Chapter 1

451 48 5
                                        

HAPPY READING


Suasana sunyi di sore hari, pria manis tengah duduk di balkon kamarnya sambil memangku toples yang berisi coklat. Tak lupa, di sampingnya terdapat es Americano yang selalu setia ia konsumsi tiga kali sehari guna menangkal lemak dari coklat yang selalu ia makan.

Tangan kirinya menggeser ponsel dan melihat timeline di media sosialnya. Ada rasa sedikit iri saat melihat kebanyakan teman-teman kuliahnya sudah bekerja dan berkarir. Namun, pria manis ini punya sifat yang lumayan tinggi dan dikenal orang sedikit sombong.

Jeon Jungkook namanya. Banyak orang mengenalnya dengan sebutan 'sombong', 'suka pamer', 'kasar', dan sebutan lainnya. Namun, apa peduli Jungkook? Selagi ia tidak merasa kekurangan apa pun, maka ia tidak akan pernah mendengar penilaian orang lain.

Jungkook berasal dari keluarga yang sederhana, tidak miskin, juga tidak kaya raya. Orang tuanya bekerja keras untuk memberikan pendidikan bagi kedua anaknya. Ya, Jeon Jungkook adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Walau berasal dari keluarga yang sederhana, sejak kecil Jungkook sudah dimanjakan dan terbiasa hidup nyaman. Orang tuanya sangat menyayanginya hingga tidak akan membiarkan ia hidup susah. Dari situlah banyak sekali komentar miring dari keluarga serta tetangga tentang Jungkook sebagai anak yang tidak tahu diri.

Ditambah lagi, semenjak selesai kuliah, Jungkook tidak bekerja dan hanya tinggal di rumah. Kerjaannya hanya makan, tidur, dan bermain sepanjang hari. Kadang juga ia shopping hingga lelah. Hal itu membuatnya semakin menjadi bahan ghibah para keluarga besarnya.

Semua orang tahu bahwa Jungkook yang cantik dan sedikit centil itu sudah memiliki kekasih yang lebih muda darinya dan sangat kaya. Tidak jarang Jungkook dibelikan ini-itu untuk memenuhi keperluannya di rumah agar ia betah di rumah.

Jungkook juga sangat sering memamerkan kemesraannya dengan kekasih di media sosial—berbelanja banyak dan liburan bebas. Jungkook tentu tahu hal ini akan membuat orang berkomentar buruk tentangnya, namun ia tidak peduli, karena Taehyung selalu mendukungnya dalam hal apa pun.

Sedang asyik mengunyah camilannya, Jungkook terkejut sebab ada seseorang masuk ke kamarnya tanpa permisi. Setelah menoleh ke belakang, ia memutar bola matanya malas karena kakak sepupunya lah yang datang, Jung Hoseok.

" Bisa kah kau tidak masuk kamarku sembarangan, Kak Hobi?! "

Kesal, Jungkook menoleh ke arah sepupunya yang hanya menyengir santai, tidak terintimidasi sama sekali.

" Kook, kau sedang apa? "

Hoseok mengabaikan nyinyiran adik sepupunya dan memilih duduk di kursi samping Jungkook, lalu mengambil camilan di pangkuannya.

" Heol!! Sini camilanku!! "

Hoseok kembali mendengus karena camilan itu dirampas dari tangannya.

" Pelit sekali, " gumamnya, yang masih didengar oleh Jungkook.

" Ada apa?! Aku tidak suka berbasa-basi, katakan dan cepat pergi dari kamarku. "

" Begini, hari ini ada sepuluh orang karyawan yang dipecat karena melakukan pencucian uang di perusahaan. Dan otomatis, CEO di perusahaanku akan membuka lowongan baru. Kau mau ikut?... Emm, maksudku, daripada kau bosan setiap hari di rumah hanya makan dan tidur, lebih baik beraktivitas sedikit... "

" Kak, bukankah kakak sudah tahu bahwa Taehyung tidak mau aku bekerja? "

" Aku tahu, Kook. Cuma maksudku, ini adalah kesempatanmu untuk memulai karirmu. Karena apa? Karena tidak semuanya harus kau gantungkan pada kekasihmu. "

" Kak?! Aku tidak bergantung pada siapa pun! Taehyung lah yang sangat mencintaiku. Dia tidak mau aku bekerja dan akan membiayai diriku. Itu permintaannya! "

" Iya, kakak mengerti. Maksud kakak, apakah tidak bisa kau beraktivitas untuk memulai karirmu? Setidaknya kau tidak bergantung pada Taehyung. "

" Ck... "

Jungkook berdecak kesal. Mood-nya hancur seketika.

" Kakak bisa saja merekomendasikan orang lain, tapi kakak melihatmu sebagai adik yang tidak punya aktivitas apa pun. Jika kau sudah menikah, sangat wajar kalau kau mengurus rumah tangga. Tapi ini, hubungan kalian bahkan masih stuck di tahap pacaran, dan bisa saja dia menikah dengan orang lain. Kau akan jadi apa? Kakak peduli padamu. Kakak tunggu jawabanmu dalam lima hari. "

Hoseok pergi dari sana, meninggalkan Jungkook yang hanya diam dengan raut wajah kesal.

Ia tidak tahu apa yang membuatnya kesal. Entah karena ia tidak suka Hoseok mencampuri urusannya, atau ia kesal karena omongan Hoseok adalah kebenarannya.

Hoseok benar. Hubungan mereka bahkan sudah hampir menginjak enam tahun, tapi tidak ada perkembangan sama sekali. Namun, Taehyung dan Jungkook sangat amat saling mencintai. Mereka sangat bahagia, seolah tidak ada beban apa pun.

Namun, dalam waktu lima tahun lebih itu, tak hanya sekali Jungkook memberi kode bahwa ia ingin segera dinikahi atau setidaknya dilamar. Jungkook iri pada teman-temannya yang jalan cintanya begitu mulus. Namun, Jungkook tidak pernah menampakkan hal itu.

Ia selalu terlihat bahagia. Dan jika ada yang bertanya kepadanya kapan menikah, Jungkook akan menjawab bahwa menikah sangat tidak penting—sebuah kebohongan untuk membahagiakan diri sendiri.

Dirinya mulai berpikir logis, kemudian menekan tombol panggilan dan menelepon Taehyung.

" Hallo, sayang. "

" Hmm, Taehyung sedang apa? Aku ingin bicara. "

" Aku sedang di kantor. Hari ini Ayah menyuruhku untuk memimpin rapat dengan tamu dari Paris. "

" Kau bekerja terus, padahal belum lulus kuliah. "

" Hahaha, biasalah sayang. Perusahaan sendiri, bebas kan? Tidak harus kuliah. "

" Hm, kau benar... Tae, lalu kapan kau akan melamarku? "

" Sayang, kita sudah membahas ini, bukan? Aku janji setelah selesai kuliahku, aku akan segera menikahimu, sayang... "

" Lalu kapan?! Kau selalu mengatakan hal itu, tapi kau bahkan tidak punya niat untuk menyelesaikan kuliahmu, seolah aku bukan tujuan utamamu... hiks... "

" Sayang, jangan menangis. Aku minta maaf. Aku transfer uang ya, kau belanja sesuka hati, hm? Atau kau mau pegang semua credit card aku saja? Agar kau percaya bahwa aku hanya mencintaimu? "

" Tidak perlu... "

" Lalu sayangku mau apa, hm? Katakan padaku apa yang kau inginkan agar kau tahu aku mencintaimu. "

" Izinkan aku bekerja. Cukup itu. Aku bosan di rumah setiap hari... hikss... Setiap hari aku selalu melihat kesibukan orang lain di media sosial, di drama, dan di mana-mana. Sementara aku sama sekali tidak melakukan apa pun... A-aku membohongi diriku sendiri, padahal aku ingin sekali bekerja seperti orang-orang... "

" Oke sayang, oke. Sudah, jangan menangis, hm? Oke, aku izinkan bekerja. Carilah aktivitas yang membuatmu sibuk agar tidak terus bicara melantur. Maafkan aku, hm? Aku sudah transfer 100 juta ke rekeningmu untuk jajan bulan ini. Sudah ya, aku sedang ada tamu. Nanti kuhubungi. I love you. "

Tutt.

Telepon itu mati. Jungkook menatap nanar ponselnya yang mati sepihak itu.

" Melantur katanya, hahaha, " gumamnya.

Ia kembali membuka aplikasi penyimpan uang dan melihat saldonya bertambah di sana. Taehyung sungguh mengirimkan uang sebesar 100 juta. Di tengah air mata yang turun, ia tersenyum manis sekali.

" Setidaknya dia memberikan seluruh uangnya untukku, " batinnya.



TBC

240 DAYS - Taekook [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang