3

2K 196 4
                                    

Ternyata setelah sampai dikelas Oline, Erine sama sekali tidak menemukan seseorang yang dia cari, merasa harus mengantarkan apa yang dia beli, dengan terpaksa dia berjalan masuk ke kelas Oline, dan menghampiri dua teman Oline yang memang Erine perhatikan mereka sangat dekat dengan Oline.

Sementara itu Regie dan juga Nala, keduanya sama sekali belum menyadari siapa yang datang, dan mereka berdua tetap asik bercanda.

"Ehh gimana-gimana hubungan lo sama Kimmy? Gue penasaran anjir ko bisa ya spek cantik kayak Kimmy begitu naksir elu yang 11 12 kayak kang sate aneh banget." celetuk Nala.

"Ehh anju lu kalau ngomong, yang bener ajah sekelas Raffi Ahmad gini dibilang 11 12 sama kang sate." Regie tidak terima jadi dengan satanya tangganya itu mengetuk kepala Nala.

"Permisi." sapa Erine kekeduanya.

Karna Nala yang sekarang membelakanginya, jadi gadis itu tidak memperhatikan siapa yang sedang ada dibelakangnya, sementara Regie udah tersenyum canggung dan beberapa kali menyengol bahu Nala agar gadis itu menoleh. "Ya elahh udah gue bilang ntar uang kasnya gue lunasin habis istrirahat deh, serius Fritzy gue lagi ngak ada uang kecil." Nala terus mengoceh karna dia pikir itu bendahara kelas yang selalu menagih uang kas.

"Ehh mem* aduh tuh kan keceplosan, bukan Fritzy itu balik deh." Regie menepuk mulutnya sebentar, sebelum mengeser bangku Nala agar dia melihat orang didepanya.

Sontak ketika sudah berhadapan dengan orang itu Nala gugup seketika. "Ehh kak Erine udah lama ngak ketemu, ngak berubah yah cantiknya."

Erine mengeleng melihat tingkah teman Oline, pantesan mereka temenan ternyata tingkahnya plek-ketiplek begini.

"Kenapa kak?" tanya Regie lagi yang sedikit penasaran, mengapa pagi-pagi sekali Kakak kelas mereka ini kesini.

"Oh ini kalian tau ngak Oline dimana?"

"Oline ya?" Nala mengaruk kepala seraya berfikir, segera ketika dia mendapatkan jawaban yang tepat, dia menjentikan jarinya. "Kayaknya dia dirooftop deh kak." jawab Nala cepat.

"Rooftop? Ngapain disana..."

"Ngak tau juga kak, mungkin lagi ada bagi-bagi bansos kali ya." lanjut Regie.

Tidak ingin ikut nyeleneh dengan omongan ngak jelas dua orang ini, segera Erine keluar dan berjalan menuju rooftop.

"Ehh perasaan minggu-minggu ini kak Erine sering banget deh nyari sik tai, mereka ada hubungan apa yah nyett? Gue penasaran anj*ng." tanya Nala.

"Woii Sudirman mulut lu astaga!! Kamus bahasa lo dirumah isinya bahasa kasar semua yah.."

"Ehh gue nanya bangkek!!"

"Ya mana gue tau? Atau kita.." Regie menaikan dua alisnya, Nala setuju lalu kedua monyet jelmaan manusia ini sama-sama keluar dari kelas.

Sementara disisi Erine, dia berjalan menaiki tangga demi tangga yang menuntunya menuju ke arah Rooftop, ketika pintu besi berkarat itu terbuka, hal pertama yang Erine lihat adalah pandangan penuh oleh bangunan-bangunan tinggi gedung, sedikit indah memang, jadi tidak salah lagi kenapa Oline sering sekali pergi kesini.

Erine berjalan melangkahi pintu, dia melirik sekitar, tepat sedikit jauh dari tempatnya berdiri, dia melihat Oline berbaring memungung dan beralaskan tas sebagai bantalnya.

"Ck!" decak kesal Erine dan berjalan ke arah Oline.

"Oline lo..!?" ucapan Erine berhenti sebentar, dan dia segera memekik sebagai gantinya. "Astaga lu pucet banget, Oline lo kenapa?" tanya Erine panik.

Oline menoleh ke arah suara yang dia kenal, dan sedikit tersenyum ketika melihat wajah panik Erine dari bawah sini. "Sakit Rine, perut gue sakit." Adunya dengan nada serak, menahan sakit.

Erine yang memang mudah tersentuh, melihat pemandang memilukan ini didepanya, tanpa dia sadari jika air matanya telah mengalir keluar, tak dapat Erine pungkiri meskipun mereka hanya menikah karna kontrak, tapi dia juga sudah mengangap Oline sebagai salah satu seseorang terpenting dihidupnya, jadi jangan heran mengapa Erine sepanik ini.

"I..i..ini salah lo kenapa ngak sarapan ajah? Kan gue udah masak..." Oline tidak menjawab, dia menjoba berusaha bangkit, dan dengan sigap Erine membantunya, dia membawa Oline agar bersandar ditembok, dan Erine yang duduk tengah-tengah kaki Oline.

"Gue laper." ucap Oline memegang perutnya.

Erine tersadar dan mengusap air matanya, dia mengambil roti yang tadi dia beli, dan dengan segera membuka bungkusnya. "Pelan-pelan." ucapnya ketika Roti itu sampai ke tanggan Oline, Oline memakanya dengan diam.

Karna kondisi Oline yang tidak memungkinkan, Erine memutuskan untuk ada disana beberapa waktu, guna untuk menemani Oline, dia khawatir harus meningalkan Oline sendiri lagi. "Airr.."

"Oh.." dengan cepat Erine memberi botol miliknya, dia membuka tutupnya dan menyodorkanya ke arah Oline, Oline menerimanya dan memenimunya hingah setengah.

Ketika roti ditangganya habis, Erine sedikit bernafas dengan lega, setidaknya sudah ada yang mengisi perut Oline sekarang.

"Gimana?" tanya Erine yang masih dengan mimik wajah khawatirnya.

"Udah mendingan.." jawab Oline lemah.

Erine melirik ke arah Oline yang terlihat lemah. "Lo gimana sik? Kan udah tau sendiri paling ngak bisa kalau ngak sarapan, kenapa lo ngeyel banget? Padahal gue udah bela-belain masak buat lo sarapan, tapi!? Arghh lo keras kepala baget Line.... Gue..gue cuman takut lo..." Erine berhenti lagi ketika dia melihat ke arah Oline yang memandangnya dengan senyum. "Lo kenapa natap gue begitu."

"Gue suka.."

"Hah!" Erine sedikit loading sebentar.

"Maksudnya gue suka liat lo marah ke gini, terus gini yah Rine marahin ajah gue kalau gue salah, kalau gue lalai, kalau gue nyakitin lo marahin sepuas, lo tapi gue minta jangan tingalin gue.." ucap Oline lemah.

Dibawah tatapan mata sayu milik Oline yang memabukan, dan ditambah dengan jarak keduanya yang sedikit intim, situasi seperti ini tanpa sadar sedikit membuat Erine gugup.

"Maksud lo?" tanyanya.

Oline tidak menjawab, namun sebagai ganti jawaban darinya, dia malah menarik tubuh mungil Erine, sehinga tubuh mereka saling bertubrukan, dan sekarang keduanya dalam posisi berpelukan.

Erine terdiam seribu bahasa begitu juga dengan Oline, entah siapa yang memulai intinya, keduanya secara diam-diam menikmati keintiman satu sama lain seperti saat ini.

Erine tanpa sadar mengeser sedikit kepalanya, hingah dia bisa mendengar jelas detak jatung Oline.

Itu cepat..

Mungkinkah!?...

Tidak!

Erine mengeleng sekuat tenaga, tidak mungkin hal itu terjadi, lagi pula pernikahan mereka ini hanya sebuah kontrak, tapi..

Arghhh...

"So..sorry.." gugup Oline tiba-tiba dan melepaskan pelukanya dari Erine.

"Gue duluan." tanpa sadar Erine juga tergagap, Oline menganguk dan menatap siluet punggung Erine yang perlahan menghilang.

"Kapan lo sadar kalau disini gue cinta sama lo?" gumam Oline sendu.

Oline segera menghela nafas, berfikit kapan Erine akan menyadari perasaanya, sepertinya itu mustahil sekalipun Erine tau tentang perasaanya, belum tentu Erine dapat membalas perasaanya tersebut..

Memikirkan ini tanpa sadar, Oline tersenyum getir, menertawakan kehiduapnya ini..


































































Tbc.

Kakak kelas galak itu istriku (ORINE)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang