Di tengah rasa penasaran yang mengundang banyak kecurigaan, Oline segera mengambil ponselnya dari saku, mengulir kontak untuk beberapa saat hingah dia menemukan nama Erine disana. Tanpa lama lagi tanggan itu menekan tombol Call untuk beberapa detik telepon itu tersambung, namun segera ditolak oleh Erine setelahnya.
"Gimana?.." tanya Chyinthia..
"Ngak di angkat bun.." keluh Oline, dan dia mencoba peruntungan untuk yang kedua kali, tapi tetap saja bahkan sekarang nomor itu sudah tak dapat dihubungi lagi, yang dalam artian Erine sengaja mematikan ponselnya..
"Sebenarnya ada apa sama kalian?" kini pertanyaan itu berasal dari Oniel, dia menatap anak bungsunya dengan penuh tanda tanya..
Baik Indah maupun Chyinthia keduanya kini memusatkan pandangan ke pada Oline, yang kini gadis jakung itu menunduk, merasa bersalah ingin mengatakan yang sebenarnya.
"Maaf Yah, bun Oline sama Erine ribut lagi.." ucapnya seraya dengan kepala menunduk.
Tidak seperti yang Oline bayangkan, reaksi Chyinthia malah tersenyum, sepertinya wanita itu mengerti akan keadaan saat ini, lantas dia berjalan dan mengelus pundak Oline... "Kenapa nunduk gitu Line? Kamu pikir Bunda bakalan marah?.." tanya Chyinthia dengan kekehanya, tapi tanpa sadar Oline mengangukan kepalanya.
"Maafin Oline bunda.." ucapnya lagi.
"Line denger pertengkaran disebuah hubungan itu sudah menjadi hal yang wajar, baik pertengkaraan itu dikerenakan hal sepele maupun berat, tapi pasti setiap orang pernah mengalaminya, apalagi kalian. Sebenarnya kalian berdua itu belum cukup dewasa untuk mengerti segela hal dalam pernikahan. Jadi bunda masih naklumi tapi.. Kalau kamu atau Erine berani main tanggan, hal itu bunda ngak janji bakal ngak marah.." ujarnya panjang, dia mengerti bahkan diusia mereka saat ini, pertengkaraan terus saja terjadi.. Maka dari itu baginya pertengkaraan antara Oline dan Erine tidak menjadi masalah besar, selama keduanya tak pernah bermain tanggan kepada satu sama lain.
"Ya udah dari pada disini. Mending kita cek langsung ajah kerumah, siapa tau anaknya udah ada dirumah kan?" ajak Chyinthia lagi, Oline menganguk, dia berjalan mengikuti Chyinthia dari belakang namun segera Ashel tahan.
"Tan Ashel juga mau ikut.." tawar gadis itu.
"Iku aja Shel, kamu kayak sama siapa ajah pakek ijin ayo.." kini tanggan Chyinthia beralih menarik tanggan Ashel untuk berjalan disebelahnya, Oline mengikuti dengan patuh dari belakang.
Mengigat memang orang tua dan mertuanya ini tetangaan, tetapi cuman berbeda beberapa rumah saja yang memisah. Hal asil mereka tak perlu waktu yang lama untuk sampai, kini Chyinthia membuka pintu menemukan suaminya disana sedang duduk bersila sambil membaca koran.
"Loh Bun udah pulang? Kenapa ngak nelpon papah biar dijemput?.." ucap lelaki itu, dia segera bangkit untuk menyambut istrinya.
"Ngak perlu Pah, lagian tadi aku pulangnya bareng Indah juga kok.." jawab istrinya.
Graselo tersenyum lantas dia menganguk, tapi sedikit terkejut melihat dua orang yang baru saja masuk, dia tersenyum melihat kedataangan keduanya dan segera menyapa.
"Pah.." Oline berjalan mendekat, untuk menciumi punggung tanggan pria itu, begitu juga dengan Ashel..
"Tumben kesini, Erinenya mana Line?.." tanya Graselo, dan berusaha melirik belakang Oline.
"Loh?.." kejut ketiganya..
"Erine ngak ada dirumah pah?" ucap Chyinthia heran lagi..
"Ngak ada Bun, tadi papah dirumah sendiri ajah.." ucapnya sebentar. "Lalu Erinenya kemana?" tanyanya lagi, pertanyaan ini tentu tertuju untuk Oline..
"Maaf Pah, sebelum Oline sama Erine sedikit ribut dirumah tadi, dan Erine dia pergi katanya mau kerumah papah sama Bunda.." jawab Oline terbata, dia sedikit takut melihat tatapan tajam yang Graselo berikan kepadanya.
"Terus kamu biarin sendiri?.." pekik Graselo tak santai, dan tanpa diduga Oline menganguk sebagai jawabanya.
"Oline apa kamu pernah mikir kalau saat ini Erine tengah mengandung? Dan kamu biarkan dia pergi sendiri tanpa pengawasaan? Bagaimana jika ada sesuatu yang terjadi?.." setiap orang tua mudah sekali tersulut emosi ketika itu semua bersangkutan dengan anak mereka, begitu juga Graselo dia kemakan emosi sebelum benar-benar memahami keadaanya, untung saja Chyinthia memiliki pemikiran yang lebih luas, dia mengerti pertengkaraan itu tentu bukan disebebkan oleh Oline seorang, maka untuk membantu menantunya itu dirinya segera berjalan mendekat, dan mengusap pundak pria yang tengah emosi itu dari belakang.
"Pah kontrol emosi papah, semuanya bukan salah Oline, dia juga gegabah dan bahkan tadi dia ikut panik sama kayak kita. Jadi selesain dengan kepala dingin ya.." tegur Chyinthia dengan nada lembutnya..
"Tapi Bun Erine itu dia sedang mengandung, dan sekarang dia belum sampai dirumah bagaimana kalau ada apa-apa?.." resah Graselo.
"Pah apa Oline perlu cari Erine ajah?.." tawar Oline, dia tidak ingin disaat situasi seperti ini. Dia malah berdiam diri dan menyasikan semuanya dalam diam.
"Tidak perlu Oline, dan maafin papah atas sikap papah tadi. Kalau bisa coba hubungi Erine siapa tau dia sudah berada disekitar sini.." saran Graselo.
Oline mencoba menganguk, meskipun sebelum kemari dia telah menelpon Erine berpuluh kali dan hasilnya tetap sama tidak ada jawaban. Tapi kali ini Oline ingin mencoba sekali lagi untuk menghubungi gadis itu, sejujurnya bukan hanya Graselo dan juga Chyinthia yang merasa khawatir, Oline juga tak kalah khawatir sekarang memikirkan keadaan gadis itu.
Tapi seperti sebelumnya, pangilan itu tidak terhubung sama sekali..
"Ngak ada jawaban.." ucap Oline disertai, gelengan ke arah ponselnya..
"Pah coba kamu telpon Lana, siapa tau Erine ada disana sama dia.."
"Oh ya.." ingat Graselo, untung saja untuk beberapa alsan dia menyimpan nomor gadis itu yang notabenenya sebagai teman dekat Erine, bukan apa-apa misal sesuatu terjadi seperti ini. Dia akan mudah untuk bertanya.
Tak menungu lama telepon itu tersambung..
"Hallo om? Tumben nelpon kenapa ya om?"
"Oh ini Lana, maaf om udah gangu waktu kamu, ini soal Erine apa sekarang kamu sama Erine?"
"Maaf om, tapi selama beberapa hari ini kita udah ngak pernah kontakan lagi, apalagi sekarang yang mulai disibukan sama ujian sekolah, ngak ada waktu buat ketemu, dan sekarang pun Lana lagi belajar dirumah sendirian.."
"Oh yasudah kalau begitu, terima kasih ya Lana.."
"Iya om sama-sama.."
Tut!..
"Gimana pah.." desak Chyinthia..
"Ngak ada Bun katanyan.."
Disaat semua orang yang ada disana khawatir, kini deru mesin mobil dari arah luar, membuat keempat orang itu bergerak cepat menatap ke arah pintu, terutama Graselo, pria itu lebih dahulu keluar, dan betapa terkejutnya dia melihat anaknya disana bersama seorang lelaki yang tidak dikenalinya.
Dan lebih parahnya, lelaki itu sangat dengan berani mengecup puncak kepalanya, emosi Graselo yang awalnya merada seakaan naik dengan gila untuk sekarang, dia berteriak dengan lantang memangil nama anaknya itu.
"Catherina!!"
"P..papah.."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak kelas galak itu istriku (ORINE)✅
Fiksi PenggemarTiba-tiba nikah itu ngak lucu banget wee!!