Part 14

83 40 14
                                    


Clairen's POV

Panggilan video yang kulakukan dengan Aron baru saja berakhir beberapa saat yang lalu. Saat ini, aku sedang sibuk membersihkan dapur, memastikan semua alat dan bahan yang tersisa kembali ke tempatnya. Loyang bekas panggangan cookies beserta beberapa alat lainnya telah kutumpuk di wastafel, menunggu untuk dicuci. Jujur saja, baking memang sangat menyenangkan. Tapi untuk membersihkan kekacauan dapur yang terjadi setelahnnya merupakan hal yang selalu ingin ku skip. Entahlah, tapi itu yang selalu ku rasakan.

Beberapa saat lalu aku sudah menghubungi kedua sahabatku, Valeryn dan Theo, untuk datang ke rumahku hari ini. Sudah seminggu sejak pertemuan di cafe kami bertiga tidak berkumpul, apalagi Theo yang belakangan sibuk keliling kota, katanya ingin jadi "turis lokal," dia mengunjungi banyak tempat wisata untuk menjalankan hobi fotografinya. Selain itu, aku juga ingin memberikan cookies buatanku untuk mereka. Tiga piring berisi penuh cookies yang berbeda jenis sudah tertata rapi di atas meja dapur, serta dua box  yang telah ku siapkan untuk Valeryn dan Theo bawa pulang.

Suara bel pintu membuyarkan lamunanku. Tak lama kemudian, kudengar suara Valeryn dan Theo dari arah ruang tengah. Mereka pasti sedang berbicara dengan mama, mengingat mereka memang sangat akrab dengan keluargaku, begitu pun aku dengan keluarga mereka. Benar saja, suara tawa dan obrolan mereka dengan Mama langsung terdengar dari dapur.

"Anak-anak Mama datang nih!" Suara Mama terdengar menggema, membuatku tersenyum kecil.

"Iya, Mam. Clay bilang lagi buat cookies hari ini, gak mungkin dong aku gak datang buat ngabisin" Jawaban dari Valeryn membuat Mama tertawa. "Gak mungkin kan ngelewatin kesempatan makan cookies buatan Clay. Bahkan sebelum dia buat versi proper dan seenak sekarang, aku udah jadi tester-nya!" sahut Theo sambil tertawa. "Mama tau kan, Clairen dulu pernah nyuruh kita makan cookies  gosong buatannya?" Lanjut Theo. 

Dari dapur aku sudah bisa membayangkan eksperi Theo saat mengatakan hal itu. Dia selalu saja mengulang cerita itu, seakan memiliki dendam. "Eh, itu kan pertama kali bikin!" suaraku nyaring, protes dari dapur, membuat mereka tertawa lebih keras.

Mama ikut terkekeh, "Udah biasa jadi kelinci percobaan Clairen, ya?" Theo memasang wajah sok serius, "Iya, Mam! Kita sebenarnya ditindas ama Clay." 

Valeryn dan Theo tertawa lepas, diikuti oleh tawa Mama. Aku ikut tertawa kecil sambil melanjutkan pekerjaanku. Sesaat kemudian, Valeryn dan Theo menyusulku ke dapur.

Valeryn dan Theo muncul masing-masing dengan senyum lebar. Valeryn langsung melayangkan tangannya ke atas piring cookies di meja, mengambil satu dan menggigitnya tanpa permisi. Theo, seperti biasa, memasang tampang berlagak sok ragu sambil menatap piring berisi cookies buatanku.

"Enak gak nih?" godanya sambil menatapku dengan alis terangkat.

Aku menggeleng sambil tersenyum, "Cobain aja dulu, kalau nggak enak balikin ke gue."

Theo akhirnya mengambil satu cookies, mengamati sejenak, lalu menggigitnya. Wajahnya langsung berubah sumringah, matanya menyipit penuh kepuasan. "Oke, kali ini kamu lulus, Chef Clairen," katanya sambil tersenyum lebar.

Valeryn meneguk air yang sudah kusiapkan di meja sambil tertawa kecil. "Kali ini? Dari dulu sebenarnya udah enak, tau!" mencoba membelaku.

.

.

.

Kami sudah berpindah ke ruang tengah, bergabung bersama mama yang masih asik dengan bukunya, namun sesekali menggigit cookies buatanku. Kami mulai menikmati cookies dan minuman dingin yang sudah ku siapkan. 

App-Tastic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang