04. Tipu Daya Wanita
Lima jam sebelum pesta...
Ardhito sedang duduk bersantai di balkon lantai dua sambil menghisap sebatang rokok. Udara sore ini sepoi-sepoi, setelah tadi siang sempat gerimis. Embusan angin terasa menyegarkan saat menerpa wajahnya. Ardhito menyesap rokok itu dalam-dalam, lalu mengembuskannya pelan. Asap mengepul di depan wajahnya sebelum kemudian menghilang ditiup angin. Hari ini tak ada jadwal syuting dan itu terasa sangat menyenangkan. Ardhito bisa tidur dengan nyenyak dan puas. Dia terbangun di siang hari dan langsung kelaparan. Setelah mengisi perutnya, Ardhito pun mandi. Dan sekarang ia sedang menikmati waktu sendiri yang menyenangkan.
Tapi kemudian gangguan itu datang.
"Ternyata kamu di sini!"
Suara itu membuat Ardhito menoleh. Serena tersenyum dan melangkah mendekat. Ia membawa dua stelan jas di kedua tangannya. Satu stel jas berwarna meran maroon dan satunya lagi berwarna kuning keemasan.
"Kamu mau pakai yang mana untuk pesta nanti malam?" tanya Serena lagi.
Ardhito memutar bola matanya malas dan kembali menyesap rokok dan tidak menghiraukan Serena.
"Pake yang merah maroon aja, ya! ini akan sangat cocok untuk kamu, Sayang... kulit kamu yang putih bersinar itu akan semakin bersinar dengan warna ini."
Serena coba mendekatkan setelan jas itu ke tubuh Ardhito, tapi tiba-tiba...
Ardhito merebut setelan itu dengan kasar dan melemparnya ke bawah. Serena pun terkejut dan langsung melongok ke bawah, setelan itu tersangkut di atas pohon bonsai. Kemudian ia beralih menatap Ardhito.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Serena.
Ardhito tersenyum culas. "Aku tidak akan pergi ke pesta itu bersama kamu, Serena!"
"Apa maksudnya? kamu tidak mau datang ke pestanya?"
"Aku akan datang! tapi KAMU TIDAK!" tegas Ardhito.
Serena terdiam. Perlu sedikit waktu untuk mencerna maksud Ardhito. Senyumnya mengembang setelah ia mengerti maksud suaminya.
"Lalu... apa kamu akan datang bersama wanita itu?"
"...."
"Hah... iya?" tanya Serena lagi.
Ardhito mengangguk santai. "Ya... aku akan datang bersama Cherry!"
Grace terkejut karena Ardhito mengakuinya dengan sangat gamblang.
Ardhito mendekat, lalu mengelus pipi Serena pelan. Namun seringai di wajahnya terlihat penuh dengan bara kebencian.
"Aku tidak sudi datang ke pesta itu bersama kamu Serena. Bagaimana jika nanti aku tidak bisa mengendalikan raut wajahku ini? orang-orang akan menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres di antara kita dan... KAMU TIDAK INGIN ITU TERJADI, KAN?" Suara Ardhito terdengar lirih, tapi penuh dengan penekanan.
Serena hanya menatap tanpa berkedip.
"Toh, selama dua tahun belakangan ini kamu juga sudah tidak berkontribusi di dunia entertaint lagi. Terkadang kamu memang harus sadar diri, Serena. Ini sudah bukan masa kamu lagi." Ardhito tersenyum mengejek.
Serena tidak bisa berkata-kata. Sementara Ardhito tersenyum penuh kemenangan dan beranjak pergi. Tapi kemudian dia berbalik lagi dan mengambil setelan warna keemasan yang masih dipegang oleh Serena.
"Thanks untuk bajunya!"
Bola mata Serena memerah, pangkal gerahamnya beradu kuat. Dia memilih untuk membuang muka. Setelah Ardhito pergi, Serena memukul-mukul dada-nya yang terasa sesak. Dia mencengkeram pagar pembatas balkon itu kuat-kuat. Padahal ia sudah berniat baik memilihkan pakaian untuk Ardhito. Tapi apa...? suaminya itu melarang dia ikut ke pesta itu karena ingin pergi bersama wanita lain...?
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Marriage (END)
RomancePernikahan dua bintang besar, Ardhito Sofyan dan Serena Howey sukses menghebohkan jagad hiburan tanah air. Semua orang sepakat bahwa mereka adalah pasangan sempurna. Pertemuan mereka berawal dari project kerja sama dalam sebuah film yang sukses besa...