Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Luna Bailey sudah berada di studio podcast, dan suasana di sekitarnya terasa tegang. Dia duduk di kursi yang telah disiapkan, dikelilingi oleh tim podcast yang tampak antusias, tetapi juga curiga. Pertanyaan yang sama berputar di pikirannya: Apakah dia benar-benar bisa menjelaskan semuanya dengan baik?
"Selamat datang, Luna," kata pembawa acara podcast dengan senyuman ramah. "Kami senang bisa memiliki Anda di sini untuk membahas isu yang sedang hangat. Kami semua ingin mendengar cerita Anda."
Luna mengangguk, mengumpulkan keberanian sebelum mulai berbicara. "Terima kasih telah mengundang saya. Saya disini karena saya ingin menjelaskan situasi yang sebenarnya terjadi di sekolah dulu."
Dengan tenang, Luna mulai menceritakan kembali kejadian-kejadian yang dia alami semasa sekolah. Dia menjelaskan bahwa meskipun dia dituduh sebagai pembully, sebenarnya Hana dan teman-temannya lah yang menciptakan masalah. Semua orang di studio mendengarkan dengan seksama, penasaran akan kelanjutan kisahnya.
"Sebenarnya dulu saya selalu membawa pulpen hadiah dari ayah saya, ayah saya seorang pengacara dan saya selalu ingin memiliki pulpen yang bisa merekam suara seperti ini, sepertinya waktu itu saya sangat terinspirasi dari film. Sejujurnya saya juga tidak menyangka akan benar-benar menggunakannya untuk hal seperti ini," Luna melanjutkan.
Dia mengeluarkan pulpen tersebut dari tasnya dan menunjukkan kepada semua orang. "Rekaman di dalam pulpen ini adalah bukti dari semua yang terjadi."
Suara gemuruh terdengar dari penonton. Beberapa dari mereka saling berpandangan, terkejut. Luna menyalakan rekaman, dan suara mereka di masa lalu pun terdengar jelas.
"Hei Luna Bailey apakah kamu sudah gila? Aku sudah peringatkan kamu untuk Jaga jarak dari Kevin! Kamu tidak mendengarnya?" suara Hana bergema di ruangan. Luna menahan napas, mengingat kembali saat-saat itu.
"Di situasi di mana saya mengalami diskriminasi, saya memanfaatkan pulpen ini untuk merekam semua yang terjadi. Saya tidak ingin hanya diam dan menerima perlakuan buruk," Luna menjelaskan dengan tegas. "Hana merasa cemburu karena waktu itu saya duduk disamping seseorang yang dia sukai. Dia beberapakali memperingatkan saya untuk pindah, tetapi saya tidak memedulikannya. Lagi pula tempat duduk kami memang sudah di atur oleh guru, saya tidak bisa berbuat apapun"
Luna melanjutkan, suaranya semakin berani. "Suatu ketika, Hana mengajak saya ke belakang sekolah. Dia menampar saya dan mengatakan bahwa saya tidak pantas mendekati anak itu. Tapi saya tidak mau diam saja di tampar olehnya. Saya menampar Hana kembali dan menghadapi dua teman Hana yang lain yang ikut menyerang saya."
Semua orang di studio terkejut mendengar pengakuan itu. Luna tersenyum tipis, mengingat bagaimana dia sudah belajar bela diri sejak kecil. "Saya tidak takut dengan mereka. Saya tahu bagaimana melindungi diri saya."
Dia melanjutkan dengan menekankan pentingnya berbicara tentang kekerasan di sekolah dan bagaimana hal itu bisa berdampak buruk pada orang yang terlibat. "Kejadian itu tidak hanya menyakiti saya, tetapi juga membuat saya berpikir bahwa tidak ada orang yang berhak untuk mendiskriminasi orang lain, tidak peduli apa pun alasannya."
Ketika rekaman berakhir, suasana di studio menjadi hening. Luna bisa merasakan perhatian mereka yang penuh, dan dia tahu bahwa dia telah berhasil menyampaikan pesannya. "Saya tidak ingin masa lalu saya ditentukan oleh orang-orang yang tidak tahu cerita yang sebenarnya. Saya ingin orang-orang tahu bahwa saya bukanlah orang yang mereka tuduhkan."
Setelah penjelasannya, banyak pertanyaan yang muncul dari para pendengar. Luna siap untuk menjawab, membuktikan bahwa dia bukan hanya sekadar aktris, tetapi juga seseorang yang berani melawan ketidakadilan.
Dengan keberanian yang membara, Luna siap untuk mengubah pandangan publik tentang dirinya. Ini adalah langkah pertama dalam perjalanannya untuk membela diri dan membuktikan siapa dia sebenarnya.
Setelah penampilan Luna di podcast, angin perubahan mulai berhembus. Banyak komentar positif dan pujian yang mengalir dari publik, berbalik mendukung Luna dalam menghadapi situasi yang menimpanya. Media sosial dipenuhi dengan hashtag #SupportLuna, dan fans baru mulai berdatangan, mengagumi keberaniannya untuk melawan tuduhan yang tidak adil.
"Luna, kamu benar-benar menginspirasi! Teruslah berjuang!" tulis salah satu penggemar di Twitter. Komentar-komentar positif ini memberinya kekuatan, dan dia merasa hatinya mulai tenang.
Namun, di tengah kebangkitan dukungan itu, tiba-tiba muncul sebuah komentar yang membuat publik terdiam. Komentar tersebut berasal dari seseorang yang mengaku sebagai teman sekolah Luna dan Hana.
"Luna benar, Aku teman sekolah mereka dulu, tapi kalian harus tahu, Kalau kalian tahu siapa Kevin yang dimaksud Hana, kalian pasti akan gila seperti Hana," tulisnya, menimbulkan rasa penasaran di antara para pengikutnya.
Dan saat penggemar mulai mencari tahu, muncul nama yang mengejutkan: Kevin Blake.
Kevin Blake, atlet kebanggaan negara yang kini dikenal luas di kalangan masyarakat, tidak hanya karena prestasinya di lapangan tetapi juga karena ketampanannya. Publik kini semakin penasaran, menggali lebih dalam hubungan masa lalu antara Luna dan Kevin.
Rumor mulai beredar tentang kemungkinan romansa di antara mereka. "Siapa sangka, Luna si aktris paling dicintai dan Kevin sang atlet idolanya, ternyata pernah teman sekolah," komentar netizen di media sosial.
Di tengah spekulasi yang semakin liar, Dina, asisten Luna, berkomentar dengan nada setengah bercanda, "Berita soal kamu dan Kevin malah memberikan kabar baik. Setidaknya sekarang fans Joe sudah berhenti menyerangmu. Mereka pasti berpikir kamu terlalu sibuk dengan Kevin untuk mengincar idol mereka."
Luna mendengarkan, merasa sedikit lega. Dina benar, sejak berita mengenai Kevin Blake muncul, fans Joe yang fanatik sudah tak lagi membanjiri kolom komentarnya dengan ujaran kebencian.
Meskipun publikasi ini bukan sesuatu yang dia inginkan, setidaknya berita ini mengalihkan perhatian dari masalah sebelumnya. Bagi Luna, lebih baik menghadapi rumor tentang Kevin daripada terus diserang oleh para fans fanatik Joe yang curiga Luna akan "merebut" idol mereka.Luna tidak bisa mengabaikan betapa banyaknya spekulasi dan imajinasi yang muncul di sekelilingnya. Mereka mulai membayangkan bagaimana seharusnya hubungan antara dua sosok yang sangat berbeda ini, tetapi sama-sama memiliki pesona yang tak terbantahkan. Beberapa netizen bahkan mulai menggambar skenario romantis yang melibatkan mereka berdua, menggambarkan betapa sempurnanya visual keduanya.
Dengan segenap perhatian yang mengarah pada mereka, Luna merasakan campuran antara cemas dan ingin tahu. Dia kembali teringat pada saat-saat di sekolah, bagaimana Kevin, meski jarang hadir, selalu menjadi pusat perhatian dengan bakat dan karismanya. Sekarang, dengan semua mata tertuju padanya, Luna merasa ingin tahu bagaimana reaksi Kevin terhadap berita ini. Apakah dia juga mendengar kabar tentang hubungan mereka yang terungkap di Indonesia, sementara Kevin kini berada di Inggris?

KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN FLAMES[END]✓
RomansaLuna Bailey terjebak dalam skandal lama yang menyeruak ke publik. Tuduhan anonim bahwa ia pernah menjadi pembully viral, diperparah oleh sorotan fans fanatik Joe, idol pria yang menjadi lawan mainnya dalam film terbaru. Di tengah krisis, masa lalu L...