Jadi dia yang mengagumi orang lain atau justru yang dikagumi?
Dia stalking targetnya, atau justru dia yang akan dijadikan target?
***
START : 27 SEP 2024
NARUTO Fanfiction
Disclaimer : Masashi Kishimoto-Sensei
Pair : Sasuke - Sakura
Rate : 18+
Genre...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raungan ponsel Sakura tak juga berhenti, praktis mengusir lelap raven. Ia yang tidur tidak nyaman di sofa bangkit malas-malasan. Mencari penyebab kegaduhan di pagi hari dan omong-omong di mana Sakura meletakkan benda berisik itu?
Mungkin dalam tas? Tapi di mana tasnya?
Onyx-nya segera tertuju ke sling bag yang tertumpuk jaketnya maupun jaket Sakura.
Mengapa jaket yang dipenuhi bau anyir darah tak dibuang saja? Entahlah, buang saja setelah ini, toh sudah berlubang.
Tangannya menyahut sling bag Sakura yang tergeletak di atas meja, membuka dan menatap layar ponsel itu. Onyx-nya berpindah ke permen kapas yang terlelap begitu nyenyak, mungkin efek anestesi yang tersisa di tubuhnya, atau gadis itu dalam mode kelelahan parah.
Keraguan untuk menjawab membuat dering ponsel terhenti juga pada akhirnya. Dapat dilihat berbagai notifikasi memenuhi, pantas berisik sekali. Mulai dari chat, email, hingga panggilan tak terjawab.
Belum juga ponsel dikembalikan ke tas, benda itu sudah kembali meraung heboh. Dasar berisik sekali! Pandangan sebal raven lemparkan ke benda itu, apalagi ketika nama 'Gaara' dijumpai. Angkat ... tidak ... angkat ... tidak ... angkat!
Kuapan super lebar dan panjang dari si raven menyambut panggilan itu.
"Siapa ini?" Ya ampun buru-buru sekali, belum juga mulut Sasuke tertutup sepenuhnya, si rambut merah sudah menyambar secepat itu. Jeli juga Gaara, sampai mampu mengenali itu bukan kuapan si permen kapas.
"Ore wa U-chi-ha Sa-su-ke!" jawab raven santai dan malas-malasan. Jika malas menjawab matikan saja Sasuke, mengapa terkesan memaksakan diri dan berakhir tak ikhlas begitu?
"Mengapa kau yang mengangkatnya?" Suaranya terdengar terkejut dan tak terima. Lantas raven semakin menyeringai senang. Tumbuhlah ide-ide usil di kepala, tentu saja raven ingin memanfaatkan situasi ini untuk membalas perlakuan Gaara selama di resort.
Sasuke bangkit dari sofa, dan mengempaskan diri di kursi yang tergeletak di samping ranjang, kursi yang ia buat menemani permen kapas sampai terlelap. Bohong, bukan menemani, tapi mengamati!
"Di mana Sakura?"
"Di sampingku." Sasuke tak berbohong, kini memang permen kapas di sampingnya.
"Tolong berikan telepon padanya." Nampaknya Gaara berusaha untuk tetap tenang, biarpun mungkin hatinya sedang diserang badai.
"Tidak bisa, dia tidur sangat nyenyak." Dengar, nada suaranya benar-benar jahil. Ya ampun raven, ini sisi lain dari dirimu ternyata. Yah, tentu saja bikin rival geram itu menyenangkan.
"Apa ... tidur?" Gaara sepertinya kurang paham. "Kalian di ruangan yang sama?"
"Ya." Raven kembali menyeringai puas. Pasti di seberang sana pikiran Gaara mulai merambah liar tak tentu arah. Tak perlu diperinci, seorang laki-laki dewasa pasti paham.