.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Winta berdiri di tengah proyek apartemen, topi proyek berwarna putih terpasang kokoh di kepalanya, di tangan kanannya, tergenggam kertas besar yang penuh dengan garis-garis dan angka, cetak biru proyek yang kini mulai mewujud dalam bentuk fisik.
Matanya serius mengamati pekerja yang sibuk menyiapkan bekisting, papan cetakan kayu yang akan menjadi kerangka sementara untuk pengecoran. Besi-besi tulangan berdiri tegak, siap untuk dicor, membentuk rangka yang akan menopang beban lantai.
Sesekali, Winta mengernyitkan dahi ketika pandangannya berpindah dari cetak biru ke lokasi konstruksi. Ia mencermati apakah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan rencana. Di sebelahnya, Prima berdiri dengan clipboard di tangan.
"Gue butuh laporan tentang kesiapan pengecoran besok." ujar Winta.
Prima mengangguk cepat, "Oke, gue cek langsung ke tim QA. Gue juga bakal pastiin besi tulangan diinspeksi lagi sebelum cor dimulai."
Suara dari ujung area proyek menarik perhatian mereka berdua. Seorang mandor, dengan rompi hijau cerah dan helm berwarna kuning, berjalan mendekat, "Bu Winta, alat pengecoran utama udah dalam proses kalibrasi. Bisa nggak ibu lihat kondisi mesin dulu sebelum digunakan besok."
Winta menganggukkan kepala, menutup cetak biru itu sejenak. Ia berjalan mendekati alat pengecoran, tangannya terulur, meraba permukaan mesin, memastikan tidak ada cacat yang terlihat. "Bagus ini." ujarnya seadanya membuat semua orang di sekitarnya kembali fokus bekerja.
Setelah beberapa menit mengamati mesin, Winta berbalik, matanya kembali memindai keseluruhan area proyek. Para pekerja terlihat sibuk menata bekisting yang mulai terpasang rapi di sepanjang perimeter bangunan.
Sambil menatap proses pemasangan perancah, Winta membuka kertas besar di tangannya lagi. "Coba lo lihat di sini, ada penyesuaian dikit di area kolom utama. Harus dicek ulang supaya posisinya presisi." suruhnya, menunjuk gambar dengan ujung penanya.
Prima mengangguk, tanda setuju. Matanya kemudian beralih ke mandor yang masih berdiri di dekat mereka. "Maaf pak, tolong pastikan nanti tim bapak paham soal ini. Kalau perlu, panggil surveyor untuk periksa titik koordinat lagi." instruksinya tegas.
Mandor itu langsung bergerak cepat, memberi aba-aba kepada tim surveyor yang berada di sisi lain area proyek. Seketika, terlihat alat theodolite diatur ulang, sinar laser memantul memeriksa akurasi sudut dan posisi kolom.
Mendadak, langkah suara sepatu terdengar mendekat, menarik perhatian mereka. Winta mengangkat pandangannya, dan matanya segera bertemu dengan sosok Yovan yang baru saja tiba, diiringi Asya di sisinya. Kehadiran mereka berdua membuat dada Winta berubah canggung.
Yovan tersenyum, "Gimana proyek hari ini?"
Winta menurunkan kertas desain dari genggamannya, menggulungnya perlahan sebelum menjawab. "Oke sih, cuma ada evaluasi di sisi selatan." jelasnya, berusaha memusatkan perhatiannya pada penjelasan teknis dan bukan pada kehadiran Asya yang berdiri hanya beberapa langkah di belakang Yovan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us | Winrina (On Going)
FanfictionWinta Arindra dan Karina Maheswari dijodohkan oleh keluarga mereka yang kaya dan berpengaruh. Bagi Winta, pernikahan ini hanyalah sebuah kewajiban demi menjaga keharmonisan keluarga, karena hatinya telah lama terikat pada Putri Asya Salsabila-----ke...