Jika didalam buku sebelumnya kisah Haechan dan Mark hanya dilingkupi dengan jalan yang lurus, maka dibuku ini mereka dan anak anak mereka akan melewati rollercoaster yang terus berputar. Namun, cemara tetaplah cemara. Tak ada kata perpisahan karena...
Sayang? Ada apa hm? Mas masih nemenin kakak maen basket
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bisa pulang ga, mas? Aku udah muntah dua kali malem ini Tapi ga ada yang keluar, cuma cairan putih.
Astaga sayang Ya sudah tunggu mas pulang sebentar lagi. Mas mau manggil kakak dulu ya?
Beneran gapapa, mas? Sekalian jemput adek dirumah om jero
Iya sayang sabar ya
Iya, jangan ngebut mas.
Iya sayang...
Haechan sebenarnya curiga kalo dia hamil lagi, tapi mana mungkin. Seingatnya mereka selalu sex menggunakan pengaman dan atau mungkin kondomnya robek? Terakhir mereka sex Haechan pingsan dan tidak tau keadaan selesai sex hanya Mark yang tau.
“Tapi udah dua tahun aku ga hamil bahkan ga pake pengaman beberapa kali dulu, tapi ga hamil hamil kok.” gumamnya sembari menatap taspack yang masih berbungkus di genggamannya.
“Kalo hamil... Serena pasti seneng karena dulu emang dia pingin punya adek. Tapi... Chenle mau ga ya? Dari dulu dia ga pernah ngomong tentang adik baru, apa aku tanya langsung ya?”
—°°—
Haechan kini tengah diperiksa oleh seorang dokter bawaan Mark dan Chenle setelah pulang dari bermain basket. Haechan menatap Mark yang juga menatap dirinya yang tengah diperiksa diarea perutnya.
“Kalo boleh tau, terakhir kalian berhubungan sex kapan?” Tanya sang dokter.
“Eum... Satu minggu yang lalu kayaknya.” Jawab Mark ragu sembari menatap Haechan.
“Jika memang satu minggu yang lalu maka hitungannya pas, tuan haechan hamil dengan usia kandungan satu minggu.” Ucap dokter tersebut.
Mereka terdiam mendengar perkataan sang dokter. Sementara Haechan menghela nafas pelan karena ia memang sudah menduganya.
“Mommy hamil?!” Pekik bocah berusia 8 tahun yang baru saja masuk dalam kamar.
“Iya adek...” Jawab Haechan
Serena berlari kecil kemudian naik keatas ranjang dan duduk tepat didekat perut Haechan yang masih tersingkap. Ia taruh kepalanya diperut Haechan seolah ingin mendengar sesuatu membuat mereka terkekeh melihat tingkah anak itu.