CHAPTER 10

776 78 26
                                    

Mata sepekat obsidian itu masih saling adu tatap dengan atap-atap apartemen semenjak setengah jam lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata sepekat obsidian itu masih saling adu tatap dengan atap-atap apartemen semenjak setengah jam lalu. Dengan pikiran yang terjebak dalam urusan hati yang membingungkan.

Yah, Sasuke memang memiliki alasan kuat mengapa memaksakan diri mengabaikan gadis itu. Ini bukan keinginannya sendiri, sungguh!

Bagaimana jika asal menyapa maupun sok akrab di sembarang tempat, mata-mata utusan pamannya memergokinya? Hal yang paling ditakutkan, Sakura yang tak tahu apa-apa bakal terseret.

Paling tidak Sasuke perlu memastikan, mata-mata itu berada di pihak siapa?

Rupanya ketika dia memutuskan untuk keluar dari dunianya yang gelap, kehidupan tenang sesulit itu didapatkan. Entah harus menggunakan cara apa lagi supaya terlepas sepenuhnya dari jerat-jerat masa lalu, atau agar mendapatkan kehidupan yang normal.

Detik itu Sasuke masih berbaring di sofa seperti baru saja terdampar dari tempat antah berantah. Tenaganya terserap habis. Lalu lamunannya dipecah paksa oleh dentingan merdu dari bel apartemen.

Mengapa dunia sama sekali tak mau mengerti dirinya, padahal paling tidak malam ini saja dia ingin sendiri, tanpa diusik oleh apa pun, siapa pun.

Tapi, tetap saja Sasuke mendorong dirinya untuk bangkit, tak peduli biarpun malam itu penampilannya cukup berantakan. Kemeja kerja yang telah dipakai seharian ini dan sekusut itu bahkan belum ditanggalkan.

Bodohnya, dia tak menyempatkan barang beberapa detik saja untuk mengetahui siapa di balik sana melalui layar interkom. Tangannya secara gegabah membuka pintu, dan berakhirlah menjadi kekecewaan.

Karena yang berdiri di hadapannya sambil memasang senyum sumringah di balik wajah memukaunya, adalah orang yang sekian lama sengaja tak dijumpainya. Namun, suaranya telah ia dengan beberapa hari sebelumya.

Mata jernih birunya berbinar terang. "Hai, Sas!" sapanya ceria.

Sasuke berdecak tajam. Tak peduli malam itu Ino Yamanaka berpenampilan super cantik bak seorang model, laki-laki itu sama sekali tak berminat memerhatikan penampilannya. "Dari mana kau tahu alamat tempat tinggalku?"

"Coba kau tebak!" Hah, rupanya dia ingin bermain-main, tak peduli Sasuke tak menerima baik kehadirannya.

"Apa pamanku membocorkan padamu?"

"Untuk apa aku bertanya pada pamanmu jika aku bica mencari tahu sendiri."

Sasuke mendesis sebal. Benar, kemampuan gadis ini tak bisa diabaikan begitu saja. Bukti bahwa semudah itu dia menggali informasi hingga titik terdalam gadis yang disukainya, sudah pasti semudah itu menemukan alamat apartemen Sasuke setelah memutuskan keluar dari kediaman pamannya.

"Jadi, seleramu gadis kecil seperti itu?" godanya.

Sasuke tak pernah menyukai ketika urusan pribadinya dikorek oleh seseorang dari masa lalunya. "Jangan berkata seolah aku pedofil, dia hanya empat tahun lebih muda dariku." Sasuke menegaskan menggunakan nada angkuhnya yang khas. "Jadi ada apa kau datang kemari, untuk menakut-nakutiku lagi?"

STALKER || SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang