CHAPTER 24

473 47 56
                                    

"Mana dia?" Tahu tidak Sakura datang seperti bakal menggebrek pasangan mesum saja, dan dia polisinya, lalu ada kameramen di belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mana dia?" Tahu tidak Sakura datang seperti bakal menggebrek pasangan mesum saja, dan dia polisinya, lalu ada kameramen di belakangnya.

"Dia baru saja pergi beberapa menit yang lalu." Gaara menjawab sambil menusuk dimsumnya, lalu melahap santai. Tanpa merasa bersalah, memang boleh sesantai itu?

Gadis itu mendesis sebal. "Kenapa tak kau cegah, bodoh!" Tak tahu apa seberapa banyak effort yang dikerahkan untuk sampai di tempat ini, berlari di sepanjang jalan bak orang kesetanan, napasnya saja masih ngos-ngosan. Poninya lepek menempel ke jidat sebab keringat, hei ini musim dingin bukan musim panas di bawah teriknya matahari.

Sampai di sini dia harus merasa kecewa ketika yang dicari tak ada, kemana perginya si laki-laki berambut merah satunya?

Padahal tadi sudah pamer foto mesranya dengan Sasori, Sakura juga berkata akan bergabung. Eh, bisa-bisanya Sasori dibiarkan pergi begitu saja.

"Kau ini sepertinya rindu berat dengan Sasori." Masih dengan tatapan santai dan damai, dia menepuk-nepuk kursi kosong supaya Sakura rehat sejenak.

Sakura duduk, ingin rasanya menyambar kepala Gaara dengan sling bag-nya melihat tampang tak berdosa itu.

"Rindu ingin memaki, mengomeli, sebab mengapa tak ada kabar. Sewaktu memberikan surat resign ke bos Naruto juga tak menyempatkan berbicara padaku."

Di waktu-waktu itu dia benar-benar tak dianggap teman lagi bagi Sasori, meski Sakura masih menganggap laki-laki itu teman yang berharga. Satu dari dua orang yang sepemikiran dengan Sakura di Divisi Software Developer. Menyebalkan!

Merasa tenggorokannya kering, seenaknya saja menyambar ocha Gaara yang masih penuh, meneguk seperti tak minum berminggu-minggu hingga kosong tak tersisa. "Aku haus, pesan lagi saja jika masih ingin minum."

"Hmm ...." Si laki-laki nampak pasrah. Mengangkat tangannya, dan dihampiri oleh pramusaji sesaat kemudian, dipesanlah dua gelas jus, Sakura nambah satu gelas lagi katanya hausnya belum hilang.

"Dia itu kenapa sih, seperti mati-matian menghindariku?" Kepala Sakura mengitari resto yang di jam sembilan ke atas masih juga ramai. Dan jika mereka makan di resto begini, sudah pasti yang menentukan tempat temu Gaara. Jika Sasori mungkin lebih memilih kedai ramen saja, tak berbeda dengan Sakura.

Sssttt ... jangan remehkan Gaara, biarpun staff programmer senior tapi asetnya di mana-mana, ingat dia anak tunggal pejabat, makanya dulu pernah menawarinya tinggal di apartemennya yang menganggur, tanpa biaya sewa, secara cuma-cuma. Sepertinya bekerja di sebuah perusahaan Software development seperti Sakura hanya sekadar hiburan atau mungkin iseng.

"Mungkin malu akibat dosa di masa lalu kali."

"Dosa apa, hei?" Mata Sakura mendelik.

Gaara nyengir, lalu mengibas-ngibas tangannya yang masih memegang sumpit, lihat dia makan sendiri. Dua mangkuk ramen kosong ada di sisi meja, di depannya banyak juga makanan pendamping seperti dimsum, gyoza, sayap ayam, ikayaki, atau apalah. "Dia tidak menghindarimu Saku ... mungkin memang ada hal mendesak, dan masih sebal."

STALKER || SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang