Chapter 16

296 28 2
                                    

Haechan menatap ponselnya melihat salah satu postingan riview makanan ramen di salah satu restoran jepang terkenal. Sudah sangat lama ia tak makan ramen karena memang ia sudah mengurangi makan makanan pedas.

“Boleh ga ya makan ramen?” Gumamnya

“Kayaknya boleh, kalo sekali kali.” setelah mengatakan itu Haechan langsung naik ke atas kamar untuk menemui Mark yang berada di kamar.

Cklek

“Mas!”

Mark yang tengah duduk di ranjang sembari memangku laptop kini menoleh kearah pintu dimana Haechan baru saja masuk ke kamar.

“Ada apa, sayang?” Tanya Mark lembut

Haechan berjalan menghampiri Mark, ia duduk disampingnya kemudian memegang lengan Mark. Sesekali ia usap lengan kekar itu.

“Mas, boleh ga aku minta sesuatu sama kamu?”

“Mau minta apa, sayang?”

Haechan dengan ragu mendongak menatap wajah suaminya itu, “mau makan ramen, boleh ga?”

“Ramen?” Haechan mengangguk.

Mark menghela nafas pelan kemudian mematikan laptopnya, “mas rasa kamu tau jawabannya.”

Haechan mendesah kecewa, “ga boleh ya?”

“Hm.”

“Tapi, mas. Aku lagi pengen banget, cuma makan sekali aja kok. Boleh ya??” Bujuk Haechan dengan nada pelan

“Haechan, sekali aku bilang engga berarti ga boleh, jangan membantah. Kamu tau sendiri kan apa alasannya?” Ucap Mark tegas.

Haechan melepaskan tangannya di lengan Mark, ia menunduk pelan seraya memainkan ujung baju tidurnya. “selama ini aku ga pernah minta yang aneh aneh, aku ga pernah minta barang mahal, aku ga pernah minta beliin yang susah susah. Tapi, aku cuma minta ramen ga mas bolehin.”

Mark menoleh, “justru itu, mas gapapa kalo kamu mau bareng mahal mahal daripada kamu minta ramen. Jangan lupa sama kamu yang pernah ngeluh sakit perut karena makan ramen.”

“Tapi itukan dulu, lagian porsinya dulu banyak. Sekarang cuma minta dikit karena lagi pengen banget —

“Ya sudah terserah kamu. Tapi, kalo perut kamu sakit jangan ngaduh sama aku atau kakak.” potong Mark cepat.

Setelah mengatakan itu Mark pergi membawa laptopnya ke ruang kerja. Sementara Haechan menatap punggung lebar suaminya itu yang sudah pergi meninggalkan dirinya.
Kini matanya beralih menatap lantai mencoba mengingat ucapan Mark barusan, ternyata benar juga. Daripada ia kesakitan dan berujung dimarahi lagi oleh Mark lebih baik ia kubur saja keinginannya itu.

“Huhft...’

Haechan beralih naik ke atas ranjang kemudian menarik selimutnya menutupi separuh badannya untuk bersiap-siap untuk tidur. Kebetulan Zherio dan Serena menginap di rumah Jerio paman mereka jadi Haechan bisa beristirahat tanpa harus menidurkan anak anak dahulu.

                                       —°°—

“Pa, mommy udah tidur?”

Mark yang sedang membuka kulkas didapur kini menoleh kearah tangga dimana Chenle baru saja turun.

“Ada di atas. Kenapa, kak?”

Tak

Mark menaruh gelasnya di atas meja makan kemudian duduk di kursi guna melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

“Pengen makan ikan saus.” Ucap Chenle

“Loh? Bukannya kamu alergi saus ya?” Tanya Mark

“Iya alergi kalo kebanyakan, kata dokter kalo makannya cuma dikit gapapa. Soalnya aku bukan alergi yang parah kek orang orang gitu, pa. Cuma gatal gatal aja.” jawab Chenle

MOMMY (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang