16

109 11 2
                                    


Jaehyuk menatap ruang ICU yang memperlihatkan raga Junkyu di sana. Matanya kembali meneteskan air mata saat melihat tubuh sahabatnya mendapatkan alat bantu untuk bisa menyelamatkan nyawanya.

" Makan, jangan menangis. Dia akan baik² saja. " Haruto memberi satu kantong plastik berisi makanan yang ia beli bersama Jeongwoo tadi.

" Suho gila... Junkyu anaknya kan? Kenapa pria keparat itu membuatnya terus tersiksa? " Kata Jeongwoo merasa sangat kesal pada Suho, ia dan sahabatnya itu tak habis fikir. Kenapa Suho memperlakukan Junkyu sampai seperti itu?

Memang benar kesalahan Junkyu kali ini memang fatal dan tidak main², tapi.. haruskah seperti ini? Coba bayakan jika Jongsuk tidak cepat membawa Junkyu saat itu? Junkyu pasti sudah di pangkuan sang kuasa sekarang.

" Kak Jongsuk kemana? " tanya Jaehyuk masih menatap ruangan Junkyu.

" Dia tadi mengurus administrasi, tapi tidak tau sekarang dia dimana. " Jawab Haruto yang juga menatap ruangan Junkyu. Ia menyunggingkan senyuman tipis saat menatap Junkyu yang terbaring dengan beberapa alat medis yang melekat di tubuhnya.

" Kenapa? Kenapa kau bisa sekuat ini Junkyu? "

" Bagaimana keadaan Junkyu? "

Mereka menoleh menatap ke arah sumber suara sedikit terkejut dengan apa yang mereka lihat. Jaehyuk berjalan mendekati seorang perempuan yang baru saja melontarkan pertanyaan.

Dengan cepat Jaehyuk menarik tubuh perempuan itu kedalam dekapannya. Menghirup dalam wangi bayi yang selalu menghipnotis dirinya.

" Ra.... " Lirih Jaehyuk diiringi isakan dari mulutnya yang sedikit pucat.

(⁠ᵔ⁠ᴥ⁠ᵔ⁠)

Jihoon menangis di pelukan Rose sekarang ia sudah di perbolehkan pulang sore tadi , ia terus memeluk bundanya dan selalu mengucapkan kata maaf padanya.

Rose membalas pelukan itu erat, ia mengelus punggung Jihoon yang bergetar. " Sudah nak... Bunda dan ayah tidak marah dan membenci mu, sudah ya. Kau tidak kasihan dengan cucu ku? " Bujuk Rose saat Jihoon tak ingin berhenti menangis.

Awalnya Rose sempat menolak keras anak yang sedang Jihoon kandung, namun Jaehyun membujuknya terrus untuk bisa menerimanya. Mau bagaimana pun mereka tidak mungkin untuk memaksa Jihoon melakukan aborsi, itu sangat berbahaya untuk remaja sepertinya.

Ia dan Jaehyun juga tidak akan membenci Jihoon seperti apa yang putranya itu katakan. Mungkin sedikit kecewa, ya itu sudah pasti. Tapi tidak membuat mereka menyalahkan hal ini kepada Jihoon seutuhnya, putranya itu pasti juga tidak mau ini terjadi dan mereka harus mendukungnya bukan membencinya.

" Sudah.... Lihat bunda. " Rose melepas pelukan lalu menangkup kedua pipi Jihoon agar menatapnya.

" Cengeng sekali hmm... Kau tidak malu dengan anak mu? Bunda sama sekali tidak membenci mu nak, mana bisa kami membenci anak manis ini. "

" Ini juga bukan kemauan mu kan? Kami tidak mungkin untuk menghukum bahkan membenci mu. " Ucap Rose sangat lembut sesekali mengelus pipi Jihoon dan merapikan anak rambut Jihoon yang sedikit berantakan.

" Dan soal Junkyu..... " Rose menggantung ucapannya lalu menatap Jaehyun yang berdiri di dekat pintu sambil bersedekap dada itu dengan tatapan bertanya.

" Ayah akan menyuruhnya menikahi mu, apa pun itu dia tetap harus bertanggung jawab. " Kata Jaehyun lalu memilih melangkah pergi meninggalkan Rose dan Jihoon dengan tatapan terkejut.

Jihoon menggeleng ribut, ia menatap Rose dengan air mata yang sudah membendung di kelopak matanya. " Bunda Jihoon tidak mau, Jihoon masih ingin sekolah. Jihoon gugurkan saja Jihoon tidak mau ! "

" Apa maksud mu menggugurkannya? Jaga bicara mu nak, itu bisa membahayakan mu. "

" Lebih baik aku dalam bahaya bunda, dari pada aku harus menikah dengannya. "

" Jihoon tidak mau... Jihoon benci Junkyu bunda sangat. " Sentaknya dengan suara parau , kembali menangis di dalam dekapan bundanya.

(⁠ᵔ⁠ᴥ⁠ᵔ⁠)

Junkyu sudah keluar dari rumah sakit sejak enam hari yang lalu ia di rawat disana, namun dia harus tetap berada di rumah agar kondisinya cepat membaik. Junkyu sempat takut saat ia tau bahwa Jongsuk yang membawanya ke rumah sakit, ia takut Jongsuk mengetahui tentang penyakitnya. Dan untung saja dokter Hyunjin yang menanganinya saat itu, ia legah.

" Kau harus makan Junkyu, lalu minum obatmu. " Kekeh seorang perempuan cantik yang sedang duduk di samping ranjang milik Junkyu.

Junkyu tersenyum lalu menarik tangan perempuan itu dan mengecupnya, ia menatap teduh mata indah milik perempuan tersebut, sangat nyaman bagi Junyku.

" Nanti ya... Aku belum lapar. " Balas Junkyu sangat lembut dengan senyuman yang masih terpatri di bibirnya.

Perempuan itu mendecak kesal, keras kepala sekali anak ini pikirnya. Ia meletakkan mangkuk yang berisikan bubur yang ia buat tadi di atas nakas, lalu mampout kan bibir dan membelakangi Junkyu.

" Aku marah padamu, diam jangan ajak aku bicara." Kata perempuan itu yang kesal dengan kelakuan Junkyu yang sangat keras kepala.

Junkyu terkekeh, ia suka cara perempuan ini yang sedang marah padanya itu sangat lucu baginya.

" Memang kau bisa marah pada ku? " Goda Junkyu yang membuat perempuan tadi menoleh kembali ke arahnya. Junkyu terkekeh renyah, melihat wajah kesal perempuan yang sangat ia sayangi setelah bundanya itu.

" Kau sudah tau apa jawabannya kan? Maka dari itu jangan membuat ku kesal , ayo makan kau harus cepat sembuh. " Jawab perempuan itu kembali menyuapi Junkyu bubur.

" Kau benar sudah membaik kan? " Tanya Junkyu di sela kunyahanya.

" Seperti yang kau lihat sekarang. "

" Jangan sakit lagi Rora " lirih Junkyu sambil menyelipkan anak rambut perempuan itu di daun telinganya lalu mengelus lembut pipi bersih milik Rora.

" Aku merindukan mu. " Katanya lagi dan merentangkan tangan agar Rora memeluknya.

" Dasar manja. Andai mereka berada di sini sekarang, aku yakin pasti mereka akan menertawakan mu. " Cibir Rora yang memeluk tubuh tegap yang terlihat sedikit kurus itu dengan erat.

Junkyu mendengus halus, lalu menaruh wajahnya di ceruk leher Rora yang terbuka mencari kenyamanan di sana. Menghirup dalam² bau bayi yang selalu menenangkan pikirannya. Rora tidak berubah, ia masih sama, bisa membuat Junkyu gila dengan dirinya.

Junkyu itu, jika sudah dengan Rora hilang sudah sifat Badas swag dan dinginya, dan hanya pada Rora saja dia akan berperilaku seperti bayi dan manja.

" Aku lelah Ra... Aku ingin menyerah. " Gumam Junkyu dan berhasil membuatnya meneteskan air mata.

" Bertahan Junkyu, ada kami. "




















































































Rora or Jihoon?

Babayy👋👋
Thanks happy² selalu 🥳❤️

Too much love { KyuHoon }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang