Chapter 8

315 34 0
                                    


Mark menatap sahabatnya itu yang tengah berceloteh sejak pagi tadi setelah ia menceritakan kejadian dimana ia pertama kali menyakiti Haechan dengan fisik. Rasa bersalah didirinya begitu besar, bagaimana bisa ia menampar istrinya yang baru saja melahirkan anak mereka.

“Pantes Haechan bilang lo sesombong itu, ya lo liat diri lo. Dengan amarah yang ga ke kontrol itu lo sampai ngucapin kata kata yang buat dia sakit hati.”

“Gue nyesel, rio.”

“Gue tau lo masih kecewa sama mertua lo itu, tapi jangan lupa dia orang tua kandung istri lo. Lo tau ga kalo tuan jo itu pengusaha? Lo tau ga kalo keluarga Haechan itu terpandang? Ga kan?!”

Mark menatap kembali sahabatnya dengan tatapan bingung.

“Tuan jo, pengusaha mobil terkenal dari jepang. Mengalami kebangkrutan karena tindakan korupsi dari karyawannya, dan saat itu juga ibu Haechan meninggal dunia karena kecelakaan. Coba lo bayangin disaat usaha lo bangkrut disitu juga orang yang lo cintai pergi, apa ga gila lo? Pernah ga lo nanya ke istri lo siapa sebenernya dia? Pernah ga lo nanya ibunya mati karena apa? Ga kan? Lo datang di kehidupan Haechan terus bawa dia jadi istri lo, tanpa lo tau asal usul istri lo itu.”

Mark membulatkan matanya mendengar perkataan Rio, bagaimana ia bisa tau semua fakta tentang Haechan.

“A-apa?”

“Ya. Anak berandalan, anak basket, mahasiswa yang kerja di bar demi bayar uang kuliah dan makan. Dia adalah anak seorang pengusaha sukses di jepang. Nyatanya lo cuma cinta sama Haechan dan ga sama keluarganya, iya itu. Lo egois.”

Rio bangkit dari duduknya kemudian menatap Mark yang masih menundukkan kepalanya, “saran gue, lo cepatan minta maaf. Perbaikan semuanya, sebelum Haechan sakit hati karena sampai sekarang lo belum minta maaf.”

“T-tapi, gue malu. Gue ga sanggup minta maaf sama dia setelah apa yang gue lakuin sama dia.”

“Justru lo harus minta maaf! Right now.”

                                              —°°—

Haechan menatap wajahnya didepan kaca besar, ia sentuh pipi kanannya dimana ada bekas merah kebiruan disana. Ia menggigit bibir bawahnya sembari mengusap pipinya yang basah akibat air matanya.

“Gimana aku turun kebawah? Anak anakku pasti nanya.” gumamnya

“MOMMY! ADEK LAPER!”

Haechan menghela nafas panjang kemudian bersiap siap untuk turun kebawah. Kakinya melangkah menuju dapur meja makan. Disana sudah ada  kedua anaknya dan Mark menunggu di meja makan.

“Mom, gimana pompanya? Lancar ga?” Tanya Chenle

Haechan menarik kursi disamping Serena kemudian tersenyum menatap Chenle, “lancar, kak.”

“Bagus deh.”

“Mom?”

“Hm?”

“Pipi mommy kenapa? Kok biru biru? Bekas apa mom?” Tanya Serena sembari mengelus pipi Haechan

Deg

Mark menatap Haechan dari jauh, namun Haechan sama sekali tak menatap dirinya. “ah, ini gara gara mommy jatuh dari kamar mandi.”

“Ya ampun, masih sakit ga mom?”

“Gak sakit kok, udah ayo sarapan nanti kalian telat.”

Sementara Chenle menatap Haechan dan Mark bergantian, ia tau pasti kemarin orang tuanya itu sedang bertengkar. Tapi, tak ia duga sang papa akan melukai mommynya segitunya. Ia pendam dahulu amarahnya, ia juga tak mau Serena tau.

MOMMY (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang