menuju kelasnya dan menjatuhkan diri duduk di kursi. Gadis itu menghela napas panjang dan membuka maskernya. Gara-gara harus bersama Sasuke setiap kali urusan OSIS, dia jadi harus mengenakan masker, bahkan di musim dingin. Hinata terbangun, menatap wajahnya di cermin. Mulai ada bintik-bintik jerawat. Apalagi kalau bukan karena masa puber ditambah udara yang lembab. Juga stres berkepanjangan karena dipanggil-panggil Sasuke terus menerus. Anak itu benar-benar tidak bercanda soal memanggil Hinata 1000 kali sehari. Dia bahkan memanggil Hinata lewat intercom.

SMP Tokyo memang memiliki fasilitas intercom. Ada satu di ruang guru, serta ruang OSIS, dan akhir-akhir ini untuk terus memanggil Hinata, Sasuke menggunakannya hampir setiap hari.

Ino menghampirinya dengan roti keju dan susu kotak pesanan Hinata. Dia harus mengurus masalah OSIS lagi di jam-jam istirahat, apalagi kalau bukan karena Sasuke. Jadi, Ino membantunya mengisi gizi Hinata karena waktu yang dipakai untuk mondar-mandir lari ke ruang OSIS.

“Ini pesananmu,” kata Ino tertawa kecil.

“Terima kasih Ino.” Hinata akhirnya bisa beristirahat sebentar dan mengisi perutnya.

“Jadi OSIS berat banget, ya?” komentar Ino setelah melihat betapa kelimpungannya Hinata setelah tergabung dalam OSIS.

“Tidak juga,” kata Hinata masam. Sebenarnya yang menjadikannya berat karena Sasuke adalah ketuanya. Tahu begini, lebih baik Hinata saja yang jadi ketua. Dengan begitu, dia bisa memberikan Sasuke segudang pekerjaan dan membuatnya sibuk. Kenapa dia tak terpikirkan hal ini?

“Emang, yang kalian kerjakan apa sih? Kok kayaknya sibuk terus,” kata Ino mencomot roti stroberinya.

Hinata terdiam sejenak dan memikirkan agenda OSIS selama setahun ke depan.

Di angkatan sebelumnya, OSIS hanya mengurus klub, kedisiplinan, serta kesehatan UKS. Dana terbesar ada pada UKS dan klub saja. Namun karena Sasuke dan Hinata sudah sepakat soal program kerja mereka dan anggota OSIS yang lain juga sepakat, mereka kemudian membuat beberapa agenda.

Agenda 1, pembukaan klub baru. Tahun depan, sekolah mulai membuka kelas seni dan olahraga. Kelas seni yang dibuka adalah kelas seni rupa dan seni musik. Sedangkan kelas olahraga yang dibuka lebih beragam, ada kelas lari, renang, voli, basket, tenis, dan sepak bola. Tahun ini semua fasilitasnya sudah selesai dibangun, kurikulum juga sudah siap. Bagian OSIS berencana untuk membuat klub dengan bidang minat yang serupa, agar antar kelas reguler dan kelas kejuruan bisa saling membaur. Tugas-tugas OSIS dalam hal ini adalah membuat pengumuman dan mempromosikan klub-klub baru ini. Karena akan semakin banyak siswa datang tahun depan, kebutuhan UKS juga harus diperhatikan. 

Second Life Can't Be This EasierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang