14. See you

526 33 0
                                        

Rangkaian promosi film akhirnya tuntas. Luna merasa lega, sekaligus bangga atas hasil kerja kerasnya. Meski lelah, ia menikmati setiap momen saat filmnya mendapatkan sorotan besar. Namun, waktu istirahat yang ia harapkan ternyata datang bersamaan dengan undangan lain yang tak kalah istimewa. Sebuah undangan pribadi dari salah satu brand mewah untuk hadir di London Fashion Week, tak lain adalah brand yang selama ini ia wakili sebagai brand ambassador.

Berita itu segera ia bagikan kepada para pengikutnya di media sosial. Dengan penuh syukur, Luna mengunggah foto undangan eksklusif itu, disertai ucapan terima kasih kepada pemilik brand yang telah mengundangnya secara pribadi. Ucapannya tulus, namun di balik kata-kata itu, ada antusiasme yang sulit disembunyikan. London—kota yang kini begitu terikat dengan nama Kevin Blake di pikirannya.

Tak disangka, hanya beberapa menit setelah unggahan itu, notifikasi baru muncul di layar ponselnya. Luna membuka dengan rasa penasaran, dan matanya membesar seketika. Nama itu, Kevin Blake, muncul di kolom komentar, membuatnya terdiam sejenak.

"Pastikan kamu menemuiku saat di London nanti. Aku akan mentraktir makan enak," tulis Kevin.
Nada candanya terasa begitu familiar.

Jantung Luna berdetak lebih cepat. Senyum tipis terlukis di wajahnya, meski ia berusaha menahan kegembiraan yang tiba-tiba membanjiri dirinya.
Di dalam hati, Luna tak bisa membohongi diri sendiri, bagian kecil dalam dirinya memang mengharapkan Kevin melihat unggahan ini.
Namun, tetap saja, melihat Kevin benar-benar membalas membuatnya tersipu.

Dengan jari yang sedikit gemetar, Luna mengetik balasan. Ia harus berhati-hati agar tak terdengar terlalu bersemangat.

"Oke, aku pasti akan membuatmu sibuk di sana. Jangan menghindar, ya!" balas Luna,

mencoba terlihat santai, meski hatinya dipenuhi rasa gugup. Setelah menekan tombol kirim, ia terdiam, tiba-tiba takut apakah balasannya terdengar berlebihan. Apakah Kevin akan berpikir dia terlalu agresif? Pikiran itu membuatnya sedikit cemas.

Namun, tak perlu waktu lama, balasan dari Kevin kembali muncul, membuat Luna merasa lega dan tertawa pelan.

"Tidak akan,
Aku akan melayanimu selayaknya tamu negara 😂"

Luna tertawa kecil membaca balasan itu. Nada canda Kevin selalu berhasil membuatnya merasa nyaman, seolah tidak ada jarak di antara mereka. Tapi di balik canda itu, ada sesuatu yang lebih dalam,
sebuah perhatian yang tak biasa, yang membuat Luna tak bisa berhenti berpikir. Bagaimana mungkin seseorang seperti Kevin, seorang pemain sepak bola internasional, bisa begitu hangat dan mudah bergaul dengannya?

Pikirannya melayang, membayangkan pertemuan mereka nanti di London. Apakah ini hanya pertemuan biasa, atau ada sesuatu yang lebih yang tumbuh di antara mereka? Luna tak tahu pasti, namun yang jelas, perasaan senang yang ia rasakan saat membaca komentar Kevin tak bisa ia pungkiri.

London kini tidak hanya menjadi kota tempatnya menghadiri salah satu acara mode terbesar di dunia, tetapi juga tempat di mana ia akan bertemu dengan Kevin lagi. Pikiran itu, entah bagaimana, membuat Luna lebih bersemangat dari sebelumnya. Di balik segala sorotan publik dan glamor hidupnya sebagai selebriti, ada satu hal yang kini membuat hatinya berdebar pertemuan yang akan datang dengan Kevin Blake.

Luna pun menatap ponselnya sekali lagi, tersenyum kecil sambil memikirkan apa yang akan terjadi saat mereka akhirnya bertemu di London. Di antara banyak rencana dan jadwal sibuknya, pertemuan dengan Kevin kini menjadi sesuatu yang diam-diam ia nantikan dengan perasaan yang tak biasa.

HIDDEN FLAMES[END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang