0.8

23.9K 1.9K 21
                                    

              ❛❛Happy Reading❛❛

                              •

                              •

                              •




Shss

"M-Maaf," ujar Xavier yang tak sengaja sedikit menekan luka yang ada di pergelangan kaki sepa, luka itu sedikit membekak, tentu saja. sepa terjatuh saat akan menginjakkan kakinya di tangga, Xavier yang mendengar pun dengan sigap menghampirinya, dengan raut wajah yang ketara sekali tengah khawatir, dan kini mereka berdua berada di kamar milik sepa,

Sepa tersenyum simpul "gapapa ko," Xavier mengedipkan matanya tak percaya, biasanya jika ia membuat kesalahan sedikit pun, sudah pasti lontaran kasar yang akan ia dapatkan.

Xavier menunduk menyembunyikan netranya yang berkaca kaca. Sepa yang memang sedari tadi menatap putranya pun merasa bingung,

"Xavier kenapa," Dengan tak yakin sepa pun bertanya, namun bukan Jawaban yang ia dapat, tetapi...

Hiks

Isak tangis Xavier yang sedari ia tahan pun kini keluar, Xavier mendongakan kepalanya memperlihatkan wajahnya yang basah, sepa mengusap air mata tersebut membuat Xavier tambah terisak,

"Hiks M-Mommy?," Xavier bertanya dengan terisak, ia hanya ingin memastikan! meski bingung sepa menganggukkan kepalanya perlahan.

"Iya sayang, ini m-mommy," Ujar sepa gugup di akhir perkataan nya, mommy? ia belum terbiasa.

Xavier menggenggam tangan lentik sepa yang ada di wajahnya,

"Mommy? Mommy,mom--HUWAAA," Tangisan Xavier semakin pecah membuat sepa kelimpungan tak tau harus berbuat apa, menatap putranya, Xavier masih terisak dengan tangan yang senantiasa menggenggam tangan miliknya, dengan reflek tangan satunya meraih surai milik Xavier dan mengusapnya lembut, sepa memejamkan matanya, merasakan denyut hatinya yang terasa nyeri, sepa rasanya tak kuasa melihat keadaan Xavier yang saat ini, dengan segera sepa menarik tubuh ringkuh itu kedalam pelukannya. 

"Cup cup tenang sayang, Mommy disini, mommy disini." Sepa semakin mengeratkan pelukannya, membuat Xavier dengan gugup membalas pelukan mommy nya, satu kata 'nyaman' ia belum pernah merasakan pelukan sehangat ini, membayangkan nya membuat netra Xavier kembali berkaca kaca.

"Mommy...


Xavier kembali menangis, dirinya bersumpah tak akan melupakan momen ini, kembali mengeratkan pelukannya, persetan dengan rasa pegal, Xavier tak ingin mommy nya pergi.





Di sisi lain seorang pemuda tengah bersandar di tembok, mengusap air matanya yang sempat keluar,dirinya menangis setelah menyaksikan dua orang yang ia kenali tengah berpelukan, tangisan memilukan itu membuat hatinya sakit, diam diam dirinya menginginkan hal itu, ia ingin seperti adiknya...





•••




"Gua cabut,"

"Lah masa cabut, Mau kemana lu? tumben amat biasa juga nginep heh," Ujar hekay merasa heran, Kenneth yang ada di sebelah hekay pun langsung merangkulnya.

"Kepo bet lu kay," celutuknya, hekay menghembuskan nafasnya lelah,

"Kita kenal?," Tanyanya sembari menepis tangan Kenneth,

"Ck sensi amat lu jamal,"

"ANAK ANJ- BAPAK GUA JANGAN DI BAWA BAWA WOI, " Bukan, bukan hekay yang teriak, tapi..

"eh, sorry sorry gua ga tau, bapak lu sehat bim," Tanya Kenneth membuat beberapa orang menatap nya, Kenneth menatap mereka kembali seolah bertanya "kenapa?," namun mereka hanya diam, Kenneth mengangkat bahunya acuh,

"ngapain si mereka? ck padahal gua dah ba--- tunggu,"

"engga, bapak gua kan udah di tanah," ujar abim polos dengan sesekali mengusap ingusnya yang sedikit keluar, mereka menatap abim tak percaya.

Gelap...

Ekhem.

Hekay berdehem memecahkan keheningan, sebenarnya dirinya ingin tertawa melihat betapa tertekan nya wajah Kenneth.. pfthhh

"Ken, muka lu biasa aja bisa ga?,"

"APA? SUKA LU AMA GUA?,"

"APA HUBUNGANNYA BODOH,"

"ANAK ANJ--

"BISA DIAM GA?," teriak seseorang membuat semua orang terdiam membisu, Luhan si kutu buku yang menyandang sebagai wakil ketua bruiser.

"M-Maaf Luhan," Lirih Kenneth dan hekay, semua orang menatap nya tak heran, hanya Luhan seorang yang bisa menjinakkan manusia spesial seperti mereka.

"Hm, cabut," Hekay dan Kenneth saling tatap

"loh? Jer---

"Dia cabut duluan," Hekay mengerutkan alisnya.

"Eh sejak kapan bjilll,"

"SEJAK TADI."






•••





Ckittt

Jeryo membuka helm fullpace nya, dan terpampang lah wajah tampan tanpa ekpresi itu, sedikit menyugarkan rambutnya, kembali berjalan masuk ke dalam mansion.

Baru sampai pintu, tetapi dirinya melihat Javier yang sedang menuruni anak tangga, sampai di bawah Javier sempat menatap jeryo namun dengan acuh Javier kembali berjalan, dengan cepat jeryo meraih tangan adiknya itu, bukan apa dirinya hanya melihat jejak air mata di wajah Javier.

"Kenapa," Jeryo bertanya, namun nadanya seperti tak bertanya, hanya datar itu lah yang ada di wajah jeryo, Javier menghela nafas, menggeleng pelan berniat melanjutkan langkah nya kembali namun..

"Kenapa Javier,"

"Gua ga papa bang," jawabannya sembari memutar matanya malas, kembali melangkah, kali ini tujuannya adalah taman.

Entah Javier sadar atau tidak, dengan jeryo yang mengikutinya..

Bruk

Javier menghempas tubuhnya sedikit kasar, ia melamun terduduk di sebuah ayunan berbentuk keranjang burung, memejamkan matanya ia butuh ketenangan, namun belum satu menit matanya terpejam, kini harus kembali terbuka.

"Kenapa Javier," jeryo kembali bertanya, katakan lah dirinya ini penasaran.

Bukan menjawab Javier malah kembali bertanya.

"Apa yang bakal lu lakuin__ kalo semisal dia berubah," Jeryo menatap datar, tentu nya ia tau "dia" Yang Javier maksud, dengan tenang jeryo memasukkan tangannya ke saku, terkekeh pelan.

"Omong kosong!!," Ujarnya menekan, pergi begitu saja meninggalkan Javier yang hanya menatap punggung jeryo yang mulai menghilang. Mendongakan kepala, menikmati semilir angin yang berhembusan.

Hah

Javier bingung mom..







TBC


Typo tandain!!!

Voment Voment (•ˋ _ ˊ•)


SEPA [TRANSMIGRASI BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang