Haechan sibuk membuka lemari mencari sesuatu yang sangat penting, lemari kecil, dompet, bahkan dibawah kasur ia cari namun sama sekali tidak menemukan benda itu. Ada rasa gelisah didalam dirinya jika benda itu benar benar hilang.
“Sayang bekalnya mana?”
Mark yang baru saja masuk ke kamar melihat Haechan sibuk berkutik seolah mencari sesuatu.
“Ada apa?”
“Eh, mas?”
“Kamu cari apa?” Tanya Mark sembari mendekati Haechan.
Haechan menghela nafas pelan kemudian mendongak menatap Mark, “Mas, keknya black card yang kamu kasih itu hilang. Terakhir aku gunain itu kemarin waktu beliin peralatan sekolah Serena.”
“Loh, kenapa bisa hilang? Berapa yang hilang?”
“Tiga tiganya, mas.”
Mark menghela nafas berat, “astaga Haechan... Tiga tiganya? Kenapa bisa ceroboh sih? Coba dicari dulu atau kamu lupa.”
“Aku udah cari mas dari tadi! Udah mikirin dimana aku letakin itu kartu.”
“Gimana sih bisa hilang? Coba tanyain ke kakak atau adek, mungkin mereka liat.”
Haechan yang mendengar nada Mark yang nampak kesal membuatnya ikut kesal, kenapa Mark berlebihan sekali? Biasanya ia tak masalah hanya karena masalah uang.
“Mas kenapa sih ketus gitu?! Kamu marah karena black card itu hilang? Lagian aku udah nanyain kakak lebih dulu, emang aku udah cari kemana mana kok.”
“Aku ga akan marah kalo ga karena perusahaan lagi menurun, aku pernah bilang kan sama kamu? Aku bilang tolong hemat dulu dalam satu dua bulan setelah itu balik normal lagi keuangan kita. Di black card itu banyak banget uangnya bahkan kalo dijadiin modal usaha mungkin dapet sepuluh usaha. Kalo udah ilang kek gini gimana buat kebutuhan kakak sama adek? Mikir ga kamu kesana? Mas bahkan ga pegang uang sama sekali karena udah mas pindahin ke black card itu semua.” Jelas Mark
Haechan baru ingat beberapa minggu yang lalu Mark pernah bilang kalo perusahaan mereka lagi menurun karena ada perkorupsian didalamnya dan Mark lagi berusaha naikin lagi keuangannya.
“M-maaf mas...”
Mark mengusap wajahnya, “kalo udah kek gini gimana? Bisa ga beli apa apa untuk kebutuhan? Bilangin sama anak anak kalo untuk berhenti dulu, kalo ada keperluan bilang sama papanya.”
Haechan memilin ujung bajunya, rasa bersalah makin besar didalam dirinya. Mungkin selama ini Mark selalu memenuhi kebutuhannya tanpa ada kekurangan, namun disaat ia lagi terpuruk Haechan malah memberikan masalah. Itulah yang dipikirkan olehnya.
“Aku pergi ke kampus dulu.” Ucap Mark sembari meninggalkan kamar.
Haechan turun dari tangga menghampiri kedua anaknya yang tengah sarapan pagi sebelum masing masing pergi ke kampus dan kesekolahan.
“Mom, kok lama banget? Adek kan minta masukin bekal.” Ucap Serena
“Haha maaf ya sayang, mommy tadi lagi di wc sakit perut.” bohongnya
“Mom” Panggil Chenle
“Hm?” Haechan menoleh sekilas
“Lagi ada masalah ya? Soalnya tadi papa kek kesel gitu mukanya.” Tanya Chenle
Haechan tersenyum kikuk, ia menghampiri Chenle dan Serena dan duduk ditengah tengah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY (2)
FanfictionJika didalam buku sebelumnya kisah Haechan dan Mark hanya dilingkupi dengan jalan yang lurus, maka dibuku ini mereka dan anak anak mereka akan melewati rollercoaster yang terus berputar. Namun, cemara tetaplah cemara. Tak ada kata perpisahan karena...