Saat jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, Chynza terbangun dari tidurnya lantas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya menggunakan air hangat. Ia keluar kamar saat sudah rapih.
Dimana Chenle? Batin Chynza.
"Kau sudah bangun? Loh? Mau kemana?"
Yang dicari akhirnya nongol. Tapi banyak tanya deh.
"Ada jadwal 'kan?" Tanya Chynza balik dengan mengangkat satu alisnya.
"Ck! Gak usah masuk kerja dulu bisa gak sih? Kamu tuh lagi sakit."
"Yang penting gak pingsan." Ucapnya lalu pergi ke arah kulkas.
"Aku gak izinin kamu kerja! Bisa gak sih kamu diem aja di apart kalo lagi sakit? Dari dulu kamu tuh bikin aku khawatir, kalo kamu lagi sakit malah kerja!"
Chynza terkejut. Dari dulu? Batinnya.
"Kau siapa sampai aku harus minta izin untuk bekerja?"
"Ck! Jadwal hari ini aku batalin! Semuanya diundur sampe kamu sembuh! Ngerti?!"
"Kamu kenapa sih, Chen? Ngatur-ngatur hidup aku? Aku biasa aja kalo lagi kerja?"
Chenle menahan emosi saat mendengarnya. Lalu ia meninggalkan Chynza begitu saja. Ia pergi ke sirkuit tempat yang seharusnya mereka berdua datangi sekarang.
Chenle. Balapan dengan para pembalap yang sudah datang.
Ia melampiaskan amarahnya lewat sana. Ia tak ingin membentak Chynza seperti malam tadi. Makanya ia pergi.
Tapi saat setelah balapan. Ia melihat wanita itu tengah duduk sambil melihatnya. Dia berada di sana sedang duduk sambil memakan salad buah yang dibuatnya tadi.
Keras kepala.
Chenle tak peduli saat ini, ia akan berkerja seperti biasanya. Dengan muka datarnya dan tatapan tajamnya, ia kembali fokus pada pekerjaannya.
"Chenle? Jangan bengong! Chynza sedang tidak enak badan, tolong kerjasama nya biar Chynza bisa istirahat." ucap sang photographer, ah kali ini bukan Alex. Photographer yang biasanya sudah kembali bekerja saat ini.
"Kenapa masuk kerja? Aku 'kan udah larang kamu?"
"Aarrrghh!"
Chenle marah. Marah karena ia tak bisa menjaga Chynza dengan baik. Marah karena ia tak bisa melarang Chynza untuk tidak bekerja saat sedang sakit.
Grep!
Akhirnya ia menangis dengan memeluk Chynza. Karena terlalu emosi ia sampai menangis.
Chynza masih diam saat Chenle memeluknya.
"Kamu susah banget dikasih tau! Aku harus kasih tau kamu gimana lagi?! Hiks! Aku marah sama kamu, Za!" Raung Chenle yang masih dipelukan Chynza.
Tak lama kemudian Chynza membalas pelukan itu, perlahan ia mengelus punggung Chenle.
"Maaf" hanya kata itu yang keluar dari mulut Chynza.
•••
"Aaa~" ucap Chenle yang tengah menyuapi Chynza makan siang
"Udah ah. Kenyang."
"Baru tiga suap, Za? Satu lagi terakhir, janji?" Bujuk Chenle yang akhirnya Chynza membuka mulutnya.
Mereka sudah berbaikan, demi pekerjaan dan kesehatan Chynza. Chenle mengalah, setelah drama tangisannya tadi, ia kembali bekerja dengan tangan Chynza yang selalu berada digenggamannya.
Setelah makan siang. Chenle dan Chynza berpamit untuk beribadah sebentar. Lalu kembali lagi ke tempat tadi.
"Aku kira kau masih di agama Buddha?"
"Tidak. Aku pindah agama. Sudah lama juga,"
"Sejak kapan?"
"Tiga tahun lalu,"
"Tapi aku baru tau hari ini."
"Memang kau tau apa tentang kehidupan ku?"
Ck! Chenle masih ngambek ternyata.
Chynza hanya diam. Ia tak ingin ribut lagi dengan rekannya itu.
"Sudah selesai? Sekarang kalian yang pilih bajunya. Mau warna hitam merah atau putih biru?" Tanya salah satu staff sambil menunjukkan bajunya
"Putih biru"
"Putih biru"Jawaban kompak dari keduanya membuat staff itu terkekeh. Agaknya mereka memang sangat kompak akan pemilihan warna untuk konsep ini.
"Kau mengikuti ku"
"Aku duluan yang ngomong!"
"Tidak. Kau mengikuti ku."
"Terserah."
Chenle lagi-lagi mengalah.
•
•
•
•Wkwk sabar ya le ya😆
Untung ayang🤓
Ciee berapa kali up nih? Hehe
Kuota ku habis guys kemarin.. makanya baru bisa up😁✌🏻
👇🏻
👇🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Model || ZHONG CHENLE
Romance"Nikah? Sama siapa?" "Ya sama calon suami kamu. Emangnya kamu belum nemu calon suami yang pas?" "Belum." "Rekan model kamu aja" "Dih? Emang dia mau sama aku?" "Mau kali? Coba aja tanya" "Enak aja. Males! Papa aja yang tanyain sono!" "Dih? Kalo di...