Matahari baru saja terbit, menyinari pantai dengan cahaya keemasan yang lembut.
Udara terasa segar, disertai angin laut yang sejuk. Di salah satu sudut villa dengan pemandangan langsung ke pantai, Luna dan Kevin duduk di meja makan, menikmati sarapan bersama. Suara ombak yang tenang dan burung-burung yang berkicau menciptakan suasana yang damai, namun ada keheningan canggung yang menggantung di antara mereka, itu karena ciuman tadi malam.Luna memandang ke arah laut, mencoba mengalihkan perhatiannya dari debaran jantungnya yang masih tak karuan. Di hadapannya, piring berisi croissant, buah segar, dan segelas jus jeruk hampir tidak tersentuh. Kevin di seberang meja juga tampak lebih pendiam dari biasanya, sesekali mengaduk kopi hitamnya dengan senyum tipis yang samar, tetapi matanya sering melirik Luna, seolah menunggu momen yang tepat untuk membuka percakapan.
Luna akhirnya memutuskan untuk memecah keheningan. “Pemandangannya indah sekali pagi ini,” ucapnya sambil tersenyum kecil, meski dalam hati ia masih memikirkan kejadian semalam.
Kevin mengangguk, lalu menatap Luna. “Iya, Bali memang selalu punya cara membuat segalanya terlihat lebih tenang dan... damai,” jawabnya dengan nada yang sedikit ragu. Tatapan mata Kevin sedikit mengintai, seakan ingin mengatakan lebih banyak, namun bibirnya tetap tertahan.
Luna merasa canggung, memainkan sudut serbet di pangkuannya. Ia ingin menanyakan tentang ciuman mereka semalam, tetapi takut memulai pembicaraan yang terlalu frontal. Bagaimanapun, momen itu terasa begitu spontan, dan ia tidak tahu apakah Kevin merasa hal yang sama.
Kevin akhirnya membuka suara. “Tentang tadi malam...” suaranya pelan, namun jelas, membuat Luna sedikit terkejut. Dia menunduk, memainkan cangkir kopinya sejenak sebelum melanjutkan, “Aku harap itu... tidak membuatmu tidak nyaman.”
Luna tersenyum canggung, merasa pipinya kembali memanas. “Tidak... sama sekali. Itu... hanya terjadi begitu saja,” jawabnya, berusaha tenang meskipun hatinya berdebar kencang.
Ada jeda panjang setelah itu, seolah-olah keduanya tidak tahu harus berkata apa. Namun di balik keheningan itu, ada sesuatu yang tak terucapkan, sesuatu yang mereka berdua rasakan namun tidak ada yang berani memulai untuk mengungkapkan lebih jauh. Kevin menyandarkan punggungnya di kursi, menatap Luna dengan tatapan lembut yang sulit diartikan. Luna merasakan tatapan itu, tetapi memilih untuk mengalihkan pandangan kembali ke arah pantai.
“Pagi ini sangat tenang, bukan?” ujar Kevin, mencoba mengembalikan suasana ke percakapan biasa. Namun ada nada lain di balik suaranya, seakan masih ingin mengungkit momen tadi malam, meski ia tahu Luna belum siap.
Luna mengangguk pelan. “Iya, tenang sekali... hampir terlalu tenang.” Mereka berdua tertawa kecil, mencoba meredakan ketegangan yang ada. Meski suasana masih terasa canggung, setidaknya tawa mereka cukup untuk sementara menenangkan hati Luna.
Namun dalam hatinya, Luna tetap merasa ada yang belum terselesaikan. Apa arti ciuman itu? Apakah Kevin merasakan hal yang sama dengannya? Meski pagi ini terlihat damai, Luna tahu bahwa ketidakpastian tentang perasaan mereka masih menghantui, membuatnya semakin penasaran dengan ke mana hubungan mereka akan berkembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Flames
RomanceLuna Bailey, seorang aktris papan atas Indonesia yang memiliki reputasi kuat dan dingin, terbiasa menghadapi dunia dengan ketenangan. Namun, ketika skandal lama dari masa sekolahnya muncul ke permukaan, hidupnya yang tertata mulai terguncang. Sebuah...