Mark dan Haechan saling bertautan dengan lengan putra pertama mereka, dimana hari ini adalah hari pernikahan Chenle dan Jisung. Riuk tamu undangan bertepuk tangan setelah kedua orang tua Chenle mengantarkan Chenle pada suami sah nya yaitu Jisung.
“Sudah berhenti menangis, kamu pernah bilang kan kalo semuanya ga ada yang kekal? Nah, sekarang kakak udah punya seorang pemimpin untuk keluarga kecilnya.”
Haechan mengusap air matanya saat Mark merangkul pundaknya dengan lembut, “ga nyangka udah di titik ini, mas.”
“Papa!” Panggil Serena yang baru selesai berfoto dengan kakaknya.
“Kenapa, Serena?” Sahut Mark
“Pulang dari sini kita makan sushi yok?!”
“Ga mau! Adek mau makan ramen!” celetuk Zherio yang tiba tiba datang.
“Ish! Aku maunya sushi, pa.” Ucap Serena
“Udah jangan bertengkar, kita cari restoran yang lengkap sushi sama ramen ada.” Ucap Mark menengahi kedua anaknya.
“Selamat ya sayang, mommy harap kamu bahagia selalu. Nurut sama jisun, jangan nakal nakal juga jangan galak galak. Nanti yang ada jisung takut sama kamu.” Ucap Haechan sembari bergurau.
Jisung dan Chenle tertawa, “makasih ya, Haechan.”
Deg
Haechan tersenyum manis.
“Terima kasih sudah mau menjadi mommyku, terimakasih sudah sabar menghadapi sikapku, terimakasih sudah mengubah rumahku menjadi istana penuh bunga. Aku tumbuh kembang dengan baik itu dari dirimu, aku ga pernah bosan bilang kalo kamu adalah good person yang pernah ada.”
“Sama sama...” tumpah lagi air mata Haechan di perpisahan kali ini. Mereka kembali berpelukan erat sebelum akhirnya Chenle di bawa jisung pergi.
“Apa cuma mommy? Papa ga di ucapin apa gitu?”
Mereka menoleh ke samping dimana Mark tengah tersenyum melihat interaksi anak dan istrinya itu. Mark mendekat kemudian menautkan tangannya ke jemari Chenle.
“Papa minta maaf, kalo selama hidup dengan papa kamu harus menyimpan banyak cerita. Papa minta maaf selama tumbuh kembang kamu papa banyak sibuknya sampai sampai kamu kekurangan kasih sayang.”
Chenle menggeleng cepat, “ga, pa. Justru aku bangga punya papa, papa selalu support apapun kemauanku bahkan dari dulu cita cita ku mau jadi pemain basket. Tapi, aku memutuskan hal itu karena papa juga. Aku lebih memilih hidup dengan keluarga ketimbang harus pergi jauh menempuh impian ku itu. Terimakasih banyak, pa.”
Mark merentangkan kedua tangannya menyuruh Chenle untuk masuk kedalam pelukannya, ketika dua raga itu berpelukan saat itu juga cairan bening turun membasahi pipi mereka.
“Hai! Serena” panggil Chenle
“Apa?” Sahut Serena dengan ketus, dasar gengsian.
“Kamu tuh udah gede, udah SMA. Pesan kakak jangan nyusahin nanti aja pacarannya, kakak masih mantau kamu kalo kamu genit genit ke cowok.”
“Apaan sih? Siapa juga yang genit! Kakak tuh udah nikah ga usah mantau aku lagi, cukup papa aja deh. Pusing aku.”
“Dih dibilangin!”
“Apa wle!”
“Yaudah cepetan mau peluk ga? Kakak mau pulang ke rumah baru.” Ucap Chenle dengan nada menggoda
“Pulang pulang aja kali.” gumam Serena
“Yaudah jangan rindu ya....”
“Pd banget.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY (2)
FanfictionJika didalam buku sebelumnya kisah Haechan dan Mark hanya dilingkupi dengan jalan yang lurus, maka dibuku ini mereka dan anak anak mereka akan melewati rollercoaster yang terus berputar. Namun, cemara tetaplah cemara. Tak ada kata perpisahan karena...