CHAPTER 19

258 32 50
                                    

Semenjak pagi, hari terasa begitu aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak pagi, hari terasa begitu aneh. Mungkin hanya ia yang melewati jam-jam yang baik. Benar, hanya Sakura sendiri. Tapi tidak dengan orang-orang disekitarnya.

Sebenarnya, tak masalah jika mereka memandang Sakura iri disertai tatapan tajam. Sakura sama sekali tak terkejut, inilah resiko yang didapat ketika menapaki posisi yang lebih tinggi. Naruto sudah pernah memperingatkan, maupun menasihati sebelumnya.

Tapi Gaara, dan Sasori? Mengapa?

Dua orang yang sejauh ini selalu berpihak padanya, mengapa turut menjatuhkan pandangan serupa mereka?

Memang mulut mereka tak lupa menyelamatinya atas posisi yang diraih, tapi hati Sakura merasakan tak ada kata tulus dalam ucapan itu. Jika Sakura tak salah memaknai, apa mereka tak menyukai keputusan yang telah dipertimbangkan oleh perusahaan tempatnya bekerja?

Padahal dulu mereka sudah mengatakan sendiri, bahwa keputusan ini tak akan pernah mempengaruhi persahabatan ini, berjanji akan saling mendukung satu sama lain.

Atau ada hal lain yang membuat dua laki-laki ini bertindak seperti itu?

Tidak boleh, tidak boleh, hal seperti ini tak boleh mempengaruhi mood-ku. Tangannya menepuk-nepuk pipinya supaya tersadar, barusan dia sempat terseret dalam renungan yang membikin mood berantakan.

Suasana hatinya semenjak pagi sudah sangat baik, tak boleh dihancurkan oleh hal-hal di luar harapan seperti ini. Lagi pula tak ada waktu baginya untuk bengong, pekerjaannya sudah menunggu.

"Bagaimana dengan ruangan ini?" Baru saja fokus Sakura mengacu penuh ke dokumen-dokumen yang harus dipelajari, suara itu menyela.

Sakura mengangkat bahunya. "Entahlah, di sini sepi. Kurasa berada di kubikel dengan yang lain lebih menyenangkan." Sebetulnya tempat ini tak buruk, sekarang dia berbagi ruangan dengan Naruto. Namun membuatnya semakin terasa jauh dari Gaara dan Sasori.

Satu hal yang Sakura syukuri, masih ada Naruto yang memandang dan berbicara dengan cara yang sama. Malah nampaknya dia lega Sakura yang pada akhirnya menapaki posisi ini.

Salah satu alis Naruto naik. "Memangnya kenapa menyenangkan berada di kubikel, biar bebas bergosip sambil bekerja?"

"Bukan begitu, Nii-san." Ada kilat muram yang tak dapat disembunyikan Sakura dari Naruto.

"Aku dulu juga mengalami apa yang kau alami, sampai sekarang malahan."

"Apa?" Suara Sakura tercekat.

Kini Naruto mengabaikan sejenak dokumen-dokumen yang berserakan di mejanya. "Mendapati orang-orang tak suka dan iri terhadap apa yang kuraih dengan susah payah."

Padahal mulut Sakura belum sempat mengawali cerita, tapi hebatnya Naruto mampu membaca ricuhnya isi kepala gadis itu.

"Tapi, untuk apa terlalu memikirkan pandangan orang lain. Kita tak akan bisa selalu hidup seperti harapan orang lain, bukan?" tandasnya. "Yang terpenting kita tetap berusaha melakukan yang terbaik versi diri kita."

STALKER || SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang