Begitu Kyuhyun keluar kamar dan menutup pintu, kaki Hyona langsung lemas dan gadis itu jatuh terduduk di lantai. Apa-apaan ini? Apa yang terjadi? Bagaimana mungkin ia ada di Paris bersama dengan Cho Kyuhyun? Lalu apa katanya tadi? Kyuhyun mengganti pakaiannya? Tapi jika diingat lagi, kemarin saat menunggu Daehyun di restoran, Hyona masih mengenakan celana panjang dan blazer kerjanya. Tapi kini yang menempel di tubuhnya adalah gaun tidur selutut berbahan satin berwarna putih yang sangat lembut.
Jadi Kyuhyun benar-benar mengganti pakaiannya? Lalu Kyuhyun bilang pria itu sudah sering melihat tubuhnya? Bagaimana bisa?
Lalu yang paling tidak masuk akal bagi Hyona adalah kalimat Kyuhyun terakhir. “Tunggu aku. Dan aku lebih suka kau melepas semua bajumu saat aku tiba nanti.”
Dasar bajingan gila! Memangnya dia pikir Hyona perempuan macam apa?
Tidak, tidak. Ia harus kabur secepatnya dari sini.
Hyona bangkit. Gadis itu mencoba peruntungannya untuk membuka pintu. Tapi pintu itu jelas di kunci. Hyona pun membuka jendela. Bersiap melompat ketika menyadari dirinya tidak berada di lantai dasar. Jika dilihat dari ketinggiannya, seperti ia berada di lantai tiga. Tapi bagaimana caranya ia turun dari sini dalam kondisi hidup? Ia masih butuh kaki yang waras untuk bisa dipakai berlari secepat mungkin. Ia juga masih harus berkomunikasi dengan orang lain untuk meminta bantuan. Ia harus menghubungi Daehyun. Pria itu harus tahu bagaimana kelakuan saudara kembarnya.
Tali. Ia butuh tali.
Hyona mencari di segala tempat di kamar itu. Laci-laci dan juga lemari. Tanpa gadis itu sadari, segala gerak-geriknya sedang diawasi dari kamera tersembunyi.
***
Kyuhyun duduk di sofa hitamnya yang tampak mewah dan mahal. Tangan kanannya memegangi gelas wine, sementara tangan kirinya memegang ponsel yang menampilkan sosok Shin Hyona. Gadis itu sedang mencari cara untuk kabur rupanya. Sesuatu yang sudah Kyuhyun perkirakan dan selamanya takkan bisa Hyona wujudkan. Karena Kyuhyun tidak mengizinkan. Kyuhyun sudah membuang segala benda yang bisa menghubungkan Hyona dengan dunia luar, maupun benda-benda yang mungkin bisa dipakai untuk kabur.
Satu-satunya cara agar Hyona bisa keluar dari kamar itu adalah menggunakan izin Kyuhyun. Tanpa itu, sampai mati pun Hyona takkan bisa kabur.
“Tuan.” Dean, seorang pria berkebangsaan Korea-Amerika yang menjadi tangan kanan Kyuhyun menghampiri bosnya itu.
Kyuhyun mengalihkan perhatian sejenak. “Bagaimana? Sudah ada kabar terbaru terkait pengkhianat itu?”
“Saya mendapat kabar kalau ada yang melihat Choi Sungjin di Nice.”
“Kirim anak buah kita untuk menangkapnya sekarang juga.”
“Apa perlu saya turun tangan untuk menghabisi nyawanya?”
“Tidak. Tangkap dia hidup-hidup. Aku yang akan menghabisi bajingan itu dengan tanganku sendiri,” geram Kyuhyun dengan tangan mengepal dan alis berkerut tajam. “Dia pikir dia bisa menghindariku dengan kabur sejauh ini? Sepertinya dia lupa sedang berhadapan dengan siapa.”
“Saya yakin Choi Sungjin akan menyesali perbuatannya.”
Seringai Kyuhyun tampak begitu keji. Kemudian ia kembali menatap Hyona dari layar ponsel. Gadis itu kini sedang berdiri di pintu. Menggedornya sambil berteriak minta tolong.
“Spaghetti yang kuminta sudah siap?” tanya Kyuhyun. “Shin Hyona sangat suka dengan spaghetti. Kuharap makanan itu bisa sedikit menghiburnya di sini.”
“Pelayan akan membawanya sebentar lagi, Tuan.”
Seperti kata Dean, tak lama kemudian seorang pelayan datang membawa troli makanan. Kyuhyun membuka penutup stainless berwarna emas itu, begitu puas dengan spaghetti bolognese yang tampak begitu lezat di dampingi oleh wine dan juga buah-buahan.