11

74 6 1
                                    


Awan yang semula cerah kini berganti hitam, membenamkan matahari yang bersinar begitu cerah. Beribu² bahkan jutaan air mata dari awan tersebut jatuh membasahi permukaan bumi.

Jihoon menatap kosong lantai balkon kamarnya yang sedikit basah, dengan sebuah plaster penurun panas yang melekat di keningnya. Sudah satu Minggu berlalu, kejadian itu benar² membuat Jihoon down sekarang. Ia hancur, seperti tak memiliki harga diri, bahkan ia tak berani keluar untuk menampakkan diri.

Selama itu juga, Jihoon mengurung diri di dalam kamarnya. Jangan kan memberi kabar temannya dia bahkan tidak menemui orang tuanya satu Minggu ini. Membuat Rose dan Jaehyun khawatir pada putra sematang wayang mereka. Sampai Jaehyun memberanikan diri untuk mendobrak pintu kamar Jihoon dan menampakkan putranya yang sudah tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.

Ia menyandarkan punggung nya di kepala kasur, netra nya terpejam dengan air mata yang luluh membasahi wajahnya. Ia meringis merasakan sakit di kepala, dadanya sesak. Doyoung dan kedua sahabatnya juga sudah beberapa kali datang ke rumahnya, di hari pertama Jihoon mengurungkan diri.

Dan kemarin saat Jihoon di temukan oleh orang tuanya dengan kondisi tak sadarkan diri. Rose beberapa kali bertanya pada Jihoon, hal apa yang membuatnya seperti ini. Tentu Jihoon tidak akan memberi tahukannya, ia takut dengan keadaan.

Ia malu, ia sudah menghancurkan kepercayaan orang tuanya, ia tidak bisa menjadi seseorang yang di inginkan orang tuanya.

Pintu kamar terbuka menampakkan Rose dengan nampan berisi makanan dan juga obat. Wanita itu duduk di kasur tepat di samping Jihoon, setelah meletakkan nampan tangannya kini berjalan mengelus lembut surai hitam milik Jihoon.

Mata Jihoon terbuka, ia tersenyum miris saat Rose memberi senyum hangat padanya. " Ayo makan lalu minum obat, sepertinya demam mu sudah mulai turun. "

" Setelah makan kau bisa membuka plaster yang berada di kening mu. " lanjut Rose lalu mengarahkan sedok ke arah mulut Jihoon.

Jihoon membuka mulut, melahap makanan yang terasa pahit di lidah. Rose menatap sedih kearah Jihoon yang menunduk, apa yang terjadi dengan putranya? Sudah satu Minggu saat ia pulang bersama Doyoung , Jihoon terlihat aneh bahkan sampai mengurungkan diri.

" Kau tidak mau cerita pada bunda? "

Jihoon mendongak, jantungnya berdegup begitu cepat. Jihoon mengontrol perasaan nya lalu memberi senyuman ke arah wajah cantik bundanya.

" Apa yang harus Jihoon ceritakan bunda? Jihoon baik² saja." balas Jihoon masih menatap Rose. Rose menggeleng mata Jihoon tidak bisa berbohong, ia sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

" Jihoon kau tidak bisa berbohong pada ku, aku ibu mu aku tau apa yang kau rasakan sekarang. " Kini mata Rose menatap serius ke arah Jihoon, ia meletakkan piring di atas nakas lalu menangkup wajah manis di hadapannya.

" Ceritakan, bunda akan membantu mu sebisa bunda. Jangan memendamnya nak... Kami yang tersiksa. " lirih Rose , setetes butiran bening jatuh dari kedua mata Rose. Sedikit membasahi punggung tangannya yang menggenggam tangan pucat Jihoon.

Jihoon menunduk, bagaimana ia cerita? Kejadian itu sama sekali bukan kemauannya, ia tidak sanggup menceritakan kepada budannya. Pasti Rose akan malu, ia pasti membenci Jihoon setelah ini. Terutama Jaehyun, ayahnya ia tidak mau pria itu kembali masuk rumah sakit akibat ulahnya untuk ke dua kali, ia tidak mau mengambil resiko lebih.

" Jihoon... Doyong sudah bercerita pada ku. Saat itu kau pergi ke club bukan? "

Deg

Jantung Jihoon terasa berhenti, apa yang harus ia lakukan sekarang? Alasan apa lagi yang harus ia buat untuk membuat bundanya percaya.

" Bunda Ji- huwek.. huwekk. " Jihoon menutup mulutnya saat merasa akan memuntahkan isi perutnya, perutnya bergejolak ingin segera di muntahkan.

" Kenapa nak? Kau baik² saja? "

Jihoon berlari ke toilet, memuntahkan cairan bening di wastafel. Tangannya meremas kuat bibir wastafel,Jihoon lemas perutnya sangat mual sekali. Lalu menghidupkan keran dan mencuci mulutnya.




(⁠ᵔ⁠ᴥ⁠ᵔ⁠)




Hari ini Jihoon akan kembali masuk ke sekolahnya setelah seminggu tidak hadir. Jihoon menatap dirinya di pantulan kaca, ia harus bisa melawan keadaan, ia harus bangkit ia tidak boleh terus berlarut dengan kejadian itu. Toh.. itu tidak akan mengembalikan semuanya kan? Hanya membuang waktu dengan sia².

" Kau sudah siap? "

Jihoon memutar tubuh tersenyum pada Jaehyun dan mengangguk. Ia berjalan mendekat lalu menutup pintu dan pergi bersama ayahnya setelah berpamitan denganRose.

" Kau benar baik-baik saja kan? Jika merasa kurang sehat, minta pada Doyoung atau teman mu untuk mengantarmu pulang ya. " Ucap Jaehyun mengelus surai putranya. Jihoon keluar dari mobil tersenyum pada ayahnya yang melesat pergi.

" Jihoonaa.. " itu suara Asahi, ia berlari ke arah Jihoon yang juga berjalan mendekat.

" Hufftt .... Jihoon kau kenapa? Kau sudah baik kan? " Cemas Asahi menatap senduh ke arahnya.

" Aku baik² saja. Kau tidak perlu kahwatir."

Jihoon menarik pandangannya ke penjuru lapangan " Doyoung dan Junghwan mana? Mereka belum datang? "

" Sudah mereka di kelas, ayok."
" Kau tahu Jihoon kau membuat kami sangat khawatir, tiba² saja kau mengurung diri setelah pergi bersama kami. "

" Dan setelah itu mendapat kabar kalau kau juga sakit, kau kenapa? Apa ada yang menyakiti mu malam itu? " tanya Asahi menatap Jihoon intensif.

" Tidak... Aku hanya.. lelah itu saja. Sudah lah , tidak usah di pikirkan sekarang aku sudah di sini bersama mu kan? "

" Lain kali jangan seperti ini, aku tidak mau kau kenapa². Setelah pulang sekolah kau harus menembus kejahilanmu itu pada kami. " Ancam Asahi lalu merangkul lengan Jihoon dan menariknya menuju kelas.































































































Semangat hun...❤️😪







Maaf banget kalo garing😣 makasih bangettt lohh yang udah baca sampai part ini 🙏
Maaf jika kurang memuaskan 😀

Semoga suka Terima kasih sudah membaca🤗❤️🥳

Too much love { KyuHoon }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang