043

851 117 23
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Winta berjalan menuju ruang tamu setelah selesai membersihkan diri, dia duduk disebelah Karina yang sudah terlebih dulu duduk di sofa, wajahnya tampak tenang meskipun matanya menyimpan sedikit kegelisahan. Di seberang sofa, Indah, salah satu kandidat ART yang direkomendasikan oleh Yovan, tengah duduk sambil berbincang ringan dengan Yovan.

Winta tersenyum lebar ketika matanya tertuju pada Indah. Ada kekaguman dalam tatapannya—bukan dalam arti yang menimbulkan curiga, melainkan lebih pada kekaguman lain. Di usia 23 tahun, Indah sudah memiliki reputasi sebagai pekerja rumah tangga yang cekatan, sesuai dengan cerita Yovan.

"Ini namanya Indah, dia berpengalaman kok jadi ART, pernah jadi ART di rumah keluargaku juga bantu-bantu ibunya. Emang masih muda sih, tapi kerjanya di atas rata-rata ART lainnya." ujar Yovan.

Indah tersipu, sedikit menundukkan kepala sembari menggumamkan terima kasih yang lirih. Tatapan Winta melembut, seolah menenangkan suasana. Dia tidak menyadari bahwa sejak awal Karina sudah memperhatikan setiap gerak-geriknya dengan seksama, menahan napas dalam-dalam agar rasa cemburunya tidak mencuat ke permukaan.

Karina menggeser duduknya sedikit, kedua tangannya saling meremas di pangkuannya. Senyum tipis menghiasi wajahnya, namun matanya menyiratkan perasaan yang lebih dalam—sesuatu yang Winta gagal tangkap. "Bentar ya, aku mau ngobrol dulu sama Winta." katanya.

Suara Karina tegas, cukup untuk membuat Yovan menghentikan obrolannya. Ia menatap Karina sebentar, lalu mengangguk kecil.

Winta sedikit terkejut saat tangan Karina menggenggam lengannya dan menariknya perlahan. Tanpa perlawanan, ia mengikuti langkah Karina yang kini menuju ke kamar. Tiba didalam kamar, Karina menutup pintu dengan pelan, lalu melepaskan genggaman tangannya dan melangkah ke depan, membelakangi Winta sejenak, seolah mengatur napas dan pikirannya.

Winta menatap punggung Karina dengan ekspresi bingung. "Kenapa, Rin?"

Karina berbalik, "Kamu nyari ART atau istri baru?"

Winta tersentak, lalu menarik napas, mencoba menenangkan dirinya sebelum mengeluarkan suara. "Ya ampun, kok kamu kepikiran kaya gitu sih?"

Karina memalingkan wajahnya sejenak, menghindari kontak mata dengan Winta. "Indah cantik dan masih muda gitu... aku takut kamu jadi suka."

Winta terperangah mendengar pengakuan itu. Matanya membesar sebentar, kemudian senyum lebar muncul di wajahnya. Dia menggelengkan kepalanya sambil menahan tawa yang tiba-tiba menyeruak di dadanya. Karina, yang kini cemberut, menatap Winta dengan alis yang mengerut, seolah bertanya apa yang lucu dari ucapannya.

"Apalah kamu ini," ucap Winta akhirnya sambil mendekat. "Aku nggak segampang itu suka sama orang, Karina."

Karina menundukkan kepala, rambut hitamnya jatuh menutupi wajahnya, belum sepenuhnya lega. Winta membuang nafas pelan, meraih kedua tangan Karina, "Kita coba dulu ya. Lagian, bagus kan kalau Indah masih muda begitu, jadi nyambung kalau ngobrol sama kamu." katanya.

Between Us | Winrina (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang