Chapter 3

316 48 6
                                        

HAPPY READING





Malam semakin larut, tetapi dua laki-laki yang tenggelam dalam hasrat tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti. Di dalam apartemen mewah yang dibeli Taehyung di Seoul—tempat yang dijadikannya sebagai markas untuk bertemu kekasihnya—mereka saling bertumpang tindih.

Erangan dan desahan menggema di dalam ruangan, memanggil satu sama lain dengan suara yang lirih namun penuh gairah. Mereka gila, sama gilanya. Sama-sama hypersexual, sama-sama mencintai kebebasan. Cara mereka memandang dunia pun serupa.

Sudah lama sejak terakhir kali Jungkook merasakan ini—Taehyung yang begitu dalam di dalam dirinya, menghadirkan rasa ngilu hingga ke ubun-ubun, tetapi sekaligus memberikan kenikmatan yang luar biasa. Cinta mereka yang besar membuat segalanya terasa lebih intens, lebih membakar, lebih menyesakkan.

Setelah pelepasan keempat, Taehyung akhirnya berbaring di samping kekasihnya dengan napas yang masih memburu. Matanya menatap wajah Jungkook, mengamati setiap detailnya dengan kagum.

Jungkook selalu terlihat indah, bahkan dalam keadaan lelah seperti ini.

Cinta Taehyung begitu dalam, lebih dalam dari yang pernah ia bayangkan. Ia tak pernah menyangka akan mencintai seseorang seperti ini—seseorang yang dua tahun lebih tua darinya, seseorang yang dulunya begitu kasar dan tsundere. Pria yang selalu berbicara tajam padanya, tetapi justru membuatnya jatuh cinta lebih dalam setiap harinya.

Ketika mengingat kembali awal pertemuan mereka hingga akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan, rasanya hampir mustahil membayangkan mereka akan sejauh ini. Hubungan yang dulu didasari oleh usaha untuk move on dan mengisi kesepian, kini telah tumbuh menjadi cinta yang begitu dalam.

Jungkook, mahasiswa tingkat akhir, mencintainya dengan sepenuh hati. Bahkan mungkin sebesar ia mencintai kedua orang tuanya. Jungkook bukan cinta pertamanya, tetapi Taehyung tahu bahwa Jungkook adalah cinta sejatinya.

"Tae, besok kau pergi lagi?"

"Iya, sayang. Besok aku harus pulang ke Paris. Tapi aku janji akan kembali."

"Tapi kau baru empat hari di sini... Kita sudah enam bulan tidak bertemu." Jungkook mendengus kesal.

Taehyung terkekeh, menarik kekasihnya ke dalam pelukan. "Hei, tenang, sayang. Aku janji, setelah ini aku akan menyelesaikan kuliahku dan tinggal bersamamu di sini. Dan aku juga bekerja untukmu, tahu? Untuk wedding dream-mu. Bukankah kau ingin pernikahan yang mewah dan megah? Kau juga bilang tidak mau hidup susah, kan?"

Jungkook terdiam sejenak sebelum berbisik pelan, "Aku tidak masalah hidup susah asalkan bersamamu, Tae... Aku kesepian."

Taehyung terdiam. Ia tahu Jungkook kesepian, seperti halnya dirinya. Mereka berdua merasakan sakit di sisi masing-masing, tetapi tetap bertahan sejauh ini.

Kim Taehyung, pria kelahiran Paris. Sejak kecil ia tumbuh di sana, meski sering berkunjung ke Korea karena ayahnya berasal dari negara ini. Namun, Paris tetaplah rumah tempatnya kembali.

Ia tak pernah menyangka akan menemukan cinta sejatinya di negeri ginseng ini. Cinta yang bahkan membawa sedikit pertengkaran dalam keluarganya.

"Lusa aku mulai bekerja," Jungkook menggumam pelan.

Taehyung tersenyum. "Bagus... Aku akan terus menunggu kabarmu. Tapi kalau kau merasa lelah, keluar saja dan masuk ke perusahaan ayahku di Korea."

Jungkook menggeleng. "Tidak perlu, Tae. Aku yakin aku bisa. Aku juga tidak mau terlihat terlalu bergantung pada keluargamu, meskipun... yah, kenyataannya memang begitu."

Taehyung mengusap rambut Jungkook dengan lembut. "Sayang, kau tidak bergantung sama sekali. Aku menafkahimu karena aku ingin, dan uang yang kuberikan bukan hasil dari orang tuaku, melainkan dari kerja kerasku sendiri. Aku sangat mencintaimu, sayang. Jangan pernah tinggalkan aku, hm? Aku janji akan melakukan apa pun untukmu."

"Termasuk menikahiku dan melawan ibumu?"

Taehyung terdiam sesaat, lalu mengangguk mantap. "Aku tidak akan melawannya. Aku akan membuktikan bahwa hanya kaulah yang pantas menjadi pendampingku. Aku janji."

Jungkook menatap Taehyung dengan tatapan penuh harap. "Hm... Suatu saat, janji itu akan kutagih, Tae."

Taehyung sudah kembali ke Paris, meninggalkan Jungkook sendirian di Korea. Pria manis itu kini mulai menjalani aktivitas barunya, perlahan membuka diri terhadap dunia agar tidak terlalu bergantung pada kekasihnya.

Sedikit demi sedikit, keinginan untuk menjadi lebih mandiri mulai tumbuh dalam dirinya.

Namun, bekerja di perusahaan yang dikelola oleh kakak sepupunya bukanlah hal yang mudah. Jungkook sering kali dimarahi oleh atasannya karena melakukan kesalahan.

Ia menerima semua kritik dengan lapang dada, berusaha memperbaiki diri. Jungkook tidak malu jika ia tidak tahu sesuatu, dan ia juga tidak gengsi untuk belajar. Namun, bekerja di bawah bimbingan V terasa sangat melelahkan.

"Hah... aku lelah sekali. Sampai kapan aku akan disuruh mengetik semua ini?! Percuma tampan kalau kelakuannya menyebalkan," gerutunya sambil menatap layar komputer.

"Sudah selesai?"

"ARGHH!!" Jungkook hampir meloncat dari kursinya karena terkejut mendengar suara berat yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Ia menoleh dan langsung berhadapan dengan V yang menatapnya dengan ekspresi dingin.

"S-sudah. Coba lihat, Tuan," ucap Jungkook hati-hati.

V mengambil lembaran proposal yang disodorkan Jungkook, membacanya sekilas sebelum mengernyit.

"Ini salah," ujarnya datar. "Bagaimana bisa kau menulis seperti ini? Kau bisa bekerja? Lihat, garisnya salah. Kau tidak pernah membuat proposal sebelumnya?"

Jungkook terdiam, menunduk dalam diam.

"Kau benar-benar beban," cecar V lagi.

Jungkook menggigit bibirnya. Hatinya mencelos mendengar kata-kata itu. Ia tidak menyangka akan sesakit ini... dan tidak menyangka bahwa pria setampan V memiliki watak yang begitu keras.

"M-maaf, Tuan," ujarnya pelan.

"Maaf tidak ada artinya jika kau tetap membuat kesalahan," balas V tajam. "Jika seperti ini, aku yang akan dimarahi oleh atasan. Paham? Sekarang bawa pulang tugas ini, kerjakan ulang di rumah, dan kirim lewat email. Aku tunggu malam ini."

Tanpa menunggu jawaban, V langsung pergi, meninggalkan Jungkook yang masih berdiri terpaku.

Setetes air mata jatuh di pipinya.

"Ah... ternyata begini rasanya bekerja. Sakit sekali... diremehkan oleh orang yang lebih berkuasa."

Jungkook mengusap matanya dan menarik napas panjang.

Ini baru awal. Jika ingin bertahan, ia harus lebih kuat dari ini.



TBC

240 DAYS - Taekook [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang