"Kau tau? Aku mengkhawatirkan kondisi mu saat tau kau sakit. Makanya aku ke sini. Kau ingin apa? Hm?"
"Tidak Chenle, kau pulang saja. Aku tau kau masih mengantuk, aku baik-baik saja."
"Aku tidak akan pulang. Lagian aku sudah jauh-jauh datang ke sini, kau tidak sopan sekali."
Chynza menghela nafasnya, tak akan selesai jika ia tak menuruti Chenle
"Ya sudah mari masuk."
"Tapi, Chen. Setelah aku pikir-pikir, aku akan masuk untuk pemotretan hari ini. Tadi jam dua belas aku sudah bilang ke manager-nim, ia bilang tidak akan bisa di cancel jadwalnya.""Kau mau masuk? Dengan keadaan pucat begini?" Cecar Chenle
"Hanya sebentar 'kan? Tidak masalah bagiku. Sudah biasa,"
"Tapi kau sedang sakit, Chynza!" Chenle tak sengaja membentak Chynza lalu ia menghela nafasnya,
"Maaf. Aku akan mengurusmu, kau tidur lagi sana. Jika butuh apa-apa bilang padaku. Aku ada di sofa ruang tengah." Lanjutnya
Chynza tak peduli, ia kembali ke kamarnya lalu tidur lagi. Rasa pusingnya menyerang kembali saat Chenle membentaknya tadi. Ia sudah biasa mendengar bentakan, tapi kali ini ia tengah sakit makanya ia tak pedulikan Chenle.
•••
Saat jam lima pagi, Chynza terbangun lagi karena suara alarm. Saat ingin duduk, kepalanya kembali sakit lalu ia rebahan lagi.
Chenle semalam datang ya? Atau aku bermimpi saja? Batin Chynza.
Tok tok tok
Ah sepertinya itu bukan mimpi?
"Za? Udah bangun? Kau ibadah tidak?"
"Yaa" jawab Chynza lemas.
Entah suaranya didengar atau tidak, ia tak peduli. Kepalanya sakit sekali, mata dan nafasnya panas.
"Pakai hijab gak? Aku masuk ya?"
Chynza diam, jujur kepalanya itu sangat sakit. Tapi ia masih memakai hijab kok.
Cklek
"Udah bangun? Ibadah gak?"
Chynza diam. Lalu meringis saat kepalanya nyut-nyutan.
"Oh?! Sebentar aku ambil kompres"
Chenle panik, ia langsung ke dapur untuk mengambil baskom dan mengisinya dengan air hangat lalu mengambil handuk kecil yang bersih.
Saat kembali, ia langsung mengompres Chynza. Ia tengah mencari termometer sekarang. Setelah ketemu, ia langsung mengaktifkan alat itu lalu memberikan ke Chynza untuk dipakai.
Chenle menolehkan kepalanya ke arah lain. Ia tau Chynza tengah memasangkan termometer itu pada ketiaknya.
Setelah dirasa cukup. Chenle kembali melihat Chynza yang wajahnya sangat pucat daripada semalam. Bahkan ia bisa merasakan hawa disekitarnya agak hangat karena suhu tubuh Chynza.
"Kau mau apa? Minum mau?"
Chynza mengangguk.
Setelahnya Chenle mengambil air hangat di dapur lalu mengambil sedotan dan kembali ke kamar Chynza.
"Ini minum. Bismillah."
Chynza terkejut saat Chenle mengucapkan basmalah. Dia seorang muslim kah?
Saat setelah minum, Chenle mengganti handuk kecil itu lalu kembali memasangkannya.
"Kalau kau sakit begini bagaimana kau bisa bekerja. Pasti kepalamu sakit sekali 'kan? Jangan dipaksakan, tubuhmu juga butuh istirahat."
"Aku terbiasa sakit seperti ini, Chen. Tanpa bantuan siapapun, aku bisa."
"Tapi kali ini kau membutuhkan ku. Panggil aku jika kau butuh. Aku akan selalu ada untukmu."
Chynza tak menghiraukan, ia lantas mengambil termometer nya saat sudah berbunyi. Suhunya lumayan tinggi dari biasanya.
39,7°
"Ini tinggi banget! Aku buatkan bubur untuk mu, harus dimakan setelah itu kau bisa minum obat."
"Gak nafsu, Chen."
"Nafsu gak nafsu, harus makan. Dikit aja gak apa-apa biar ada yang masuk ke lambung terus minum obat. Ya?"
Lagi-lagi Chynza tak menjawab, ia hanya diam lalu memejamkan matanya.
•
•
•
•Cieee Chenle khawatir sama ayang🫣
Btw kalian gak suhu badan kalian sampe 39°? Jujur pas aku ngerasain itu rasanya gak enak banget. Ada gerahnya ada dinginnya.
Tapi kalo lagi sakit emang gak enak sih. Makan gak enak, minum gak enak, apalagi minum obat...😵😵💫
Jadi, jaga kesehatan yaa biar sehat terus. Sehat itu mahal kan?
Hihi jangan lupa voment😙🥰
👇🏻
👇🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Model || ZHONG CHENLE
Romance"Nikah? Sama siapa?" "Ya sama calon suami kamu. Emangnya kamu belum nemu calon suami yang pas?" "Belum." "Rekan model kamu aja" "Dih? Emang dia mau sama aku?" "Mau kali? Coba aja tanya" "Enak aja. Males! Papa aja yang tanyain sono!" "Dih? Kalo di...