023

823 88 17
                                    

|Part ini full Winta dan Asya, yaaaa~

|Part ini full Winta dan Asya, yaaaa~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.

Winta duduk di tepi ranjangnya, sembari menatap bingkai foto yang berdiri di atas nakas di samping tempat tidurnya. Dalam foto itu, dia bersama Asya, tersenyum cerah dengan mata yang berbinar. Winta menghela napas panjang, mencoba menenangkan gejolak dalam dadanya. Ucapan Karina beberapa hari lalu terus terngiang-ngiang, seolah menggali perasaan yang selama ini ia tutup rapat.

Winta mengusap wajahnya, seolah berharap bisa mengusir kerumitan ini. Tapi, bayangan Karina kembali memenuhi benaknya. Sorot mata serius itu, cara bicara Karina, seakan mengunci Winta dalam dilema baru.

Dengan perlahan, Winta berdiri, meraih jaket yang tergantung di belakang pintu, lalu memandangi kunci mobil yang ada di atas meja riasnya, tangannya ragu sejenak sebelum akhirnya menggenggam benda itu dengan erat.

Dia berjalan keluar dari kamar, berjalan cepat melewati ruang tamu dan keluar menuju mobilnya, saat sudah didalam mobil, Winta menyalakan mesin dengan gerakan pelan.

Perjalanan menuju rumah Asya terasa panjang meski jalanan tak begitu ramai. Sepanjang perjalanan, pikirannya menjadi liar, Winta mencoba merangkai kata-kata yang mungkin akan ia ucapkan.

Setibanya di depan rumah Asya, Winta memarkir mobilnya. Lampu depan rumah Asya masih menyala, menandakan bahwa penghuninya belum tidur. Winta memandang pintu depan dengan jantung berdebar, sebuah keraguan merayapi pikirannya.

Winta keluar dari mobil dengan gerakan pelan, langkahnya terasa berat saat ia mendekati pintu. Tangannya terulur ke pintu, tapi ia menahannya sejenak. Akhirnya, Winta segera mengetuk pintu pelan. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang kini berdebar.

Tak lama, pintu terbuka. Wajah Asya muncul di balik pintu, ekspresinya sedikit terkejut melihat Winta berdiri di sana.

Rasa cemas dan gugup bercampur dalam diri Winta, dia memandang Asya yang berdiri di ambang pintu, "Kita bisa bicara?" tanyanya.

Asya perlahan menoleh ke belakang, memastikan bahwa ibunya tidak melihat mereka. Setelah memastikan keadaan di dalam rumah, Asya kembali menatap Winta. Wajahnya sejenak berubah muram, perlahan, dia menghela napas panjang, seolah berusaha menyingkirkan emosi-emosi yang berkecamuk di dalam dirinya.

"Aku ambil jaket dulu," kata Asya singkat sebelum berbalik menuju bagian dalam rumah.

Winta menghela nafas pelan, perlahan melangkah menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Tangannya meraih gagang pintu mobil dengan gerakan lamban, lalu dia masuk ke dalam, duduk di kursi kemudi. Di dalam mobil, keheningan menyelimuti Winta. Suara detak jarum jam di dashboard terdengar begitu nyaring di telinganya. Matanya tertuju pada rumah Asya, menunggu sosok perempuan itu muncul lagi.

Winta tahu, banyak yang belum terselesaikan di antara mereka. Perasaan, kesalahpahaman, kata-kata yang terucap dalam kemarahan-semua itu masih menjadi bayang-bayang di antara mereka.

Between Us | Winrina (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang