022

814 97 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Winta turun dari mobilnya, diikuti Prima dari kursi penumpang. Mereka berdua melangkah menuju area lokasi proyek apartemen, beberapa pekerja yang bersiap-siap dan beberapa tim dari perusahaan Arindra Group dan Vanguard Real Estate nampak sibuk dengan urusan masing-masing.

Winta mengatur napasnya, menenangkan kegelisahan yang tiba-tiba merayapi dirinya. Sesekali mencoba menjaga wibawanya di hadapan rekan-rekannya. Tapi tetap saja, perasaan bahwa ia akan segera bertemu Yovan dan mungkin Asya, membuat dadanya terasa sesak.

Prima melirik Winta sejenak, kemudian dengan gerakan penuh empati, menepuk bahunya pelan. "Lo nggak apa-apa?"

Winta mengangguk pelan, tidak mengatakan apa-apa. Sekalipun Prima tahu semua persoalan yang sedang dihadapinya, Winta lebih memilih untuk tidak membicarakannya di saat seperti ini.

Di kejauhan, Winta bisa melihat Yovan berdiri dengan sekelompok tim dari pihak perusahaannya. Mereka tengah sibuk berdiskusi, dan meskipun Winta tahu pertemuan ini akan terjadi, perutnya tetap terasa mual. Dia mencoba menenangkan dirinya sekali lagi, menarik napas panjang saat Yovan akhirnya melangkah lebih mendekat kearahnya.

Ada jeda singkat sebelum Yovan akhirnya membuka suara, "Tim lo aman?"

"Aman." balas Winta, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang.

Prima menyadari ketegangan yang jelas terlihat antara Winta dan Yovan, ia meraih kedua pundak sahabatnya itu, "Nggak usah kaku gitu njir! Santai aja kali."

Yovan mendengus pelan, dia tidak langsung menepis rangkulan Prima, tetapi jelas sikap tubuhnya menunjukkan bahwa ia belum siap untuk benar-benar melupakan apa yang telah terjadi.

Di sisi lain, Winta merasa sedikit tidak nyaman, tapi lebih dari itu matanya lebih tertarik ke arah suara mesin mobil yang berhenti tidak jauh dari mereka. Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di dekat lokasi proyek, dari dalam mobil, Asya turun dengan anggun. Winta tidak bisa melepaskan pandangannya sejenak. Perasaan tak nyaman segera menyusul ketika seorang pria turun dari sisi lain mobil. Pria itu adalah Agas, dan sekarang melihat pria itu berdiri di samping Asya hanya membuat hatinya semakin berantakan.

Winta memilih untuk segera melepas rangkulan Prima dengan lebih halus dan memutar tubuhnya, berpaling dari Asya dan Agas.

Yovan melihat bagaimana Winta berusaha keras menahan diri, dan meskipun dia sendiri masih menyimpan sedikit kekesalan, dia merasa Winta butuh diselamatkan dari situasi ini. Tanpa berpikir panjang, Yovan tiba-tiba merangkul pundak Winta dengan cepat, menarik Winta dari tempat mereka berdiri, membawanya menjauh dari lokasi di mana Asya dan Agas sedang berinteraksi dengan beberapa mandor.

Winta yang harusnya akan protes atau menolak gerakan tiba-tiba seperti ini, justru membiarkan dirinya dibawa pergi kali ini. Ia tidak melawan, bahkan hanya menunduk sedikit di bawah rangkulan Yovan, mengikuti langkah sahabatnya tanpa perlawanan.

Between Us | Winrina (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang