Pukul tiga pagi Junkyu baru saja kembali ke apartemen, dan di kejutkan oleh seorang Jihoon yang berada di balik pintu dan langsung menghamburkan dirinya pada sang dominan. Kedua kaki Jihoon menghampit indah pada pinggang milik Junkyu, tangannya memeluk apik pada leher jenjang su- aminya.Junkyu yang mendapatkan perlakuan tiba-tiba itu lantas dengan cepat menahan bokong Jihoon, tangan lainnya memeluk erat punggung Jihoon agar tidak jatuh menghantam lantai.
Awalan membuatnya cukup kaget, ada apa dengan pemuda manis ini? Kenapa manja seperti ini? Lalu Junkyu tersenyum " Manja banget, kenapa belum tidur? " Junkyu menggendong Jihoon ke arah sofa lalu duduk dengan Jihoon yang masih dalam pangkuannya.
Jihoon ingin mengajukan pertanyaan, namun matanya menajam saat melihat sebuah luka dan lebam di wajah Junkyu. Tangannya terangkat, mengelus dengan hati-hati pada luka pemuda itu.
" Kenapa? "
" Luka. "
Jihoon menghela nafas, jengah dengan pemikiran dengkal suaminya. Dia juga tau bahwa itu luka, pasti ada penyebabnya kan?
" Aku tahu Kim Junkyu, tapi karena apa? "
Junkyu diam tidak menjawab, ia mengangkat tubuh Jihoon untuk ia dudukan di sofa. Lalu bangkit berjalan ke arah lemari kaca yang bersebelahan dengan tv. Mengambil kotak p3k dan kembali menghampiri Jihoon.
Jihoon menatap Junkyu bingung, Junkyu memutar mata lalu mengelus pipi bersih istrinya.
" Tolong obatkan. "
Jihoon berfikir sebentar, dan menggelengkan kepala setelahnya. Junkyu mengangkat alis yang berartian " Kenapa?"
" Itu hukuman untuk mu "
Junkyu mengernyit hukuman? Atas dasar apa Jihoon berani memberikan hukuman padanya? Junkyu merasa tidak melakukan kesalahan.
" Atas? "
" Semuanya, semua yang terjadi padaku karena ulah mu. Dari kejadian UKS, ayah mu dan pernikahan gila ini. "
Jihoon berucap, toh sudah terjadi kan? Mau mentalak Junkyu saat ini juga dia tidak akan bisa, semuanya sudah terjadi sudah di atur oleh sang memutar balikan semuanya. Jihoon berfikir mungkin dunia sedang memberikannya pelajaran, pelajaran baru untuk menjadi manusia yang lebih berani dan tangguh seperti apa yang di ajarkan oleh bundanya. Dan saat ini Jihoon harus berani memulai, memulai kehidupan dengan seseorang yang sama sekali tidak ia inginkan kehadirannya.
Mungkin hidupnya akan lebih bahagia setelah menerima semua dengan lapang dada. Mencoba menjadi diri yang lebih baik lagi bersama pemuda di hadapannya sekarang.
" Tidak baik menolak permintaan suami Jihoon. "
" Tidak baik memaksa seseorang tanpa kehendaknya sendiri Junkyu. "
Junkyu mengeram, menatap datar pada pemuda manis yang sedang menahan tawa untuknya. Junkyu kembali mengangkat tubuh kecil itu dan memangkunya mengalungkan tangan kekarnya pada pinggang milik Jihoon. Menariknya agar mengikis jarak keduanya, Junkyu memajukan wajah matanya turun menatap bibir plum Jihoon yang sedikit terbuka. Jihoon menahan nafas, dapat ia rasakan nafas hangat Junkyu yang menerapa kulit bibirnya.
" Cium... Ya? "
Jihoon memutar matanya malas, ia benci dengan pemuda mesum ini. Tapi bodohnya dia menikah dengan Junkyu dan memilih untuk bisa mencintai layaknya pasangan suami istri di luar sana. Tidak lebih sih , hanya untuk anaknya. Ingat untuk anaknya.
" Bisa izin? Di sekolah kemarin kenapa eng-hmmpp. "
Belum sempat ia menyelesaikan ucapan, Junkyu lebih dulu menutup mulut Jihoon dengan mulutnya. Melumat pelan bibir yang sepertinya akan menjadi candu Junkyu untuk beberapa bulan kedepan. Menyesap bibir bawah dan atas dengan penuh kehangatan, tidak seperti di UKS kemarin. Semakin menarik tubuh yang lebih kecil agar menempel sempurna, tangannya juga tidak diam Junkyu mengelus sensual pada bagian punggung menyelipkan tangan pada piyama yang di kenakan istrinya.
Terjadi hanya beberapa saat, terhenti karena Jihoon mendorong Junkyu untuk melepaskannya.
" Aku obatin, sedikit berubah pikiran. "
" Tidak usah "
" Kau yang minta, kenapa sekarang kau menolaknya? "
" Sudah sembuh "
Jihoon mengernyit, Junkyu ini kenapa? Dia tidak kehilangan ingatan karena mereka berciuman tadi kan?
" Dengan Ciumanmu. "
Cup
Cup
(ᵔᴥᵔ)
Junkyu menatap kosong pada langit-langit kamarnya dan..... Jihoon. Matanya memejam ketika rasa sesak menghantam kembali dadanya, tangannya naik meremas kuat pada bagian yang terasa begitu ngilu dan menyakitkan. Nafas Junkyu tercekik, pemuda itu menutup mulut saat ingin terbatuk ia tidak mau mengganggu tidur Jihoon.
Ia bangkit berjalan tertatih ke arah kamar mandi, menahan tubuhnya di pinggiran bathtub sambil merasakan dadanya yang begitu bergemuruh dan sakit secara bersamaan. Sesak, terasa seperti di remas kuat, Junkyu susah untuk bernafas. Pemuda itu kembali terbatuk-batuk memukuli dadanya hingga mulutnya mengeluarkan darah segar. Junkyu kembali membekap mulutnya saat ia terbatuk lagi membuat darah segar itu kembali keluar dan mengotori sela jarinya.
Matanya menatap nanar pada lantai kamar mandi dengan genangan darah yang bercucuran keluar tanpa permisi dari mulutnya. Junkyu kembali meremas dadanya kuat, ia tidak tahan. Sungguh, ini menyakitkan sangat-sangat menyakitkan.
Junkyu mencoba menarik nafas, menetralkan nafasnya yang memburu. Namun tetap sama tidak membuahkan hasil sama sekali.
Drrtt...drrtt...
Junkyu mengambil ponsel di saku celana jeansnya, memencet tombol angkat.
" Junkyu kau di mana sekarang? "
" Apart. "
Junkyu berdesis, ya tuhan tolong jangan buat dirinya lemah seperti ini. Junkyu menahan ringisan saat dokter Hyunjin menanyai keadaannya.
" Kau baik-baik saja kan? Apa sesuatu terjadi padamu? "
" Aku baik dokter, kenapa? "
" Ingat jangan lupa memi- "
Junkyu memutus panggilan, persetan dengan obat! Junkyu tidak akan meminumnya lagi mulai sekarang.
" Ada tidak adanya obat itu aku akan tetap mati, lalu untuk apa meminumnya. "
Junkyu kembali berdesis, matanya terpejam menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Masih kurang, ini sakit Junkyu tidak tahan. Wajahnya terangkat menatap langit-langit atap kamar mandinya, nafas sesak masih keluar dari indra pernafasannya.
Junkyu tidak mau mati, walaupun ia tidak ingin mengkonsumsi obatnya lagi. Tapi sungguh, Junkyu ingin tetap hidup untuk lebih lama. Junkyu ingin hidup lama untuk membahagiakan gadisnya, Rora. Bersama Jihoon istrinya.
" Kau benar dok, dia... Sosok dia yang memenuhi tekat ku untuk berjuang dan hidup lebih lama. "
" Tuhan.... Jangan sekarang, masih ada seseorang yang harus aku bahagiakan. "
Iya, Junkyu harus kuat harus bisa bertahan lebih lama untuk menemani dan membahagiakan Rora bersama dengan Jihoon.
Jreng... Ceritanya makin g nyambung😃
Pusing bngt aduh🤯Thanks ❤️
Stay happy💅
KAMU SEDANG MEMBACA
Too much love { KyuHoon }
FanfictionMungkin ... Semua yang ku harapkan pada tuhan hanyalah sebuah angan Semua yang diberikan kan hanya sebuah keharusan, keharusan untuk ku agar mencintai manusia seperti mu ,terima kasih wahai cinta, kau akan menjadi memori yang selalu menjadi candu d...