"Erine?.."
"Oline?..."
Kedua orang itu sama-sama terkejut, terlihat jelas dari dahi yang saling mengerut, seolah menandakan betapa terkejutnya mereka saat ini.
"Lagi ngapain?.." sapa Oline dia mencoba untuk biasa saja, meski jauh didalam sana jatungnya berdetak sangat gila, percikan itu seolah tiba kembali setelah menghilang selama 10 bulan akhirnya dia dapat merasakan kembali bagaimana jatung itu berdetak sangat cepat.
"Oh?..." Erine tersadar akan pertanyaan itu, dia melirik sekitar hingah sebelum itu dia kembali menatap ke aragh Oline yang melihatnya juga.
"Ini papa lagi ada dinas keluar negeri, aku cuman mau nganteri ini tadi sempat ketingalan.." ucapnya jujur sambil memperlihatkan barang yang dia bawa yang berupa sebuah dompet berkulit hitam, yang sudah Oline pastikan pemilik dompet itu pasti Graselo.
Setelah itu suana berubah semakin canggung, sebab mereka berdua binggung untuk memulai dari mana, terutama Erine dilandasi rasa malu, tapi senang juga dia sudah menantikan lama waktu ini, semenjak 10 bulan tidak bertemu Erine melihat jelas perubahan besar pada seseorang yang berdiri dihadapanya sekarang.
"Mau aku anter?.." tawar Oline sendiri, embel-embel lo gue yang biasa dia gunakan telah berubah sepenuhnya sekarang.
"Oh iya ayo.." anguk Erine dengan canggung, mereka kembali berjalan menuju tempat dimana Graselo berada Oline kembali menarik koper miliknya mengikuti belakang Erine.
Didalam hati dia sedikit senyum mengetahui bahwa gadis itu baik-baik saja, meskipun sudah 1 minggu berlalu sejak masa persalinanya, Erine kini tampak lebih baik meski mukanya sedikit pucat, namun itu tidak mengurangi sekali wajah cantik serta senyum manis yang tadi dia perlihatkan.
Oline seolah kembali ditarik untuk menuju masa lalu, bagaimana pertemuan pertamanya dengan gadis itu, dan cerita dimana dia menaruh hati kepadanya, senyum serta wajah itu mengigatkanya kembali kepada Erine gadis yang selama 10 bulan ini tidak dia lihat, bahkan sekarang jantungnya tak bisa berdetak dengan tenang, dia seolah meresakan sekali lagi bagaimana hebatnya gadis itu, dia begitu mudah mempengaruhi jantung Oline sekejam ini dengan membiarkan berdetak cepat.
Tiap langkah mengikuti belakang Erine, Oline selalu menghela nafas dibuatnya dia binggung mengapa dia menawarkan diri untuk ikut mengantar Erine menemui sang Ayahnya, tapi ketahuilah dia benar-benar tak dapat membohonginya sekarang, rasa itu dia merasa harus tetap dekat dengan gadis itu seolah tidak mengiginkan perpisahaan yang kedua kali.
Bodoh memang setelah apa selama ini Erine lakukan kepadanya, tapi Oline bisa apa dia hanya manusia biasa, yang diutus Tuhan dengan hati murahnya..
Setelah itu dia melihat gadis didepan berhenti, dan Oline pun ikut berhenti disan dia bisa melihat seorang lelaki paruh baya dengan setelan rapi jasnya berjalan ke arah mereka, bahkan sampai disana lelaki itu terkejut melihat seseorang yang berdiri tepat dibelakang anaknya.
"Kamu Oline?..." tunjuknya tak percaya.
Oline terkekeh melihat reaksi terkejut yang sang lucu itu pikirnya.. "Baru sepuluh bulan om masa udah ngak kenal aja.." jawab Oline..
"Hey siapa yang ijinin kamu buat pangil saya dengan sebutan om? Pangil papa kalau kamu lupa.."
Oline sekali lagi menganguk, dan dia tersenyum menagapi sebelum melanjutkan untuk berbicara. "Iya pa.."
Graselo tersenyum lega mendengar itu, dia sepenuhnya lupa kepada sang putri yang kini menatapnya jengah, padahal sebelum itu papahnya itu misuh-misuh agar dia mengantarkan dengan cepat barang yang dia bawa, dan sekarang mengapa mereka malah asik mengbrol dan melupakn dirinya? Pikir Erine..
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak kelas galak itu istriku (ORINE)✅
FanfictionTiba-tiba nikah itu ngak lucu banget wee!!