Media kini telah ramai mengabarkan bahwa tim nasional Indonesia yang berlaga di luar negeri, kini telah kembali. Para pemain, termasuk Kevin Blake, kembali ke klub masing-masing.
Meski begitu, kehidupan Luna juga tidak kalah sibuk. Film barunya bersama Joe sedang dalam masa promosi, dan mereka harus menghadiri banyak acara variety show, podcast, serta kolaborasi dengan berbagai YouTuber ternama.Di setiap acara, Luna selalu menjaga profesionalitasnya. Namun, Joe bisa merasakan jarak yang ditarik Luna darinya. Bukan hal yang terlihat jelas, tetapi cukup terasa dalam interaksi mereka. Meskipun mereka tampil bersama, Luna selalu terlihat sedikit tertutup, berbeda dari biasanya. Joe, yang baru pertama kali terjun ke dunia film, mulai menyadari alasan di balik sikap Luna.
Setiap unggahan Luna yang berhubungan dengan promosi film mereka kerap diserbu oleh ribuan komentar dari para fans Joe. Beberapa positif, tetapi banyak juga yang dipenuhi dengan ujaran kebencian. Fans Joe tak henti-hentinya menyerang Luna, menuduhnya macam-macam-dari "pengganggu" hingga "wanita penggoda."
Joe merasa bersalah, terutama karena komentar-komentar negatif itu semakin menjadi-jadi setelah rumor tentang Luna dan Kevin Blake mencuat. Banyak yang terang-terangan menuduh Luna memainkan hati pria, terlihat nempel terus dengan Joe, padahal sedang diisukan dekat dengan Kevin. Komentar-komentar itu membuat situasi semakin tidak nyaman bagi Luna.
Suatu hari, di sela-sela jadwal padat mereka, Joe memberanikan diri untuk bicara.
"Luna, aku... aku minta maaf," ucapnya dengan tulus.Luna mengangkat alis, sedikit bingung.
"Minta maaf? Untuk apa?""Fansku... mereka terlalu berlebihan. Mereka seharusnya tidak memperlakukanmu seperti itu. Aku merasa bersalah," jawab Joe, menundukkan kepala.
Luna tersenyum samar, meski hatinya tidak sepenuhnya tenang.
"Bukan salahmu, Joe. Mereka hanya tidak mengerti. Tapi, terima kasih," katanya dengan nada menenangkan. Meski Luna sudah terbiasa dengan perhatian publik, serangan dari fans fanatik ini terasa lebih melelahkan dari biasanya. Apalagi, dengan rumor Kevin yang semakin memperburuk keadaan.Setiap foto promosi yang Luna unggah seolah menjadi medan pertempuran di kolom komentar. Ada yang mendukung, tetapi sebagian besar berkomentar pedas. Joe juga tidak luput dari cibiran. Para fans tidak hanya mempertanyakan Luna, tapi juga mencurigai kedekatannya dengan Kevin. Seolah-olah, apa pun yang dilakukan Luna selalu menjadi bahan gosip.
Walau Luna terlihat kuat di hadapan publik, di dalam dirinya ia mulai merasa lelah. Situasi ini semakin mengaburkan batas antara kehidupannya sebagai aktris dan sebagai individu yang hanya ingin menjalani hidup tanpa terlalu banyak drama.
Bab 13 - Menjelang Premier
Jadwal peluncuran film Luna tinggal menghitung hari. Semua persiapan telah rampung, dan promosi terus berjalan tanpa henti. Namun, meski Luna sudah berpengalaman membintangi banyak film, rasa gugup tak pernah benar-benar hilang setiap kali mendekati hari besar seperti ini.
Setiap premier film selalu menjadi momen penting, dan kali ini tidak berbeda. Luna duduk di ruang riasnya, merenung sejenak di antara jadwal wawancara dan sesi foto. Ia memandangi gaun yang akan dikenakannya pada hari premier. Gaun yang indah, dirancang khusus untuknya, namun tak bisa menyembunyikan kegelisahan yang ia rasakan dalam hatinya.
"Apa mereka akan menyukai film ini?" pikir Luna. Meskipun sudah melalui proses panjang dalam pembuatan film dan melihat hasil akhirnya, penilaian publik selalu menjadi hal yang menegangkan. Setiap kritik, setiap pujian, setiap sorotan media-semua itu masih bisa mempengaruhi perasaannya. Terlebih, dalam film ini, ia bekerja sama dengan Joe, idol yang baru saja terjun ke dunia akting, yang artinya ekspektasi dari para penggemar dan publik sangat tinggi.
Luna menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Ia sudah melewati banyak premier, tapi entah mengapa kali ini terasa sedikit berbeda. Mungkin karena situasi yang sedang terjadi-gosip tentang dirinya dan Kevin Blake yang masih terus diperbincangkan, tekanan dari para fans Joe, serta harapan tinggi yang ditujukan kepadanya sebagai aktris papan atas. Semua itu terasa begitu menumpuk.
Saat Luna sedang tenggelam dalam pikirannya, asistennya mengetuk pintu dan masuk dengan senyuman. "Luna, kamu sudah siap? Sebentar lagi kita harus ke acara berikutnya."
Luna tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan rasa gugup yang melingkupinya. "Ya, aku siap."
Malam premier tinggal menunggu waktu. Entah bagaimana reaksi publik nantinya, Luna hanya bisa berharap bahwa film ini akan diterima dengan baik. Kini, yang bisa ia lakukan hanyalah menjalani setiap langkahnya dengan percaya diri-seperti yang selalu ia lakukan, meski terkadang, di balik semua itu, ada kegugupan yang tak pernah ia tunjukkan pada siapa pun.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN FLAMES[END]✓
RomansaLuna Bailey terjebak dalam skandal lama yang menyeruak ke publik. Tuduhan anonim bahwa ia pernah menjadi pembully viral, diperparah oleh sorotan fans fanatik Joe, idol pria yang menjadi lawan mainnya dalam film terbaru. Di tengah krisis, masa lalu L...