049

429 99 17
                                    

Janlup Vote dan Komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Janlup Vote dan Komen.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Karina duduk bersandar di sofa, perutnya yang membesar dengan usia kehamilan tujuh bulan terlihat jelas di balik kaus longgar yang dikenakannya.

Di sebelahnya, Tyas duduk dengan nyaman, sesekali melirik ke arah putranya, Marko, yang merangkak perlahan di atas karpet. Bayi laki-laki itu terlihat sibuk dengan mainan kayu berbentuk kubus yang berwarna cerah, tangannya yang mungil mencoba menyusun kubus-kubus itu tanpa arah yang jelas.

Di sisi lain, Giselle dan Winta duduk santai di karpet, tepat di depan sofa. Giselle bersila, tangannya sibuk menyusun kubus-kubus mainan Marko yang sebelumnya berserakan. Ia tampak menikmati tugas kecil itu, sementara Winta bersandar di tengah kaki Karina, tubuhnya yang tinggi tampak nyaman dalam posisi itu. Kepala Winta sesekali terangkat, lehernya melengkung hingga jakunnya terlihat, hanya untuk memastikan ia dapat melihat wajah Karina yang berbicara dengan Tyas.

Karina dengan suara lembutnya, melanjutkan percakapan yang mereka mulai sejak beberapa menit lalu. Tyas menimpali dengan anggukan dan senyuman, sesekali tertawa kecil saat Karina menceritakan sesuatu yang menarik.

Giselle yang duduk di samping Winta kini mulai menggoda Marko yang masih sibuk dengan mainannya. Dia membuat suara kecil seperti binatang, mencoba menarik perhatian bocah itu. Marko yang tadinya fokus pada susunan kubusnya, mendongak dengan tatapan penasaran. Giselle tersenyum lebar, lalu merangkak mendekati anak itu, menggelitik perut kecilnya hingga tawa riang Marko memenuhi ruangan.

"Dia lebih suka main sama kakak daripada kubusnya." komentar Tyas sambil melirik ke arah Giselle.

"Kan aku emang lebih seru daripada kubus." jawab Giselle sambil tertawa kecil, matanya masih terpaku pada Marko yang kini mencoba meraih tangannya. Ia mencondongkan tubuhnya, memberi bocah itu pelukan singkat sebelum kembali menyusun kubus yang sempat terjatuh.

Winta yang dari tadi diam, akhirnya bergerak sedikit. Ia menggeser posisi sandarannya agar lebih nyaman, membuat kepalanya semakin dekat ke perut Karina. Karina melirik ke bawah, lalu mengusap lembut rambut perempuan itu.

Tyas ikut bergabung dengan Giselle untuk bermain dengan Marko. Tyas mengambil salah satu kubus dan menunjukkannya kepada Marko, berusaha mengajarkan bagaimana cara menyusun kubus dengan benar. Tetapi Marko, dengan caranya sendiri, malah merebut kubus itu dan menjatuhkannya kembali ke karpet. Giselle tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi frustasi kecil Tyas.

Tyas kini mulai menyerah mencoba mengajari Marko cara menyusun kubus. Ia meletakkan kepalanya di bahu Giselle sambil mendesah lelah pura-pura, "Dia lebih kepala batu dari kakak." gumamnya sambil menatap anaknya yang kini malah mencoba memasukkan salah satu kubus ke mulutnya.

"Berarti nggak usah diragukan lagi, dia kan anakku." balas Giselle sambil mengambil kubus itu dari tangan Marko sebelum ia sempat mengunyahnya.

Marko kini mulai merangkak ke arah sofa, tangannya yang mungil mencoba memanjat kain sofa. Winta segera bergerak untuk menangkapnya sebelum ia jatuh. "Kamu mau naik ke atas sofa, ya? Tunggu sampai beberapa tahun lagi." katanya sambil mengangkat Marko ke udara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 16 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Us | Winrina (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang