Clairen's POV
Winter akhirnya berangkat pagi ini, dan sekarang cuma aku dan Eunita yang tersisa di kosan. Rasanya aneh, kayak ada yang hilang, tapi setidaknya aku tidak sendirian. Selama dua hari ini, aku dan Eunita banyak ngabisin waktu bareng. Kadang di kos ku, kadang di kos Eunita. Jarak kos kami juga sangat dekat. Kami ngobrolin berbagai hal, dari yang penting sampai yang receh.
Hari pertama tanpa Winter, aku dan Eunita cuma leha-leha di kosan. Sore-sore, kita duduk di balkon kosku sambil minum teh dan ngemil keripik. Angin sepoi-sepoi bikin sore itu terasa damai banget. Di saat kayak gini, aku ngerasa, liburan yang damai ternyata nggak buruk juga.
"Senin pagi kita barengan ke bandara, kan?" tanyaku sambil memainkan rambut yang agak berantakan di tiup angin.
Aku udah nggak sabar pulang, tapi aku juga bakal kangen momen-momen kayak gini, bareng sahabat-sahabatku di kampus.
Eunita mengangguk. "Iya, gue siang, tapi gue ikut lo dari pagi aja."
Hari-hari berlalu dengan santai. Aku mulai nyiapin barang-barang buat dibawa pulang, sementara Eunita sibuk dengan urusan-urusan kecilnya sebelum balik kampung. Tapi di tengah-tengah kesibukan itu, ada satu hal yang bikin aku excited—aplikasi kencan yang aku unduh beberapa hari lalu. Aku mulai berkirim pesan dengan beberapa orang, dan semuanya orang asing dari berbagai negara.
"Pengalaman baru yang menarik," pikirku sambil senyum-senyum sendiri setiap kali ada notifikasi masuk. Ya walaupun terdapat beberapa orang sinting yang aku temuin, tapi tidak semua begitu. Ada yang hanya ingin mencari teman untuk berlatih berbicara menggunakan bahasa inggris, ada juga yang menjadikannya tempat untuk mencari teman dari belahan bumi lain. Dan tentu saja tidak sedikit yang sepertiku, untuk mengisi waktu kosong, aneh tapi nyata.
Bahkan dalam waktu dua hari ini aku sudah berkenalan dengan lebih dari lima belas orang yang berasal dari berbagai negara. Ada dari London, Puerto Rico, Spanyol, Turkey, Maroco, dan masih banyak lagi. 'Wah ini gila sih'
Author's POV
Hari Minggu malam, Clairen dan Eunita memutuskan untuk pergi mencari makan di rumah makan dekat kos. Suasana santai, obrolan ngalor-ngidul, tapi ada perasaan aneh menyelimuti keduanya—besok adalah hari terakhir mereka di kota ini sebelum mudik ke kampung halaman untuk mengisi libur semester kali ini.
Setelah makan, mereka memutuskan untuk pulang ke kos Clairen. Malam itu, seharusnya mereka tidur lebih cepat agar besok pagi mereka memiliki cukup waktu untuk bisa siap-siap berangkat, tapi ternyata rencana berubah.
"Gimana kalau nonton film aja? Satu film doang, terus langsung tidur," usul Eunita saat mereka sampai di kamar.
Clairen setuju. "Boleh, tapi cuma satu, ya!"
Dengan cepat, mereka memilih film dan mulai menontonnya di laptop yang diletakkan di meja kecil depan kasur. Lampu kamar dimatikan, hanya layar laptop yang menerangi ruangan.
Tapi ada sesuatu yang aneh malam itu. Clairen, yang biasanya selalu fokus kalau lagi nonton, malam ini malah sering banget buka ponsel. Matanya nggak sepenuhnya ke layar, dan sesekali senyum-senyum sendiri.
Eunita, yang duduk di sebelah Clairen, nggak bisa menahan rasa penasaran. "Clay, lo lagi apa sih? Tumben banget nggak fokus sama film?"
Clairen terkejut kecil, menutup ponselnya dengan cepat. "Ah, nggak lagi apa-apa. Nonton aja," jawabnya sambil terkekeh.
"Gue kenal lo banget. Lo nggak pernah kayak gini kalau nonton. Lo lagi ngapain sih?" Eunita menatap tajam ke arah Clairen dengan salah satu alis yang terangkat, penasaran setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
App-Tastic Love
RomantizmClairen Jaya, gadis yang cerdas dan periang, menjalani kehidupan perkuliahan layaknya mahasiswa biasa. Namun, saat libur semester tiba Clairen merasa terjebak dalam rutinitas yang sunyi. Untuk mengusir kebosanan, ia mendownload sebuah aplikasi kenc...