13

75 13 1
                                    

Jihoon memandang lurus ke arah pemandangan sore di atas balkon kamarnya. Sinar sang Surya yang hampir tenggelam itu menerangi wajah putih Jihoon yang membuat pemuda manis itu terlihat begitu cantik dan indah.

Pikirannya sedang bertraveling entah kemana saat ini, ia masih mengingat ucapan Junkyu yang memeluknya di koridor sekolah tadi. Tidak mungkin itu terjadi, iya tidak mungkin.

Jihoon berani bersumpah jika itu benar, ia tidak segan² untuk membunuh dirinya sendiri. Mau di taruh mana wajahnya jika semua orang mengetahui nya? Bagaimana kehidupan Jihoon jika hal itu sampai terjadi, hal malam itu saja dia tidak berani bercerita... Dan sekarang? Hal yang sama sekali tidak pernah terlintas di benaknya itu menghantui pikirannya sekarang.

" Aku gak mau.. " gumam Jihoon sambil menggeleng kan kepala dan meneteskan air matanya yang sedari tadi terbendung untuk segera di loloskan.

Mungkin saja dia masuk angin bukan? Mual bukan berarti itu, masih banyak hal² yang memungkin kan seseorang saat mual. Jihoon harus berfikir positif, jangan sampai ... Jangan sampai dugaan Junkyu benar.

" Jihoon " Jihoon dengan segera menghapus air matanya saat Jaehyun memanggil namanya dan masuk ke dalam kamar.

" Ahh di sana kau ternyata, begini nak ayah dan bunda baru mendapat telepon dari perusahaan. Jadi dengan berat hati kami harus meninggalkan mu sore ini hingga malam, tak apa kan? " Tanya Jaehyun menatap wajah Jihoon.

Jihoon tersenyum kikuk, " ah- iy...ya , tidak papa. " Balas Jihoon mengangguk. Jaehyun yang melihat raut wajah sang putra heran, kenapa anaknya ini begitu khawatir?

" Jihoon ada sesuatu? " Ucap Jaehyun to the point. Jihoon yang mengetahui jika ayahnya itu sadar akan ekspresinya, si manis dengan cepat mengubah raut wajahnya.

" Tidak.. tidak ada. Aku hanya lelah karena sekolah hari ini. " Kata Jihoon tersenyum tulus agar ayahnya itu percaya.

" Baiklah kalau kau baik² saja. Kami tidak akan pulang terlalu larut, kalau kau tidak berani biar ayah telponkan Doyoung?"

" Tidak usah ayah, aku sendiri saja tidak papa! "

" Oke, ayah dan bunda pergi ya? Hati² di rumah, jika ada sesuatu kabari kami atau Doyoung dan teman² mu." Jihoon mengangguk , ia menatap punggung ayahnya sampai hilang di balik pintu kamarnya.





(⁠ᵔ⁠ᴥ⁠ᵔ⁠)




Jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih dua puluh, Jihoon lapar ia belum mengisi perutnya sejak tadi siang. Akhirnya pemuda manis itu turun ke bawah untuk mencari sesuatu agar bisa dimakan. Tangan Jihoon mengambil sebuah roti tawar dan selai coklat di meja makan, ia menghidupkan panggangan lalu memanggang roti tawar yang ia pegang.

Ia hanya membutuhkan waktu lima menit untuk rotinya, setelah memberi selai coklat yang ia bawa tadi Jihoon menaruhnya di atas piring. Kaki jenjangnya melangkah untuk menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua, namun ia menoleh saat bel pintu rumahnya berbunyi.

" Tumben jam segini? " gumam pemuda tersebut, sebelum menuju ke arah pintu ia meletakkan piring yang berisi makanannya malam ini di meja ruang tamu.

Ceklek

" Tumben kal-" Jihoon menggantungkan ucapannya saat melihat siapa yang berada di rumahnya sekarang.

Tangan pemuda itu ingin kembali menutup pintu yang terbuka sedikit, namun tangan kekar nan besar di hadapannya dengan cepat menahan pintu agar tidak tertutup.

Too much love { KyuHoon }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang