8

781 131 60
                                    

"Ini gue yang bego atau gimana sih? Masa selama ini nggak nyadar kalo mbak Pansa.... gay? Trus kenapa nggak ada yang ngasitau gue?" Sambil membolak-balik majalah, Mia merengut, menatap tajam tiga orang di depannya.

"Lo nggak nanya," sahut View.

"Iihhh tapi kan tetep aja kasi clue kek apa kek. Berasa bego banget gue jadinya."

"Lo sering dikasi clue, tapi nggak pernah nangkep aja. Berarti emang lo be—"

"Mas lo diem ya!" Mia memotong ucapan Rando, membuat laki-laki itu terkekeh.

Di dalam ruang kerja View yang nyaman itu, keempatnya duduk dengan santai. Bercerita banyak pengalaman lucu saat kuliah dulu, hingga Rando tak sengaja menyebut salah satu mantan "kekasih" Pansa, membuat Mia terkejut karenanya.

"Trus sekarang gimana? Mbak Pansa punya pacar nggak? Iihhh jadi kepo deh gue. Selama ini lo nggak pernah cerita sih mbak, mas Rando mulu nih yang banyak dongeng soal gebetannya yang seabrek itu."

View dan Rando langsung menyeringai, menahan tawa. Pansa, yang sudah biasa dengan kelakuan Mia yang kadang lambat memproses informasi, hanya terkekeh.

"Pansa ada pacar kok," kata Rando.

Mia mengerutkan dahi, bingung. "Hah? Seriusan? Lo pacaran sama siapa mbak? Kok nggak pernah keliatan?"

"Lo mau tau pacar Pansa siapa?" Tanya View, sengaja menggoda Mia yang kini mengangguk keras-keras, seperti anak kecil.

View menunjuk majalah di tangan Mia. "Itu, yang lo pegang."

"Hah? Apa sih, majalah?"

"Ya itu pacarnya Pansa yang di cover," kata View.

Sambil menunjuk sampul halaman majalah di tangannya yang menampilkan foto Evelyn dengan pose anggun di salah satu sudut kota Milan, Mia terperangah. "Evelyn?!"

"Iya!" "Iya." Rando dan View menyahuti bersamaan.

Pansa hanya geleng-geleng sambil melirik ke arah majalah yang dipegang Mia. Sementara View dan Rando langsung tertawa keras melihat ekspresi Mia yang terkejut luar biasa. Dua manusia itu memang sangat suka menggoda Mia.

Mia berusaha mengumpulkan kembali kesadaran diri yang rasanya sedikit melayang karena informasi itu. "Tunggu tunggu. Jadi, yang gue liat di majalah, screen gede di mall, atau sosmed brand fashion itu, sebenarnya gue lagi ngelihat pacar lo, mbak? Oh my God, gue nggak nyangka. Kenapa nggak bilang dari dulu?!"

Pansa tersenyum simpul sambil mengangkat bahu. "Ya lo nggak pernah nanya." Pansa mengulangi kalimat View, membuat View dan Rando kembali tertawa.

"Please, mbak, kenalin gue sama pacar lo! You have no idea know how much I adore her."

Pansa terkekeh, beranjak dari sofa. "Gue duluan ya, mau jemput Eve."

"Mbak Pansa, please gue ikut!!!!"

*
*
*

Marcell menyambut begitu Pansa tiba di lokasi pemotretan, "Pansa, darling," kata Marcell sambil tersenyum, memeluk Pansa.

"Aku baru aja mau telpon kamu, malah dateng duluan. Pemotretannya ditunda satu jam, ada kendala teknis."

Wajah Pansa berubah muram. "Berarti Eve masih di dalem?"

Marcell mengangguk. "Dari tadi marah-marah terus dia. Kalian ada janji kan sore ini?"

Saat itu, Evelyn muncul dari studio, tampak memukau dalam gaun putih dan rambutnya ditata dengan sempurna. Pansa menyambut dengan senyum, tak mau membuat mood Evelyn semakin buruk. Marcell beranjak dari sana, memberi ruang untuk Evelyn dan Pansa.

Gravity 2.0 (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang