Akhir Semester

542 105 22
                                    

a/n terima kasih atas perhatiannya buat Season 1. Hehe. Saya jadi semangat untuk melanjutkan, dan semoga bisa melanjutkan PR yang lain juga. Hehehe.

Season 2 ini tidak akan secepat season 1 updatenya. Jadi, mohon maaf untuk bersabar, ya. Tapi bakal diselesaikan di wattpad, kok :))

+++

Hinata pulang sekolah hari itu bersama Sasuke, Ino dan Gaara. Mereka takjub dengan rumah satu lantai yang cukup besar. Sangat jarang melihat rumah seperti ini di kota besar Tokyo. Namun rumah Hinata terletak di pinggir kota Tokyo, dekat dengan pabrik pengolahan gula tempat ayahnya bekerja, jadi cukup sering melihat rumah semacam ini. Rumah itu memiliki pekarangan yang luas, sama seperti beberapa rumah di sekitarnya.

"Ini rumahmu, Hinata?" tanya Ino. Rumah Ino sebenarnya jauh lebih besar dari rumah Hinata. Dua lantai dan memiliki pekarangan yang luas juga karena Ino sebenarnya anak tunggal kaya raya. Ino seperti tidak percaya karena Hinata selalu bersikap sederhana bahkan cenderung hemat.

"Iya," kata Hinata. "Hanya rumah dinas. Setelah Papa pensiun, aku dan keluargaku nggak tinggal di sini lagi."

Ino mengangguk mengerti. Mereka memasuki pekarangan yang berjarak kurang lebih 10 meter dan Hinata kemudian membuka pintu samping. Bahkan pintu masuknya memiliki 2 akses, pintu depan untuk tamu dan pintu samping untuk akses keluarga. Hinata menempati rumah ini sejak dia kelas 5 SD, tapi Papa baru naik pangkat menjadi manajer sejak Hinata kelas 8 SMP dan rumah-rumah semacam ini biasa ditempati oleh para petinggi perusahaan dan asistennya.

Ketika mereka datang, Mama menyambut mereka dengan senyum sumringahnya. Mama sudah diberitahu lewat telepon kalau Hinata dan teman-temannya akan datang jadi Mama segera membuat makan siang yang sedikit lebih banyak.

Ino, Sasuke, dan Gaara terdiam sejenak ketika memasuki rumah Hinata. Mereka segera melepas sepatu di genki dan mendapati harum masakan rumahan.

"Ayo, makan siang dulu," ajak Mama.

Hinata lalu memimpin teman-temannya. Dia menunjukkan westafel untuk mencuci tangan. Setelahnya keduanya duduk di meja makan tempat Mama menghidangkan masakan rumahan untuk teman-teman Hinata.

Gadis itu melihat tatapan Mama berbinar melihat teman-teman Hinata datang ke rumah untuk pertama kalinya. Saat itu juga dia baru sadar, di kehidupan pertamanya, dia tidak pernah mengenalkan teman-temannya pada Mama. Saat SMP, di kehidupan pertamanya dia masuk ke SMP Konoha, Hinata berkenalan dengan seorang pria, anak SMK Yakumo, Yahiko, namanya. Mereka bertemu di media sosial. Pemuda itu pernah membuat Hinata patah hati, gadis it juga baru tahu kalau SMK Yakumo adalah sekolah berandal dan ketika dia ingin bercerita pada Mama, Mama justru memarahinya, menyalahkannya, lalu berkata, "mulai sekarang kamu jangan buka sosmed!" Setelah itu Mama melarangnya untuk pergi kemanapun kecuali sekolah. Dia dikekang, seperti dikurung. Hanya membaca komik saja dan menonton tokusatsu saja, hiburan Hinata saat itu. Namun Mama juga tidak menyukainya karena menganggap hal itu membuat Hinata bodoh.

Setelah kembali di kehidupan keduanya, Hinata tidak pernah mengenalkan teman-temannya kecuali hari ini. Selain karena dia sibuk, nalurinya untuk tidak bercerita mungkin dipengaruhi dari kehidupan pertamanya.

Hinata tidak tahu, tapi sebenarnya Mama di kehidupan kedua ini merasa asing pada putri sulungnya sendiri. Hinata sudah menunjukkan sikap dewasanya yang sangat drastis bahkan sejak dia SD, Hinata yang bisa menentukan pilihannya sendiri, yang penurut, yang pandai bersikap, yang tahu cara berbicara dengan orang dewasa, yang pintar dan cantik. Semua ibu-ibu teman Mama yang sesama istri karyawan di perusahaan tempat Papa bekerja, sama-sama takjub dengan Hinata. Ketika para ibu curhat dengan kelakuan anak-anak mereka, ada yang sering main tidak tahu waktu, ada yang menjahili teman sekolahnya, ada juga yang membuat anak tetangga menangis. Mereka kemudian takjub ketika mendengar Mama bercerita tentang Hinata. Tentang gadis itu yang menjadi wakil ketua OSIS di kelas 7, yang hidup sangat teratur, sekolah, belajar, melukis, kegiatan sekolah dan semuanya dilakukan sangat baik. Mereka bahkan mendengar Hinata dan Pak Hiashi pergi ke Korea selama libur musim panas untuk pameran seni remaja. Bagi mereka, gadis itu adalah anak baik-baik, mungkin bisa dikatakan impian semua orang tua. Orang tua mana yang tidak senang melihat anak mereka belajar dan mengerjakan PR atas kesadaran diri sendiri? Orang tua mana yang tidak senang melihat anak mereka penurut dan pintar seperti Hinata?

Second Life Can't Be This EasierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang