020

963 102 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.
.
.
.
.

Winta mematikan mesin mobilnya di halaman rumah Prima, salah satu satpam menyapanya dengan ramah, Winta membalas senyuman itu sejenak. Dengan langkah pelan, dia melangkah masuk ke dalam rumah.

Baru saja melewati pintu depan, Winta melihat Prima berdiri di ruang tamu. Keningnya sedikit mengernyit ketika dia melihat Yovan juga berada disana, berdiri dengan ekspresi wajah penuh kemarahan. Winta hanya sempat melihat sekilas tatapan marah itu sebelum Yovan tiba-tiba mendekatinya dengan cepat, tanpa aba-aba, langsung menghantamkan tinjunya ke pelipis Winta.

Winta tercekat, tidak sempat menghindar. Tubuhnya terhuyung ke samping, rasa sakit langsung menyengat bagian samping kepalanya, tangannya secara reflek menyentuh darah yang mulai mengalir di sudut bibirnya.

"Lo nggak harus katain Asya murahan kalau mau putus sama dia, Winta!" teriak Yovan dengan suara penuh amarah, wajahnya memerah. "Lo nuduh dia ada apa-apa sama Agas, padahal seharusnya Asya yang mikir kaya gitu sama lo karna lo udah nikah sama Karina!"

Kata-kata Yovan seperti petir yang menghantam Winta, terhenyak mendengar tuduhan itu. Kepalanya masih berdenyut karena pukulan tadi, tapi lebih dari itu, hatinya kini ikut terhantam. Dia menatap Yovan, mulutnya setengah terbuka, tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Tuduhan Yovan sangat berat, dan Winta tidak bisa langsung membela diri.

Prima yang sejak awal melihat situasi memanas, langsung bergerak cepat untuk melerai keduanya. Dia berdiri di antara Winta dan Yovan, tangannya terentang agar Yovan tidak melakukan hal yang lebih jauh.

"Stop! Yovan, jangan kaya gini!" Prima berseru, dia menoleh ke Yovan, berharap bisa meredakan amarah sahabatnya. "Ini bukan cara buat nyelesain masalah."

Yovan menarik napas panjang, wajahnya masih menyimpan kemarahan. Dia mundur selangkah, tetapi sorot matanya tetap tajam menatap Winta.

"Lo nggak tau apa-apa, Yovan!" suara Winta meledak, menggema di ruang tamu yang besar itu. "Kalau lo liat sendiri Agas elus tangan Asya, pasti lo berpikiran sama kaya gue! Lo nggak bakal diam kalau ada di posisi gue!"

Yovan berhenti sejenak, tetapi wajahnya justru semakin merah. Dia mendengus, geram dengan tuduhan Winta yang semakin memicu emosinya. "Lo bener-bener nggak bisa bedain, ya? Justru lo sendiri yang ngehancurin hubungan lo sama Asya dengan pikiran lo yang nggak jelas itu!"

Winta maju selangkah, mendekati Yovan, seolah siap untuk membalas apa pun yang terjadi. Tubuhnya menegang, amarah yang terpendam selama ini memuncak. Dia tidak peduli lagi apakah ini sahabatnya atau bukan. Yovan juga tidak tinggal diam, dia juga melangkah maju dengan gerakan cepat, siap untuk kembali mengayunkan pukulan.

Prima yang dari tadi mencoba meredakan suasana, langsung sigap bergerak di antara keduanya lagi. Tangannya terentang, mencoba menghentikan dua orang sahabatnya yang hampir melupakan persahabatan mereka di tengah konflik yang begitu panas. "Udah anjir!" Prima berteriak. "Ini nggak bakal nyelesain apa-apa!"

Between Us | Winrina (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang