Lomba Menggambar

484 77 10
                                    

Hinata tenggelam dalam lamunannya. Ucapan terakhir Fuuko sedikit mempengaruhinya. Dia ingat soal lomba di Shinjuku di kehidupan pertamanya.

Suatu ketika, ada perlombaan menggambar. Papa tahu bahwa Hinata suka menggambar dan bisa menggambar. Jadi, dia ikutkan lomba tersebut. Hinata ingat kejadian ini. Dia memang ikut perlombaan menggambar tapi di kehidupan pertamanya dia tidak memenangkan perlombaan tersebut. Perlombaan tersebut diselenggarakan oleh sebuah yayasan keagamaan dan diadakan di kuil.

Hinata tertegun karena tak menyangka akan menemui kejadian yang sama setelah beberapa perubahan yang dia lakukan.

Sepulang dari croquis, Hinata masuk kamarnya dan mencoba menulis apa yang dia pikirkan.

Dia telah kembali ke masa lalu, kemudian membuat perubahan, tapi kemudian dia masih mendapatkan kejadian di masa lalu. Yaitu lomba menggambar itu. Mungkinkah karena saat ini, dia masih SD, bersekolah di SD yang sama, bertemu dengan beberapa orang yang sama? Maka dari itu, dia masih mendapatkan beberapa hal yang sama dengan kehidupan pertamanya.

Hinata tidak tahu, tapi dia akan mencoba mengubahnya. Dia harus merubahnya

Untuk menguji perubahan yang akan datang, di hari perlombaan dia mengenakan bandana, sesuatu yang tidak dia lakukan di kehidupan pertamanya. Setelah semua siap, mereka sekeluarga lalu mendatangi lomba tersebut dan Hinata segera bergabung dengan alat-alat gambar yang dia punya.

Hinata menggunakan perpaduan oil pastels dan pensil warna. Temanya adalah kebersihan dan dikerjakan dalam waktu dua jam. Tema yang umum tapi Hinata tahu apa yang dia harus lakukan karena dia sudah sering berlatih. Hinata lalu membuat gambar unik tentang sapu yang memiliki mata, mulut dan tangan agar terlihat hidup serta manusia malas yang sedang tidur. Hinata membuatnya terlihat unik, di saat semua anak membuat gambar kerja bakti dan membuang sampah.

Setelah sesi lomba selesai, sesi hiburan pun dimulai. Penyelenggara membuat panggung pertunjukan sulap dan musik anak-anak untuk memeriahkan suasana. Hinata tidak tahu bahwa penyelenggara menyediakan panggung ini karena di kehidupan pertamanya, dia segera pulang setelah mengikuti lomba.

Hinata memilih menunggu di sebuah bangku kayu bersama Mama, sementara kedua adiknya Hanabi dan Haru menarik Papa untuk melihat sulap.

Sepeninggal Papa dan kedua adiknya, Hinata hanya terdiam sambil melihat anak-anak berseliweran. Tatapannya tak terlihat seperti tatapan seorang anak yang ingin bermain. Dia terkesan seperti mengamati lalu tertawa kecil bagaikan orang dewasa yang melihat tingkah lucu anak-anak kecil.

Mama yang melihat Hinata, lalu bertanya, "Kakak kalau sudah besar mau jadi apa?"

Hinata tertegun dengan ucapan Mama karena hal ini tidak pernah ditanyakan Mama sebelumnya. Hinata lalu balas bertanya, "Kalau Hinata jawab, apakah Mama akan mendukung?"

Mama lalu menjawab dengan senang. "Tentu saja Mama akan mendukung Kakak."

Hinata bertanya lagi, "walaupun tidak sesuai dengan harapan Mama, apakah Mama akan tetap mendukung?"

Mama terdiam lalu berkata dengan tenang. "Apapun yang Kakak inginkan, Kakak cita-citakan, Mama akan selalu mendukung dan mendoakan Kakak."

Sebenarnya Hinata merasa sedih dengan ucapan ini. Karena di kehidupan pertamanya dia memiliki intrik dengan Mama cukup panjang. Itu pula yang membuatnya sempat mengidap depresi berkepanjangan dan hampir melakukan percobaan bunuh diri.

Hinata menatap Mama. Dalam hatinya dia berpikir, apakah dia bisa mempercayai Mama. Namun dia teringat lagi, bahwa dia kembali untuk mengubah masa lalunya, mengubah masa depannya, mengubah Mama. Di kehidupan pertamanya, dia tidak memiliki hubungan yang baik dengan Mama, tapi sekarang Hinata ingin merubahnya dan dia ingin mencoba untuk mempercayai Mama. Bahkan meskipun Mama tersesat, Hinata dengan kedewasaan berusia 30 tahun akan mencoba memandu seorang wanita berusia 39 tahun dan memiliki tiga anak untuk tetap kembali pada jalannya.

Second Life Can't Be This EasierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang